Kedai 1001 Mimpi
Valiant Budi
Gagas Media, Cet. I - 2011
444 hal.
(pinjem dari Mbak Riana)
Kecintaan pada dongeng 1001 Malam, membuat seorang Valiant Budi nekad untuk menjadi TKI di negeri Arab Saudi. Kenapa memilih ke sana? Ya itu, salah satu alasannya. Akhirnya, ia pun nekat mengirim lamaran sebagai barista di kedai kopi international di Arab Saudi. Tak peduli banyak kisah miris tentang TKI yang selama ini sering terdengar di berita-berita di tanah air. Proses keberangkatan juga tidak mudah, bolak-balik medical check-up dan penantian yang cukup panjang sampai akhirnya Valiant Budi benar-benar berangkat ke tanah Arab.
Valiant Budi – atau di sana akrab dipanggil Vibi – akhirnya bekerja di sebuah kedai kopi bernama Sky Rabbit. Mungkin kalau dibaca, rasanya Vibi ini kesellll terus sepanjang ada di sana. Maunya marah-marah aja. Mulai dari disebut ‘Indunisi’, sering dikira orang Filipina, dikejar-kejar lelaki Arab yang punya kelainan, pelanggan yang gak sabar, sok tau, boss dan rekan sekerja yang gak kalah ngeselin. Kenalan dengan sesama TKI yang juga punya kisah gak kalah ajaib.
Semua jadi satu… culture shock. Gak nyangka di tanah Arab, tempat agama Islam diturunkan, justru segala bentuk kejahatan ada di sana. Hukum dan peraturan gak berlaku untuk warga asli. Sementara warga pendatang, salah sedikit langsung dihukum. Hati-hati banyak muttawa atau polisi gadungan berkeliaran. Susah ngebedain antara yang asli dan yang palsu. Termasuk pasangan muhrim palsu. Karena perempuan pada pakai cadar, jadi gak ketauan deh yang digandeng itu istri beneran atau selingkuhannya. Hehehe…
Di waktu luangnya, Vibi menulis blog dengan tema ‘Arabian Undercover’ yang ternyata menuai caci-maki dan ancaman.
Terlepas dari buku ini, meskipun banyak kisah-kisah menyedihkan dan tragis yang sering kita dengar, entah itu pembantu yang disiksa majikan, pembantu yang dihukum karena kesalahan kecil aja. Dari yang terbaca di sini, orang-orang Arab ini jago ngeles, jadinya, biarpun mereka salah, pada akhirnya, tetap aja si pembantu (baca: TKI) yang jadi salah dan akhirnya dihukum. Tapi, kenapa tetap banyak yang tergoda untuk pergi ke sana, faktornya adalah karena uang, hasil yang ‘berlimpah’ yang bisa dikirim ke kampung. Asal mau ‘menuruti’ keinginan majikan, uang dan kemewahan lainnya akan terjamin. Misalnya mau dijadikan istri yang kesekian, mau ‘diapa-apain’ aja sama majikan, atau bahkan ketemu Om-om Arab di tengah jalan pun bisa langsung dapat uang banyak – asal ya itu, mau diajak ‘ngapain’ aja sama Om-om Arab itu.
Belum lagi, orang-orang Arab yang merasa dirinya kaya banget itu sering bersikap arogan dan merendahkan orang-orang pendatang. Udah ngerasa paling oke, tapi ada aja akalnya, dari norak sampai yang ajaib.
Gak heran sih, kalo Valiant Budi ini, bawaannya kesel dan marah-marah aja. Tapi, gue bolak-balik ketawa, senyum-senyum saat membaca buku ini. Kadang kasian, tapi karena ditulis dengan gaya yang kocak jadinya antara terenyuh, kasian tapi pengen ketawa. Siap-siap tersenyum kecut, senyum geli atau malah 'jijay'. Foto-foto yang sedikit gak terlalu penting buat gue, karena di sini yang ditulis bukan kisah jalan-jalan ke Arab.
Valiant Budi
Gagas Media, Cet. I - 2011
444 hal.
(pinjem dari Mbak Riana)
Kecintaan pada dongeng 1001 Malam, membuat seorang Valiant Budi nekad untuk menjadi TKI di negeri Arab Saudi. Kenapa memilih ke sana? Ya itu, salah satu alasannya. Akhirnya, ia pun nekat mengirim lamaran sebagai barista di kedai kopi international di Arab Saudi. Tak peduli banyak kisah miris tentang TKI yang selama ini sering terdengar di berita-berita di tanah air. Proses keberangkatan juga tidak mudah, bolak-balik medical check-up dan penantian yang cukup panjang sampai akhirnya Valiant Budi benar-benar berangkat ke tanah Arab.
Valiant Budi – atau di sana akrab dipanggil Vibi – akhirnya bekerja di sebuah kedai kopi bernama Sky Rabbit. Mungkin kalau dibaca, rasanya Vibi ini kesellll terus sepanjang ada di sana. Maunya marah-marah aja. Mulai dari disebut ‘Indunisi’, sering dikira orang Filipina, dikejar-kejar lelaki Arab yang punya kelainan, pelanggan yang gak sabar, sok tau, boss dan rekan sekerja yang gak kalah ngeselin. Kenalan dengan sesama TKI yang juga punya kisah gak kalah ajaib.
Semua jadi satu… culture shock. Gak nyangka di tanah Arab, tempat agama Islam diturunkan, justru segala bentuk kejahatan ada di sana. Hukum dan peraturan gak berlaku untuk warga asli. Sementara warga pendatang, salah sedikit langsung dihukum. Hati-hati banyak muttawa atau polisi gadungan berkeliaran. Susah ngebedain antara yang asli dan yang palsu. Termasuk pasangan muhrim palsu. Karena perempuan pada pakai cadar, jadi gak ketauan deh yang digandeng itu istri beneran atau selingkuhannya. Hehehe…
Di waktu luangnya, Vibi menulis blog dengan tema ‘Arabian Undercover’ yang ternyata menuai caci-maki dan ancaman.
Terlepas dari buku ini, meskipun banyak kisah-kisah menyedihkan dan tragis yang sering kita dengar, entah itu pembantu yang disiksa majikan, pembantu yang dihukum karena kesalahan kecil aja. Dari yang terbaca di sini, orang-orang Arab ini jago ngeles, jadinya, biarpun mereka salah, pada akhirnya, tetap aja si pembantu (baca: TKI) yang jadi salah dan akhirnya dihukum. Tapi, kenapa tetap banyak yang tergoda untuk pergi ke sana, faktornya adalah karena uang, hasil yang ‘berlimpah’ yang bisa dikirim ke kampung. Asal mau ‘menuruti’ keinginan majikan, uang dan kemewahan lainnya akan terjamin. Misalnya mau dijadikan istri yang kesekian, mau ‘diapa-apain’ aja sama majikan, atau bahkan ketemu Om-om Arab di tengah jalan pun bisa langsung dapat uang banyak – asal ya itu, mau diajak ‘ngapain’ aja sama Om-om Arab itu.
Belum lagi, orang-orang Arab yang merasa dirinya kaya banget itu sering bersikap arogan dan merendahkan orang-orang pendatang. Udah ngerasa paling oke, tapi ada aja akalnya, dari norak sampai yang ajaib.
Gak heran sih, kalo Valiant Budi ini, bawaannya kesel dan marah-marah aja. Tapi, gue bolak-balik ketawa, senyum-senyum saat membaca buku ini. Kadang kasian, tapi karena ditulis dengan gaya yang kocak jadinya antara terenyuh, kasian tapi pengen ketawa. Siap-siap tersenyum kecut, senyum geli atau malah 'jijay'. Foto-foto yang sedikit gak terlalu penting buat gue, karena di sini yang ditulis bukan kisah jalan-jalan ke Arab.
2 comments:
wahhhh...buku pinjemannya udah kelar dibaca semua, aku satupun belum *stres* :(
santai aja, mbak... :)
kebetulan bahasa Indonesia, jadi cepet bacanya. coba kalo bahasa Inggris, belum tentu juga udah selesai
Post a Comment