Putri Ong Tien: Kisah Perjalanan Putri China Menjadi Istri Ulama Besar Tanah Jawa
Winny Gunarti @ 2010
GPU - 2010
200 hal.,
(hasil swap sama gadisgerimis)
Putri Ong Tien – putrid Kaisar Hong Gue di masa Dinasti Ming. Ada apa dengan beliau? Yang menjadi Putri Ong Tien disebut dalam sejarah Indonesia, karena ia adalah salah satu istri ulama besar Indonesia, yaitu Sunan Gunung Jati atau dikenal juga dengan nama Syarif Hidayatullah.
Sebagai putri kaisar, Putri Ong Tien mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan oleh kaisar sebagai Anak Langit. Meskipun Kaisar menyayangi Putri Ong Tien, tapi tidak setiap saat mereka bisa bertemu dan berbicara dengan santai. Hari-hari Putri Ong Tien dihabiskan dengan mempelajari kaligrafi Cina dan filsafat Cina. Putri Ong Tien adalah putri yang kritis, kala salah satu selir raja tertimpa musibah, ia merasa iba, tapi tak berdaya untuk membebaskan selir itu dari hukuman raja.
Pada masa itu pula, penyebaran agama Islam sudah sampai ke Cina. Bahkan salah satu daerah di Cina, yaitu kota Xian jadi daerah yang populasi penduduk Islam paling banyak. Terbetik kabar bahwa seorang ulama dari Jawa bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa obat-obatan seperti yang selama ini dilakukan oleh para tabib Cina. Beliau hanya meminta orang yang sakit itu melakukan gerakan-gerakan sholat dan Insya Allah, sembuhlah orang itu. “Kesaktian’ ulama itu terdengar sampai ke telinga Kaisar. Tapi, sebagai Kaisar itu tidak percaya begitu saja dengan berita itu. Maka diundanglah ulama itu ke Kerajaan dan diminta untuk membuktikan kebenaran atas kesaktiannya itu.
Kaisar sudah mempersiapkan sebuah tebakan. Tapi sayang, Kaisar yang merasa dipermalukan mengusir ulama itu dari istana. Ulama itu – sang Sunan Gunung Jati – akhirnya pergi, tapi meninggalkan ‘penderitaan’ pada Putri Ong Tien. Putri Ong Tien jatuh cinta pada pria yang baru ia lihat. Kecakapan dan tutur kata Sunan Gunung Jati mampu merebut hatinya. Demi bertemu kembali pria pujaannya itu, Putri Ong Tien rela meninggalkan Cina, mengarungi lautan yang ganas menuju tanah Jawa.
Putri Ong Tien pun menikah dengan Sunan Gunung Jati dan memeluk agama Islam. Hari-harinya di Cirebon dihabiskan dengan membatik. Ia pun memperkenalkan motif-motif baru. Putri Ong Tien meninggal dunia karena sakit. Ia dimakamkan di Kompleks Pemakaman Keramat Sunan Gunung Jati. Dinding di depan makam Putri Ong Tien dihiasi dengan keramik asal Cina yang ia bawa ketika berlayar ke Tanah Jawa.
Wah, banyak pengentahuan baru yang gue dapat dari membaca buku ini. Salah satunya nih, asal kata kota Palembang. Hihihi.. gue memang orang Palembang yang ‘kafir’. Meskipun gue berpikir, “Pe-de banget putri ini, berlayar jauh-jauh demi cinta.” Halahh…. :D
Tapi gue rada bingung, apakah buku ini dikategorikan sebagai ‘historical fiction’ atau bukan? Dan apa maksudnya dengan fakta-fiksi? Di belakang buku ini kategorinya adalah non-fiksi/sejarah.
Winny Gunarti @ 2010
GPU - 2010
200 hal.,
(hasil swap sama gadisgerimis)
Putri Ong Tien – putrid Kaisar Hong Gue di masa Dinasti Ming. Ada apa dengan beliau? Yang menjadi Putri Ong Tien disebut dalam sejarah Indonesia, karena ia adalah salah satu istri ulama besar Indonesia, yaitu Sunan Gunung Jati atau dikenal juga dengan nama Syarif Hidayatullah.
Sebagai putri kaisar, Putri Ong Tien mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan oleh kaisar sebagai Anak Langit. Meskipun Kaisar menyayangi Putri Ong Tien, tapi tidak setiap saat mereka bisa bertemu dan berbicara dengan santai. Hari-hari Putri Ong Tien dihabiskan dengan mempelajari kaligrafi Cina dan filsafat Cina. Putri Ong Tien adalah putri yang kritis, kala salah satu selir raja tertimpa musibah, ia merasa iba, tapi tak berdaya untuk membebaskan selir itu dari hukuman raja.
Pada masa itu pula, penyebaran agama Islam sudah sampai ke Cina. Bahkan salah satu daerah di Cina, yaitu kota Xian jadi daerah yang populasi penduduk Islam paling banyak. Terbetik kabar bahwa seorang ulama dari Jawa bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa obat-obatan seperti yang selama ini dilakukan oleh para tabib Cina. Beliau hanya meminta orang yang sakit itu melakukan gerakan-gerakan sholat dan Insya Allah, sembuhlah orang itu. “Kesaktian’ ulama itu terdengar sampai ke telinga Kaisar. Tapi, sebagai Kaisar itu tidak percaya begitu saja dengan berita itu. Maka diundanglah ulama itu ke Kerajaan dan diminta untuk membuktikan kebenaran atas kesaktiannya itu.
Kaisar sudah mempersiapkan sebuah tebakan. Tapi sayang, Kaisar yang merasa dipermalukan mengusir ulama itu dari istana. Ulama itu – sang Sunan Gunung Jati – akhirnya pergi, tapi meninggalkan ‘penderitaan’ pada Putri Ong Tien. Putri Ong Tien jatuh cinta pada pria yang baru ia lihat. Kecakapan dan tutur kata Sunan Gunung Jati mampu merebut hatinya. Demi bertemu kembali pria pujaannya itu, Putri Ong Tien rela meninggalkan Cina, mengarungi lautan yang ganas menuju tanah Jawa.
Kompleks Pemakaman Keramat Sunan Gunung Jati
via budayacirebon
via budayacirebon
Putri Ong Tien pun menikah dengan Sunan Gunung Jati dan memeluk agama Islam. Hari-harinya di Cirebon dihabiskan dengan membatik. Ia pun memperkenalkan motif-motif baru. Putri Ong Tien meninggal dunia karena sakit. Ia dimakamkan di Kompleks Pemakaman Keramat Sunan Gunung Jati. Dinding di depan makam Putri Ong Tien dihiasi dengan keramik asal Cina yang ia bawa ketika berlayar ke Tanah Jawa.
Wah, banyak pengentahuan baru yang gue dapat dari membaca buku ini. Salah satunya nih, asal kata kota Palembang. Hihihi.. gue memang orang Palembang yang ‘kafir’. Meskipun gue berpikir, “Pe-de banget putri ini, berlayar jauh-jauh demi cinta.” Halahh…. :D
Tapi gue rada bingung, apakah buku ini dikategorikan sebagai ‘historical fiction’ atau bukan? Dan apa maksudnya dengan fakta-fiksi? Di belakang buku ini kategorinya adalah non-fiksi/sejarah.
2 comments:
nahhh jarang nih ada modelan historical fiction kayak gini di indonesia ya fer..tapi aneh juga kalo kategorinya non fiksi hehe..mungkin banyakan fakta tapi ditambah sedikit bumbu =p
iya, kirain nih buku bakalan garing, taunya cepet aja tuh bacanya :)
makanya ada bumbu2 dikit kali ya, biar gak bosen
Post a Comment