The Empress of Ice Cream (Semanis Es Krim)
Anthony Capella @ 2010
Gita Yuliani K. (Terj.)
GPU, Juni 2013
552 Hal.
(via @HobbyBuku)
Carlo Demirco hanyalah seorang bocah biasa dari
keluarga miskin. Saat berusia 7 tahun, ia diambil oleh Ahmad dan dijadikan pesuruhnya.
Ahmad ini adalah pembuat sherbet keluarga Medici. Semua yang dilakukan Ahmad
bersifat rahasia. Tapi Demirco mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap
es, hingga ia harus kehilangan jari tangannya karena terlalu lama dikurung
dalam ruang penyimpanan es. Tapi, itu tidak membuatnya kapok. Demirco kerap
melakukan percobaan dengan bahan-bahan yang dimiliki Ahmad. Dan ketika beranjak
remaja, Demirco bertemu dengan Lucian Audiger, pria Prancis yang ingin menjadi confectioner – menurut ‘hemat’ gue,
adalah pembuat makanan penutup, hidangan yang manis-manis.
Maka, Demirco pun lari meninggalkan Florence dan pergi bersama Lucian ke Perancis. Lewat sogokan,
relasi, diplomasi dan biaya yang mahal, juga perjuangan yang ulet, akhirnya
keahlian Demirco diakui oleh Louis XIV, sang Raja Perancis. Nah di jaman itu,
suguhan manis-manis tampaknya jadi suatu hal yang mewah dan hanya bisa
dinikmati oleh para raja. Dan hanya raja juga yang berhak menentukan siapa yang
ingin ia ajak untuk menikmati suguhan istimewa itu.
Lama-lama Demirco jadi terlena dengan kehidupan
yang serba mewah dan bebas itu. Tapi, ketika ia bertemu dengan salah satu
dayang-dayang ratu, bernama Louise de Karoulle, ia pun jatuh cinta dan berniat
mengawininya, tapi sayangnya, cintanya ditolak.
Dan ketika
Louis XIV ini ingin membujuk Raja Inggris, Charles, agar menandatangani
sebuah perjanjian penting yang akan menguntungkan Perancis, maka diutuslah
Louise dan Demirco untuk membujuk dan memperngaruhi Charles. Louise, tentu saja
dengan kecantikannya, dan Demirco dengan keahliannya dalam membuat es krim,
yang ketika itu belum populer di Inggris.
Louise de Kerroualle - via http://www.gogmsite.net/ |
Raja Charles II - via Wikipedia |
Louise digunakan untuk kepentingan politik. Ia
harus berhasil membuat Charles tergoda, mengorbankan kehormatannya demi
keberhasilan misi Raja Louis XIV. Louise dibenci, dihina, harus bersaing dengan
para gundik raja yang lain. Louise, dari seorang gadis polos berubah menjadi
perempuan yang berpengaruh. Ia mengumpulkan berbagai harta, membuat beberapa
keputusan yang penting. Orang-orang banyak yang membencinya, seorang gundik
raja yang juga artis pangung bernama Nell Gwynn, terang-terangang mengolok-olok
Louise dalam setiap peran yang ia mainkan. Tapi, Louise tetap tenang.
Nell Gwyn - via Wikipedia |
Dan sementara itu, Demirco harus selalu membuat
hidangan es yang istimewa. Ada
satu titik, di mana akhirnya, ia harus kecewa, karena dipermainkan oleh Louise.
Kejadian ini yang menjadi titik balik, dan membuatnya sadar, bahwa inilah
saatnya ia benar-benar harus membuat keputusan untuk masa depan yang
selanjutnya. Tak peduli, bahwa hidupnya selama ini tergantung pada orang-orang
yang sangat berpengaruh.
Apa yang istimewa dari buku ini? Terus terang,
gue sempat merasa gak nyaman membaca buku ini. Di jaman itu tuh, rasanya bukan
hal yang aneh ketika raja punya banyak pasangan. Satu istri sah, tapi selir
atau gundiknya di mana-mana. Bahkan, juga
bukan rahasia kalau perempuan berhubungan dengan laki-laki lain yang
bukan suaminya.
Udah gitu, raja ini boros banget ya. Pesta-pesta,
judi, belum lagi hadiah-hadiah mewah, istana, apartemen mewah dan berbagai
kemewahan lainnya. Dan si Raja Charles ini dikatakan bukanlah laki-laki yang
setia. Untuk itu Louise perlu menjaganya, agar tidak berpaling ke perempuan
lain. Sekali raja berpaling, berarti kedudukannya juga terancam. Yang pasti
demi kepentingan politik, perempuan jadi umpan.
O ya, yang istimewa, setidaknya buat gue, adalah
membayangkan proses pembuatan es krim itu. Gila ya, jaman dulu itu, ternyata
nanas adalah buah yang sangat istimewa. Gue merasa geli ketika orang-orang jadi
norak pas pertama kali mereka ngeliat buah nanas.
Lewat sosok Hannah, seorang pelayan di tempat
Demirco menginap, kita akan menemukan seorang perempuan yang keras, tapi punya
pendirian. Dia tahu apa yang harus ia putuskan agar ia bisa mendapatkan sebuah
kebebasan, untuk menjadi manusia yang bebas tanpa terikat dengan berbagai
embel-embel.
“Yang
lebih baik yang bisa kuinginkan? .. ”Kerajaan tanpa raja. Gereja tanpa gereja.
Negeri di mana tidak ada ikatan kewajiban ; tidak ada kewajiban mengenai hak
milik, hak istimewa, ataupun kelahiran. Tempat di mana tidak ada manusia
terlahir dengan sanggurdi di punggungnya agar manusia lain dapat
menungganginya. Tempat setiap laki-lali bisa memilih cara beribadahnya ; dan
setiap perempuan juga, dan hukum satu-satunya yang kami patuhi adalah yang
tertulis dalam hati kami. Jika kami butuh pemimpin, kami akan memilih mereka.
Jika kami butuh undang-undang, kami akan membuatnya sendiri.”
(hal.
522)
3 comments:
maish ditimbun ._. tapi mau segera bacaaa
masuk wishlist ku nih.. Klo buat ku novel2nya Anthony Capella tipikal buku yang dibaca tp ga dikoleksi. Mbak Fer, boleh pinjem ga? Hihihi..
@orybun: buruan dibaca
@Azia: mau pinjem... boleh.. :)
Post a Comment