Therese Raquin
Émile Zola @ 1867
Juanda Tantani (Terj.)
GPU – Agustus 2011
336 Hal
(Gramedia PIM)
Di sebuah jalan suram di daerah Passage du Pont-Neuf, Paris, ada sebuah toko perlengkapan jahit-menjahit yang dimiliki oleh keluarga Raquin. Toko itu juga merangkap tempat tinggal mereka. Di lantai atas, Mme Raquin tinggal bersama anaknya, Camille dan menantunya, Therese. Rumah itu terasa suram, dingin dan sunyi.
Keluarga kecil ini datang dari kota Vernon. Mme Raquin sangat protektif pada anak laki-laki semata wayangnya itu, dikarenakan sedari kecil Camille selalu sakit-sakitan. Hidupnya nyaris dihabiskan di tempat tidur, minum berbagai macam obat-obatan. Sementara, Therese, sebenarnya masih sepupu Camille. Ia diserahkan oleh seorang laki-laki kepada Mme Raquin ketika masih kecil. Sejak tiba di sana, Therese selalu tidur di ranjang yang sama dengan Camille dan terpaksa ikut minum berbagai macam obat yang diberikan kepada Camille.
Therese sebenarnya menginginkan sebuah kebebasan, berlarian di udara terbuka. Tapi, terbiasa pasif, membuat Therese juga terbiasa diam, menuruti semua kemauan Mme Raquin, bahkan ketika diminta untuk menikah dengan Camille.
Sikap protektif ini pula yang membawa keluarga kecil ini ke daerah suram di Passage du Pont-Neuf. Keceriaan yang berusaha diciptakan oleh Mme Raquin tidak berhasil menular ke menantunya. Bahkan, Therese semakin lama semakin muak dengan kehidupannya. Ia jijik dengan suaminya sendiri.
Suatu hari, saat Camille datang bersama teman lamanya, Laurent, tiba-tiba ada gairah baru dalam diri Therese. Dan ternyata, Laurent pun ‘mengambil’ kesempatan itu. Saat Camille pergi bekerja, pasangan ini bertemu diam-diam di dalam kamar tidur Therese. Karena mereka menganggap Camille adalah halangan, maka mereka berdua berencana untuk melenyapak Camille.
Namun, saat rencana mereka berhasil, justru Camille tetap jadi halangan. Camille seolah menghantui mereka sampai mereka berdua lupa apa tujuan mereka pada awalnya. Akhirnya mereka jadi bak kucing dan anjing yang selalu bertengkar dan saling menyalahkan.
Jangan terjebak dengan cover yang cantik ini. Ini bukan novel romance yang penuh kata-kata cinta. Isinya justru penuh dengan kelicikan dan nafsu. Laurent bukanlah pria tampan yang tatapannya sanggup membuat perempuan meleleh, Therese juga bukan gadis cantik yang bikin pria jadi kalang kabut. Mereka bertemu dan berhubungan karena saling memanfaatkan kesempatan, untuk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan karena cinta. Laurent mendapatkan tiga keuntungan, perhatian seorang ibu dari Mme Raquin, mendapat teman bicara bersama Camille dan pemuas nafsu yang diberikan Therese. Sementara Therese mendapatkan kebebasan yang selama ini ia impikan ketika bersama Laurent. Dan buat gue, Laurent adalah cowok yang menyebalkan, selalu berusaha mengambil keuntungan dan licik.
Buku ini pernah menuai protes, karena dianggap terlalu ‘vulgar’. Makanya di edisi kedua, penulis merasa perlu memberikan pendahuluan (1868). Ternyata, kata Émile Zola, jangan diliat dari segi vulgarnya, tapi liat dari sisi ilmiah dan psikologisnya. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda, Therese bersifat Koleris – yang sebenarnya adalah orang yang kuat dan optimis, tapi gak punya banyak teman. Kalau di sini, Therese gak punya teman dan gak terbiasa mengutarakan keinginannya karena selalu ‘diatur’ oleh Mme Raquin. Dan ketika bersama Laurent, dia bebas mengutarakan apa yang ada di pikirannya., Laurent si Sanguine – yang senang sama kepopuleran, ekstrovert dan selain ingin bersenang-senang dan Camille yang Plegmatis – menyukai ketenangan, pesimis dan biasanya bersifat sebagai pengamat.. Pada akhirnya saat mereka bertemu, menciptakan sebuah konflik yang memunculkan sifat kebinatangan (dalam hal ini Laurent dan Therese).
Wuihh.. kenapa tiba-tiba gue jadi sok ber-psikolog begini? Hehehe.. ini gue dapat dari berbagai sumber hasil bertanya sama Uncle Goole :)
Kembali ke bukunya, seperti yang sudah ‘tertanam’ di otak gue, buku yang minim percakapan akan jadi buku yang membosankan. Tak terkecuali buku satu ini. Tadinya, mau buat baca bareng BBI bulan Oktober ini… eh.. ternyata gak se'romantis' yang gue harapkan...
Émile Zola @ 1867
Juanda Tantani (Terj.)
GPU – Agustus 2011
336 Hal
(Gramedia PIM)
Di sebuah jalan suram di daerah Passage du Pont-Neuf, Paris, ada sebuah toko perlengkapan jahit-menjahit yang dimiliki oleh keluarga Raquin. Toko itu juga merangkap tempat tinggal mereka. Di lantai atas, Mme Raquin tinggal bersama anaknya, Camille dan menantunya, Therese. Rumah itu terasa suram, dingin dan sunyi.
Keluarga kecil ini datang dari kota Vernon. Mme Raquin sangat protektif pada anak laki-laki semata wayangnya itu, dikarenakan sedari kecil Camille selalu sakit-sakitan. Hidupnya nyaris dihabiskan di tempat tidur, minum berbagai macam obat-obatan. Sementara, Therese, sebenarnya masih sepupu Camille. Ia diserahkan oleh seorang laki-laki kepada Mme Raquin ketika masih kecil. Sejak tiba di sana, Therese selalu tidur di ranjang yang sama dengan Camille dan terpaksa ikut minum berbagai macam obat yang diberikan kepada Camille.
Therese sebenarnya menginginkan sebuah kebebasan, berlarian di udara terbuka. Tapi, terbiasa pasif, membuat Therese juga terbiasa diam, menuruti semua kemauan Mme Raquin, bahkan ketika diminta untuk menikah dengan Camille.
Sikap protektif ini pula yang membawa keluarga kecil ini ke daerah suram di Passage du Pont-Neuf. Keceriaan yang berusaha diciptakan oleh Mme Raquin tidak berhasil menular ke menantunya. Bahkan, Therese semakin lama semakin muak dengan kehidupannya. Ia jijik dengan suaminya sendiri.
Suatu hari, saat Camille datang bersama teman lamanya, Laurent, tiba-tiba ada gairah baru dalam diri Therese. Dan ternyata, Laurent pun ‘mengambil’ kesempatan itu. Saat Camille pergi bekerja, pasangan ini bertemu diam-diam di dalam kamar tidur Therese. Karena mereka menganggap Camille adalah halangan, maka mereka berdua berencana untuk melenyapak Camille.
Namun, saat rencana mereka berhasil, justru Camille tetap jadi halangan. Camille seolah menghantui mereka sampai mereka berdua lupa apa tujuan mereka pada awalnya. Akhirnya mereka jadi bak kucing dan anjing yang selalu bertengkar dan saling menyalahkan.
Jangan terjebak dengan cover yang cantik ini. Ini bukan novel romance yang penuh kata-kata cinta. Isinya justru penuh dengan kelicikan dan nafsu. Laurent bukanlah pria tampan yang tatapannya sanggup membuat perempuan meleleh, Therese juga bukan gadis cantik yang bikin pria jadi kalang kabut. Mereka bertemu dan berhubungan karena saling memanfaatkan kesempatan, untuk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan karena cinta. Laurent mendapatkan tiga keuntungan, perhatian seorang ibu dari Mme Raquin, mendapat teman bicara bersama Camille dan pemuas nafsu yang diberikan Therese. Sementara Therese mendapatkan kebebasan yang selama ini ia impikan ketika bersama Laurent. Dan buat gue, Laurent adalah cowok yang menyebalkan, selalu berusaha mengambil keuntungan dan licik.
Buku ini pernah menuai protes, karena dianggap terlalu ‘vulgar’. Makanya di edisi kedua, penulis merasa perlu memberikan pendahuluan (1868). Ternyata, kata Émile Zola, jangan diliat dari segi vulgarnya, tapi liat dari sisi ilmiah dan psikologisnya. Setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda, Therese bersifat Koleris – yang sebenarnya adalah orang yang kuat dan optimis, tapi gak punya banyak teman. Kalau di sini, Therese gak punya teman dan gak terbiasa mengutarakan keinginannya karena selalu ‘diatur’ oleh Mme Raquin. Dan ketika bersama Laurent, dia bebas mengutarakan apa yang ada di pikirannya., Laurent si Sanguine – yang senang sama kepopuleran, ekstrovert dan selain ingin bersenang-senang dan Camille yang Plegmatis – menyukai ketenangan, pesimis dan biasanya bersifat sebagai pengamat.. Pada akhirnya saat mereka bertemu, menciptakan sebuah konflik yang memunculkan sifat kebinatangan (dalam hal ini Laurent dan Therese).
Wuihh.. kenapa tiba-tiba gue jadi sok ber-psikolog begini? Hehehe.. ini gue dapat dari berbagai sumber hasil bertanya sama Uncle Goole :)
Kembali ke bukunya, seperti yang sudah ‘tertanam’ di otak gue, buku yang minim percakapan akan jadi buku yang membosankan. Tak terkecuali buku satu ini. Tadinya, mau buat baca bareng BBI bulan Oktober ini… eh.. ternyata gak se'romantis' yang gue harapkan...
6 comments:
Lah aku kira juga ini buku romance fer.. Ternyata bukan.. Hehe..
aku baca buku ini 10 thn yll, bukunya msh terbitan Pustaka Jaya, tampilan bukunya suram, sama gelapnya dg cerita bukunya:(
@annisaanggiana: aku pikir juga romance atau mungkin ini 'dark romance' :D
@Tjut Riana: wah... bukunya masih ada?
masih ada, judulnya "Theresa",halaman2 bukunya udah kuning, persis buku tua:)
ngeliat judul ini di daftar @1000Novels... ternyata nggak se "oke" itu ya fer? hehe
@Tjut Riana: hehehe.. buku antik..
@Astrid: gue emang gak cocok sama buku2 klasik :D
Post a Comment