The Magician’s Elephant (Gajah Sang
Penyihir)
Kate DiCamillo (2009)
YokoTanaka (illustrator)
Dini
Pandia (Terj.)
GPU
– September 2009
152
hal.
(via
bukumoo123)
Peter Augustus Duchene, bisa dibilang sebatang
kara. Ia tinggal dengan seorang mantan tentara tua yang masih ‘tergila-gila’
dengan masa kejayaannya sebagai seorang prajurit. Peter sering diminta untuk
berlatih baris-berbaris, dan dengan
pasrah, Peter menuruti kehendak Vilna Lutz.
O ya… kenapa Peter tinggal bersama pria tua itu,
karena orang tua Peter sudah meninggal. Ayah Peter adalah teman Vilna Lutz, ia
meninggal di medan perang. Ibunya meninggal saat melahirkan adik Peter. Dan
menurut Vilna Lutz, adik Peter ini meninggal saat dilahirkan. Tapi, entah
kenapa, Peter tak percaya.
Suatu hari, saat Peter disuruh untuk membeli ikan dan roti, ia melihat ada tenda peramal. Dan dengan uang yang diberikan untuk membeli ikan dan roti itu, ia nekat memasuki tenda peramal. Ia bukan bertanya tentang keberuntungan atau masa depannya sendiri, ia hanya bertanya, tentang adiknya, apakah ia masih hidup atau sudah meninggal.
Jawaban sang peramal, Peter disuruh untuk
mengikuti seekor gajah. Karena sang gajah lah yang akan menuntunnya pada
jawaban itu. Lah, mau nyari ke mana itu gajah? Karena di kota tempat Peter tinggal
tidak ada gajah.
Saat yang sama, digelar pertunjukan sulap di
gedung theater. Maksud hati mau memunculkan bunga dari dalam topi, tapi koq
malah gajah yang jatuh dari atap tenda. Kacau-balau semua jadinya. Si nyonya
yang mau dapet bunga, malah cacat ketimpa gajah, si pesulap di penjara, si
gajah juga ditangkap, dirantai, si polisi yang nangkep pesulap kasian sama
gajah, si Peter penasaran pengen liat si gajah.
Wah, para tokoh-tokoh di sini, awalnya mungkin
kelihatan gak berhubungan, punya masalah sendiri-sendiri, tapi justru semuanya
ini ‘bersatu’ dan pada akhirnya yang membuat Peter menemukan jawabannya.
Di kota Baltese tempat Peter tinggal ini,
sepertinya gajah adalah binatang yang langka. Orang-orang sampe penasaran,
gajah jadi ‘trending topic’. Di pasar, di acara-acara sosialita, hanya gajah
yang jadi pembicaraan. Malahan, salah satu bangsawan di kota itu, pengen gajah
itu ada di rumahnya, biar si bangsawan ikut jadi pusat perhatian.
Nuansa cerita ini suram, semakin diperkuat oleh
ilustrasinya. Tapi, buat gue, cerita ini bagus meskipun sederhana. Dan, di
tengah cerita yang suram ini, tetap bisa bikin tersenyum geli. Semua tokoh
punya sisi suram, even si gajah yang rindu kampung halamannya di Afrika sana.
0 comments:
Post a Comment