Athena: Eureka
Erlin Natawiria
Gagas Media – December 2013
284 Hal.
Widha memutuskan untuk berlibur ke Yunani –
alasannya banyak, pertama karena memang sejak kecil ia tertarik dengan mitologi
Yunani; kedua, pengen ketemu mantan pacarnya dan ketiga, memenuhi keinginan
almarhum kakak kembarnya. Sejak putus sama mantannya secara sepihak, Widha
memang masih selalu berusaha menjaga hubungannya tapi, si mantan ini, bernama
Wafi hilang begitu saja, sampai akhirnya Widha justru mengentahui keberadaan
Wafi justru dari pacar baru Wafi. Hmmm….
Okelah, setelah menabung dana bea siswa dan dari
hasil menulis sebagai jurnalis, berangkatlah Widha ke Yunani. Di sana ia bertemu dengan Nathan, cowok berkebangsaan Australia yang mengerti bahasa Indonesia. Yah,
si Nathan ini meskipun niatnya jalan-jalan, ternyata punya ‘misi’ sendiri. Dan
sikap enggan Nathan untuk bercerita tentang latar belakangnya bikin Widha
penasaran, tapi sikap penasaran Widha malah bikin Nathan jadi marah. Lagian
sih… baru kenal udah sok-sok pengen tahu masa lalu orang … Kalo gue jadi
Nathan, juga bt pastinya diulik-ulik terus.
Sebenernya pengen kasih bintang 2 aja untuk buku
ini – karena tokoh-tokohnya berkarakter ‘nangung’ menurut gue. Udah gitu,
terlalu banyak kebetulan dalan buku ini – si A kenal si B, si B ternyata kenal
juga sama C yang kenal sama A. Gue lebih suka kalau ini permasalahan hanya di
Wafi dan Widha, gak perlu dibuat jadi rumit dengan kehadiran orang lain yang
ternyata saling kenal itu. Dan jujur gue kesel banget ketika dengan berbagai kebetulan
itu.
Terus, segitu gak bisa move-on-nya Widha, sampai
harus nyariin Wafi ke Athena segala – yah, meskipun ada alasan lain sih. Tapi,
konfliknya jadi gak jelas. Mau ngurusin mantan atau ‘menuntaskan’ keinginan
sang kakak? Lalu, kenapa tokoh-tokohnya pada bermasalah dengan ayahnya – Wafi,
Nathan bahkan bocah jalanan pencuri roti itu?
Yang bikin gue nambahin jadi ½ bintang –
dibuletin deh jadi 3 bintang, karena pemilihan setting tempat di Yunani, yang
menurut gue gak umum. Meskipun ketika berkeliling bersama Nathan, menurut gue
Widha terkesan jadi kaya’ tour guide atau kamus berjalan. Seolah ingin
‘memamerkan’ pengetahuan tentang Yunani, tapi lupa menggambarkan keindahan
tempat-tempat wisata yang ia kunjungi.
Bagian yang menarik dalam buku ini, ketika Widha
dan Nathan ‘terjebak’ dalam pesta pernikahan di Rafina dan adegan kejar-kejaran
dengan bocah pencuri roti bernama Regas.
Kalo cover, gue suka dengan warna birunya, tapi
kenapa ilustrasinya koq terkesan kaku dan sepi gitu? Misalnya Monastiraki Flea Market, katanya
tempat penjualan pernak-pernik yang ramai, tapi ilustrasinya gak ‘meneriakkan’
keramaian itu. Gue jadi gak bisa ngeliat apa yang menarik dari Yunani. Padahal
illustrator-nya sama dengan illustrator Roma, yang lebih menarik dibandingkan
yang ini.
Okelah, terlepas dari segala kekurangan yang di
dalam buku ini, gue salut dengan pilihan setting cerita yang berani, yang unik,
yang jarang dipakai oleh penulis (lokal) – eh, ini setau gue sih… Yah, emang
sih ini kan
bukan buku panduan pariwisata, tapi at least bisa membangun keinginan pembaca
untuk berimajinasi tentang tempat tersebut.
Kalo ngeliat foto sih, (katanya) gue pernah
dateng ke sana…
hihihi.. pas umur 3 atau 4 tahun mungkin. Tapi, tentu saja, gak satu pun
ingatan tentang kunjungan itu melekat…. Nah doakan saja deh, kalo gue bisa
kembali berpose di depan Acropolis seperti di foto ini… hehehe…
guess... yang manakah aku? |
Submitted for:
-
Baca Bareng BBI bulan April 2014 – tema: Travel
-
Lucky No. 14 Reading Challenge – category: Visit the Country
-
Young Adult Reading Challenge 2014
-
New Author Reading Challenge 2014
-
Indonesian Romance Reading Challenge 2014
2 comments:
ya ampyun feeeer beruntungnya udah pernah ke yunaniiii *meski ngga inget* hihihi moga2 bisa balik lagi ke sana sama mika suatu hari nanti.. atau kita liburan bareng yuk *ngayal* ;p
hihihi.. amin... mari2 nabung biar bisa liburan bareng... :D *mau ke bandung bareng aja gak jadi2...*
Post a Comment