The House of Silk
Anthony
Horowitz @ 2011
Mulholland Books
339 pages
(Kinokuniya Plaza Senayan)
Inilah perkenalan pertama gue dengan sosok Sherlock Holmes, detektif legendaris ciptaan Sir Arthur Conan Doyle. Bersamaan
dengan Sherlock Quest yang diadakan oleh @bacaklasik, gue pun tergoda untuk
mencari tahu seperti apa sih ‘keren’nya Sherlock Holmes ini. Semoga gak salah
ya, kalo gue mulai berkenalan justru bukan dari bukunya Doyle, tapi dari karya
Anthony Horowitz.
Sosok detektif yang ‘canggih’ selama ini yang gue
kenal hanyalah Hercule Poirot. Sosoknya yang pendek dengan kepala bulat telur
dan berkumis tipis. Kalau Sherlock Holmes gue hanya tau gaya berpakaiannya yang
khas, dan tak ketinggalan pipa yang bertengger di bibirnya.
Tak ketinggalan sahabat Holmes yang setia, Dr.
Watson, yang menulis kisah-kisah penyelidikan Holmes. Kepiawaian Holmes sangat
membantu kepolisian Inggris dalam menyelesaikan beberapa kasus. Di awal buku
ini, Dr. Watson memberikan pengantar, kenangannya akan sosok Holmes – yang sempat
membuat gue terharu. Hiks…
Buku ini diawali dengan kedatangan seorang art
dealer ke kediaman Holmes di 221 Baker Street. Pria itu bernama Edmund
Carstairs, yang mengaku diikuti oleh seorang pria misterius sejak kepulangannya
dari Amerika. Di jaman itu, sekitar tahun 1890an, sering terjadi perampokan di
kereta api. Tak terkecuali, kereta yang membawa benda seni yang berharga milik
Edmund dan rekannya. Untungnya perampokan itu dapat digagalkan, dan kelompok
perampok itu berhasil diringkus. Tapi, ada satu yang lolos dan menyebar teror
untuk membalas kematian saudara kembarnya. Sosok inilah yang diyakini Edmund
sebagai penguntitnya – yang diperkirakan sebagai salah satu anggota The Flat
Cap.
Awalnya, Holmes sempat menganggap kasus ini
sebagai kasus sepele, sampai terjadinya pembunuhan.. tak hanya satu, tapi dua kasus
pembunuhan. Holmes merasa bersalah, akhirnya terjun total dalam kasus ini.
Kasus yang pada akhirnya nyari membuat Holmes mendekam dalam penjara karena
tuduhan pembunuhan.
Kasus ini berkembang jadi jauh… pembunuhan
berkembang jadi perdagangan opium illegal, lalu tentang sebuah rumah misterius
bernama ‘The House of Silk’.
Awalnya gue sempet be-te, koq jadi ngelantur
kemana-mana begini kasusnya. Tentang misteri penguntit Edmund dan kematian pria
misterius yang awalnya terjadi, sempat lama gak disinggung-singgung. Justru
Holmes berkutat pada kematian informan cilik yang seorang anak jalanan – ini
yang bikin Holmes merasa bersalah. Gue sempat merasa koq kasus selanjutnya
seperti mengada-ada, atau dipanjang-panjangin aja.
Tapi, karena Sherlock Holmes ini ‘canggih’, gue
jadi mengaibaikan segala keluhan gue di atas. Holmes seperti bisa
‘menelanjangi’ seseorang meskipun baru sekali bertemu. Dia bisa tau latar
belakang pendidikannya apa, orang itu abis ngapain. Fakta sedetail, dan sekecil
apa pun tak luput dari pengamatan beliau ini.Endingnya, tetap mengejutkan, dan bikin gue jadi kagum sama Sherlock Holmes, sama seperti gue kagum dengan kecerdikan Hercule Poirot.
Meskipun cara bicaranya masih penuh basa-basi,
sopan-santun, tapi buat gue, cara Holmes berbicara terkesan santai, tapi tetap
misterius. Sosok yang tak kalah misterius, adalah Mycroft Holmes, yang tak lain
adalah saudara kandung Sherlock.
The House of Silk karya Anthony Horowitz ini
adalah buku pertama yang disetujui oleh Conan Doyle Estate – sebuah yayasan
yang memegang hak cipta atas karya-karya Sir Arthur Conan Doyle.
3 comments:
I too liked 'The House of Silk'.
Check out my review .
Cheers!
@buddy2blogger: great!
Nama pemain yang ada serta wataknya apa? Dan moral lesson nya apa? mohon dibalas ya..
Post a Comment