Wednesday, October 12, 2011

If I Stay

If I Stay (Jika Aku Tetap di Sini)
Gayle Forman @ 2009
Poppy D. Chusfani (Terj.)
GPU – February 2011
200 hal.,
(pinjem dari Mia)

Kehidupan Mia tampaknya menyenangkan. Tinggal dengan orang tua yang selalu mendukungnya, adik yang manis. Meskipun bisa dibilang orang tuanya rada ‘nyentrik’, tapi semua berjalan dengan baik-baik saja. Mia menyukai musik klasik, sementara orang tuanya cenderung ke arah rock. Di masa mudanya, ayah Mia pernah ikut bermain band. Dan sekarang, Mia juga bermain alat musik, cello. Saat ini ia tengah bersiap-siap untuk audisi masuk sekolah musik ternama, Julliard. Pacar Mia sendiri juga pemain band.

Pagi itu semua baik-baik saja. Salju turun, menyebabkan sekolah-sekolah diliburkan, dan ibu Mia memutuskan untuk tidak masuk kantor. Akhirnya, orang tua Mia memutuskan untuk berkunjung ke rumah sahabat mereka.

Perjalanan juga diawali dengan santai, berebut ingin memutar lagu pilihan mereka masing-masing di mobil. Semua begitu sempurna…. Dan tiba-tiba saja, semua berubah jadi bencana.

Dalam kecelakaan itu, hanya Mia yang ‘selamat’, Mia dalam keadaan koma. Jiwanya ‘melayang-layang’, tapi ia bukan hantu. Mia bisa melihat tubuh ayah dan ibunya yang sudah meninggal, tapi ia tak bisa menemukan adiknya, Teddy. Mia bisa melihat tubuhnya sendiri yang diterbangkan ke rumah sakit dengan helicopter, dimasukin segala macam selang yang membantunya untuk tetap hidup. Mia juga melihat bagaimana Adam, pacarnya, berbuat nekat agar bisa menjenguknya yang ada di ICU.

Dalam keadaan ‘melayang’ itu, semua kisah hidupnya seolah terputar kembali, Mia bercerita tentang ayahnya yang mantan pemain drum, ibunya yang bergaya bak rocker, saat Mia menemani ibunya ketika melahirkna Teddy, saat bersama sahabatnya, Kim dan kencan pertamanya dengan Adam.

Dan dalam keadaan itu juga, Mia harus memilih, apakah ia harus kembali hidup, tapi tanpa keluarga yang menantinya, atau pergi meninggalkan orang-orang yang terus berharap agar ia bertahan?

Mungkin ada baiknya siap-siap sedia tissue, yah buat jaga-jaga kalo-kalo nangis pas lagi baca buku ini. Meskipun sedih, tapi buku ini gak terkesan cengeng dan terlalu ‘menye-menye’, Liat aja gimana Adam, yang meskipun hancur lebur tapi tetap berusaha tegar, atau kakeknya yang sedih, tapi tetap menyerahkan semua pilihan ke Mia. Ini gak hanya tentang kisah cinta Mia dan Adam, tapi juga cinta dalam keluarga dan juga untuk sahabat.

“Aku punya tujuan mengatakan semua ini,” dia melanjutkan. “Ada sekitar dua puluh orang di ruang tunggu sekarang. Beberapa di antara mereka berhubungan darah denganmu. Beberapa lagi tidak. Tapi kami semua keluargamu.”

…. “Kau masih punya keluarga,” bisiknya.

Hal. 183 - 184


Untung buku keduanya udah mau beredar, jadi gue gak perlu terlalu lama penasaran gimana ‘nasib’ Mia selanjutnya.

5 comments:

Ana said...

mba fer, yang pasti siap-siap tisu yang lebih banyak di buku keduanya!!!!

ferina said...

wahhh.. udah baca ya? di buku pertama ini, antara pengen nangis atau gak nih... tapi, emang sedih sih ceritanya.

Astrid said...

fer...gw baca buku ini di pesawat trus nangis2 nggak jelas sampe diliatin huahaha..btw udh dpt pinjeman buku kedua tp belum dibaca niihhh...jd penasaran sama komennya ana =)

Anonymous said...

Huaaaa.. Kepengen baca buku ini jadinya.. Ini tuh seri an apa bukan ya fer?

ferina said...

@Astrid: untung gue baca di kamar. kalo lap2 mata dikit, gak ada yang meratiin :D

@annisaanggiana: iya, ada lanjutannya. tapi yang 'cerita' itu cowoknya. kalo buku pertama yang 'cerita' dari sisi Mia

duh.. makin penasaran sama lanjutannya...

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang