Boy: Tales of Childhood (Boy: Kisah Masa Kecil)
Roald Dahl @ 1984
Quentin Blake (Ilustrasi)
Poppy Damayanti Chusfani (Terj.)
GPU – September 2004
232 hal.
Menyenangkan membaca sebuah biografi yang ditulis
dengan bahasa yang santai. Tidak membosankan, gak bikin ngantuk. Mungkin yang
menulis seorang Roald Dahl, salah satu penulis cerita anak-anak favorit gue.
Menurut Roald Dahl sih, ini bukan biografi – “Autobiografi adalah buku yang
ditulis seseorang mengenai kehidupannya sendiri dan biasanya penuh detail yang
membosankan. Aku tidak akan pernah menulis tentang sejarah diriku sendiri”
Roald Dahl lahir tanggal 13 September 1916, sebagai anak laki-laki satu-satunya dan
Dahl sangat dekat dengan ibunya. Semasa ia bersekolah dan mulai bekerja, Dahl selalu menulis surat untuk ibunya, dan
disimpan dengan rapi oleh ibunya. Dalam buku ini ada beberapa gambar
potongan-potongan surat
yang dikirim Dahl untuk sang Ibu.
Di buku biografi bagian pertama ini berisi kisah
sejak Dahl lahir dan semasa ia bersekolah di asrama. Hingga akhirnya lulus dan
bekerja di Shell.
Sebagai anak kecil, Dahl juga suka iseng. Ia
memberi ‘pelajaran’ untuk seorang penjaga toko permen yang selalu merengut
setiap melihat anak-anak, atau memasukkan kotoran kambing ke dalam pipa
tunangan kakaknya.
Sekolah tempat Dahl belajar begitu ketat
menerapkan disiplin. Dan sejujurnya bikin gue ngilu dan sebal dengan sikap guru
dan para pengawas yang semena-mena. Agar anak disiplin tak segan mereka
menerapkan hukuman dengan cara memukul dengan rotan. Anak-anak juga nyaris
tidak diperkenankan menyuarakan pendapatnya atau membela diri. Terkesan, jika
kita membela diri, berarti guru yang salah. Dahl pun juga tak luput dari
hukuman itu.
Lulus dari sekolah, ketika ditawari oleh ibunya
untuk memilih melanjutkan ke Cambridge atau Oxford, Dahl lebih memilih
untuk langsung bekerja. Ia mencoba melamar ke Shell – hal ini sempat
mendapatkan komentar sinis dari kepala sekolahnya. Dan beruntung Dahl diterima
di Shell. Alasan Dahl lebih memilih bekerja adalah agar ia bisa ditempatkan di
tempat-tempat yang eksotis. Mungkinkah dari tempat eksotis ini, lahir kisah
James and the Giant Peach atau, The Enormous Crocodile?
Kejadian-kejadian di masa kecilnya memberi
inspirasi bagi buku-buku cerita anak-anak yang ditulisnya. Salah satunya adalah
cokelat Cadbury yang mengilhami cerita Charlie and the Chocolate Factory.
Dan kalau gue pikir-pikir, ketika membaca sosok
kepala sekolah yang kaku, matron yang galak dan guru yang senang dengan
anak-anak yang mendapatkan hukuman, gue terbayang sosok Miss Trunchbull di
Mathilda, atau sosok ibu yang hangat dalam gambaran Miss Honey.
Atau sosok menyebalkan lagi, seperti penjaga toko
permen, mungkin digambarkan dalam tokoh The Twists atau neneknya George di
George’s Marvelous Medicine?
Cerita anak-anak Roald Dahl dipenuhi dengan
tokoh-tokoh yang ‘ajaib’ – begitu hitam putih. Yang salah akan berakhir dengan
tragis, yang baik akan mendapatkan balasan yang setimpal. Roald Dahl juga
mengajarkan anak-anak untuk mencintai hewan dan tentang indahnya sebuah
persahabatan. Tapi emang sih, gak semuanya bisa langsung dibaca sama anak-anak
sendiri, ada beberapa kisah yang sepertinya butuh orang tua sebagai pendamping.