The Postcard Killers
James Patterson & Liza Marklund @ 2010
Grand Central Publishing - 2011
385 page
(MPH @ Raffles
City Singapore)
Detektif Jacob Kanon terbang dari Amerika ke
Benua Eropa. Bukan untuk berlibur tentunya, tapi memburu pembunuh para pasangan
muda yang sedang berlibur ke beberapa negara di Eropa. Detektif Kanon sendiri
punya motif pribadi, karena salah satu dari para korban adalah anak
perempuannya sendiri, bernama Kimmy Kanon. Kimmy ditemukan tewas bersama
tunangannya di salah satu hotel di Florence, Roma. Korban lain ditemukan di
Paris, Kopenhagen, Frankfurt dan Stockholm.
Para korban dijerat dengan daya pikat sang
pelaku. Korban yang ingin berlibur dan menemukan teman baru, tentu saja tidak
bisa menolak persahabatan yang ditawarkan, yang pada akhirnya menjebak
mereka. Dari setiap foto para korban,
ditemukan sebuah pola. Di mana posisi para korban mirip dengan karya-karya seni
terkemuka di kota
tempat mereka ditemukan. Selain itu, harta benda para korban juga lenyap.
Seorang reporter muda bernama Dessie Larsson
mendapatkan sebuah kartu pos, yang berisi sebuah pesan singkat dari orang yang
diduga melakukan pembunuhan. Maka, Detektif Kanon pun mendekati Dessie, untuk
diajak bekerja sama dan menawarkan diri untuk membantu kepolisian Swedia. Dessie
pun mengirimkan surat
balasan terbuka untuk memancing pelaku kejahatan itu.
Taktik ini membuahkah hasil, meskipun akhirnya
kembali menemukan jalan buntu. Pasangan Sylvia dan Malcom Rudolph lepas dari
tuduhan sebagai pelaku pembunuhan karena mereka punya alibi yang kuat. Tapi,
Detektif Kanon dan Dessie tetap yakin bahwa merekalah pelaku yang sebenarnya.
Sesungguhnya, ide cerita yang ditawarkan menarik,
tapi sayang, kenapa terasa kurang ‘nendang’. Kurang terasa ketegangannya. Masih
ada yang terasa ‘menggantung’ atau nanggung. Entah, mungkin gue terlewat kali
ya. Ya jujur aja, gue masih rada kurang jelas sama motif dari pelaku. Apa hanya
untuk ‘mengapresiasikan’ dari seni yang mereka kagumi tapi dengan cara yang
‘ekstrim’, atau karena adanya trauma di masa lalu? Dan apa yang membuat seorang Dessie Larsson
terpilih untuk mendapatkan kartu pos itu? Rasanya menyebalkan ketika selesai
membaca satu buku, tapi harus ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan. Kali akan
lebih keren, kalo ada sebuah bab, yang isinya flashback, yang kira-kira menggambarkan latar belakang karakter si
pembunuh itu terbentuk.
Gue sempat semangat ketika dengan keberhasilan
Dessie dalam menemukan sebuah petunjuk. Yah, abaikan saja cerita selingan
sebagai bumbu pelengkap di dalam buku ini, meskipun rada membuat gue sebal.
Gue pernah membaca beberapa karya James Patterson
yang lain, dan buku-buku itu sanggup membuat gue deg-degan dan ikut terpacu
dengan ketegangan yang ada. Satu hal yang membuat gue bisa menyelesaikan buku
ini dengan lumayan cepat, adalah karena bab-bab cerita yang pendek, yang mau
tidak mau membuat alur cerita juga cepat. Yah, buku ini oke lah untuk menemani
waktu libur. Mau sedikit tegang, tapi pengen mencari cerita yang cepat selesai.
0 comments:
Post a Comment