Wednesday, September 18, 2013

The Postcard Killers



The Postcard Killers
James Patterson & Liza Marklund @ 2010
Grand Central Publishing - 2011
385 page
(MPH @ Raffles City Singapore)

Detektif Jacob Kanon terbang dari Amerika ke Benua Eropa. Bukan untuk berlibur tentunya, tapi memburu pembunuh para pasangan muda yang sedang berlibur ke beberapa negara di Eropa. Detektif Kanon sendiri punya motif pribadi, karena salah satu dari para korban adalah anak perempuannya sendiri, bernama Kimmy Kanon. Kimmy ditemukan tewas bersama tunangannya di salah satu hotel di Florence, Roma. Korban lain ditemukan di Paris, Kopenhagen, Frankfurt dan Stockholm. Para korban dijerat dengan daya pikat sang pelaku. Korban yang ingin berlibur dan menemukan teman baru, tentu saja tidak bisa menolak persahabatan yang ditawarkan, yang pada akhirnya menjebak mereka.  Dari setiap foto para korban, ditemukan sebuah pola. Di mana posisi para korban mirip dengan karya-karya seni terkemuka di kota tempat mereka ditemukan. Selain itu, harta benda para korban juga lenyap.

Seorang reporter muda bernama Dessie Larsson mendapatkan sebuah kartu pos, yang berisi sebuah pesan singkat dari orang yang diduga melakukan pembunuhan. Maka, Detektif Kanon pun mendekati Dessie, untuk diajak bekerja sama dan menawarkan diri untuk membantu kepolisian Swedia. Dessie pun mengirimkan surat balasan terbuka untuk memancing pelaku kejahatan itu.

Taktik ini membuahkah hasil, meskipun akhirnya kembali menemukan jalan buntu. Pasangan Sylvia dan Malcom Rudolph lepas dari tuduhan sebagai pelaku pembunuhan karena mereka punya alibi yang kuat. Tapi, Detektif Kanon dan Dessie tetap yakin bahwa merekalah pelaku yang sebenarnya.

Sesungguhnya, ide cerita yang ditawarkan menarik, tapi sayang, kenapa terasa kurang ‘nendang’. Kurang terasa ketegangannya. Masih ada yang terasa ‘menggantung’ atau nanggung. Entah, mungkin gue terlewat kali ya. Ya jujur aja, gue masih rada kurang jelas sama motif dari pelaku. Apa hanya untuk ‘mengapresiasikan’ dari seni yang mereka kagumi tapi dengan cara yang ‘ekstrim’, atau karena adanya trauma di masa lalu?  Dan apa yang membuat seorang Dessie Larsson terpilih untuk mendapatkan kartu pos itu? Rasanya menyebalkan ketika selesai membaca satu buku, tapi harus ditutup dengan pertanyaan-pertanyaan. Kali akan lebih keren, kalo ada sebuah bab, yang isinya flashback, yang kira-kira menggambarkan latar belakang karakter si pembunuh itu terbentuk.

Gue sempat semangat ketika dengan keberhasilan Dessie dalam menemukan sebuah petunjuk. Yah, abaikan saja cerita selingan sebagai bumbu pelengkap di dalam buku ini, meskipun rada membuat gue sebal.

Gue pernah membaca beberapa karya James Patterson yang lain, dan buku-buku itu sanggup membuat gue deg-degan dan ikut terpacu dengan ketegangan yang ada. Satu hal yang membuat gue bisa menyelesaikan buku ini dengan lumayan cepat, adalah karena bab-bab cerita yang pendek, yang mau tidak mau membuat alur cerita juga cepat. Yah, buku ini oke lah untuk menemani waktu libur. Mau sedikit tegang, tapi pengen mencari cerita yang cepat selesai.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang