Perkara Mengirim Senja
Valiant
Budi Yogi, Jia Effendi, M. Aan Mansyur, Lala Bohang, Putra Perdana, Sundea ,
Faiza Reza, Utami Diah, Mudin Em, Maradila Syachrida, Arnellis, Feby Indirani,
Rita Achdris @ 2012
Lala Bohang (ilustrasi)
Penerbit Serambi - 2012
188 hal
(via poscinta.com)
Buku Perkara Mengirim Senja ini ditulis sebagai
‘tribute’ untuk Seno Gumira Adjidarma. Pertama gue mengenal karya beliau, waktu
gue tiba-tiba melihat ada buku yang judulnya koq romantis banget – Senja untuk
Pacarku. Akhirnya gue pun mendapatkan buku ini dari pacar gue :D (tapi gak
dapet potongan senjanya… hehehe..)
Oke.. pertama baca… gak ngerti… tapi, cerpen
Senja untuk Pacarku bisa bikin gue pengen baca buku SGA yang lain, akhirnya,
gue pun membaca Negeri Senja. Cerita yang aneh menurut gue, tentang negeri yang
dipimpin seorang perempuan (eh.. bener gak ya? Rada lupa nih), terus negerinya
itu seperti selalu tertutup debu dan kabut. Cukup bisa dinikmati meskipun tetap
aneh. Selanjutnya, meskipun gue membaca buku-buku beliau yang lain… tetap.. gak
nyambung.. hehehehe…
Nah, saat Jia Effendi bolak-balik ‘promo’ di
twitter-nya, mau gak mau gue pun tertarik. Seperti apa ke 14 penulis ini
menginterpretasikan ulang karya-karya SGA. Awalnya sih, gue berharap akan
membaca cerita yang lebih ‘segar’, yang lebih mudah dicerna untuk orang yang
mungkin gak nangkep sama cerita-ceritanya SGA. Tapi.. awwww.. ternyata gak
juga. Cerpen-cerpen dalam buku ada beberapa yang masih tetap ‘rumit’.
Valiant Budi Yogi (Vabyo) yang kalo baca bukunya atau twitter-nya rada ‘tengil’, suka becanda, di cerita Gadis Kembang jadi serius.
Jia Effendi menulis Perkara Mengirim Senja,
tentang telemarketing senja. Cerpen ini cukup menggelitik gue. Hehehe.. kalo
biasanya telemarketing nawarin kartu kredit, KTA – nah di sini senja yang
dijual. Berminat?
Cerpen dengan judul terpanjang di buku ini – Selepas Membaca Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Alina
menulis Dua Cerita Pendek Sambil Membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru
Meninggalkannya – jadi salah satu favorit gue. Dua cerpen – satu tentang suami
yang bikin celana dalam besi untuk istrinya (hehehe.. gue jadi inget film Robin
Hood: Men in Tights) dan satu lagi
tentang suami yang istrinya baru meninggal.
Satu lagi yang jadi
favorit gue adalah Empat Manusia – Faiza Reza – tentang cinta segi empat.
Sedangkan, Kirana
Ketinggalan Kereta (Maradia Syahrida), adalah sebuah cerita yang berakhir ‘tragis’.
Yang unik dan juga
menarik adalah Gadis Tidak Bernama (Theoresia Runthe), Guru Omong Kosong
(Arnelis) dan Satu Sepatu, Dua Kecoak (Sundea).
Ma’af untuk cerpen Kuman
(Lala Bohang), Ulang (Putra Perdana), Akulah Pendukungmu (Sundea), Saputangan
Merah (Utami Diah K.), Senja dalam Pertemuan (Mudin Em), Surat ke-93 (Feby
Indirani) dan Bahasa Sunyi (Rita Achdris)… karena gue gak (terlalu) mengerti
dengan cerpen-cerpen ini. *peace*
Sebagian besar cerpen bercerita
tentang perselingkuhan dan bernuansa muram. Dan sayangnya, gak semua penulis mencantumkan
cerita SGA yang mana inspirasi untuk cerpen mereka. Mungkin kalo ada kata-kata ‘senja’,
udah bisa hampir dipastikan kalo cerpen itu adalah interpertasi ulang dari ‘Sepotong
Senja untuk Pacarku’, tapi kalo yang gak ada, bikin bingung. Karena mungkin
pembaca buku ini belum tentu semuanya udah baca-baca buku SGA. Kalau pun udah
baca, belum tentu hafal semua tokoh atau cerita-cerita SGA kan? *IMHO*
Ya sekianlah ‘pendapat’
gue tentang buku Perkara Mengirim Senja. Tapi ya… gara-gara baca buku ini,
terpikir untuk mengumpulkan foto senja. Tapi sayang… untuk sementara senja yang
gue liat terbatas pada senja di kantor dan di rumah aja .. :D
0 comments:
Post a Comment