Wednesday, October 31, 2012

Bukan Review: Snow




(Bukan Review) – Snow
Orhan Pamuk @ 2004
Berliani M. Nugrahani (Terj.)
Penerbit Serambi – Cet. I, April 2008
731 hal.

Pertama… mau minta ma’af dulu, ini bukan review, karena saya belum selesai baca buku ini. Tapi, ya, boleh lah, memberikan kesan dan pesan selama membaca 200 halaman dari buku ini.

Buku ini sudah saya miliki sejak tahun 2008, saya inget banget tuh, waktu ada acara Kubugil di Café mmm… Café apa ya? (Om Tan.. inget gak nama tempatnya apa?), ada salah satu tamu yang minta tanda tangan Antie di buku ini.

Biasa deh, beli buku ini karena ikut-ikutan aja, padahal saya tau banget kalo buku ini akan jadi salah satu penghuni timbunan yang entah kapan akan saya abaca.

Saat BBI mengadakan baca bareng buku-buku pemenang hadiah Nobel, terus terang saya bingung mau baca buku apa, gak yakin punya buku dari pemenang hadiah Nobel. Setelah browsing dan liat daftarnya… ternyata, Orhan Pamuk pernah jadi pemenang Nobel Sastra tahun 2006. Oke.. di antara pilihan baca Maharani – Pearl S. Buck atau Snow, saya memilih baca Snow. Karena sebelumnya pernah baca beberapa lembar, dan seinget saya, saya suka bacanya.

Tapi, oh, tapi… ternyata, saat baca ulang ini, saya tak tahan. Hehehe… dari judulnya aja mungkin sudah berpengaruh. Yang ada rasanya ikutan membeku karena dinginnya kota Kars. Tokohnya muram dan sampai di halaman 200, saya masih belum bisa ‘mengenali’ tokoh Ka, si penyair dalam buku ini.  Mau baca buku lain, udah gak keburu… jadilah… hanya ini yang bisa saya buat.

Gak bisa cepet untuk baca buku ini, karena alurnya yang memang lambat. Entah kenapa tiba-tiba banyak banget timbunan, entah itu buku pinjeman dari teman-teman BBI, buku yang nyewa di Reading Walk, buku hadiah… dan tentu saja buku yang dibeli karena ‘kalap’.

Well.. ini sekilas tentang Orhan Pamuk:
Orhan Pamuk, seorang novelis asal Turki. Beberapa novelnya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia – selain Snow, adalah My Name is Red dan The White Castle.

Karya Pamuk, terbilang kontroversial. Coba liat Snow yang membahas masalah hukum-hukum di dalam Islam, dan bagaimana dunia Barat (modern) menjadi ‘kiblat’ dalam kehidupan masyarakat Turki. Dalam buku Snow, diceritakan bahwa Ka berusaha menyelediki kasus bunuh diri yang marak terjadi di kalangan wanita muda di kota Kars. Bunuh diri adalah hal yang sangat ditentang dalam Islam. Belum lagi, dibahas pelarangan pemakaian jilbab di sekolah-sekolah. Ada rasa tertekan di antara para wanita muda, apakah mengikut pemerintah atau tetap dengan aturan agama yang mereka percaya.

Pamuk juga pernah mendapatkan tuduhan-tuduhan kriminal karena membela rakyat etnis Kurdi. Pernyataannya dianggap menghina pemerintah.

Berikut sinopsis Snow (via goodreads):

Salju mulai turun ketika seorang wartawan dan penyair bernama Ka tiba di Kars, sebuah kota kecil di perbatasan Turki.

Diawali keinginannya untuk menyelidiki kasus bunuh diri yang semakin mewabah di kalangan wanita muda kota itu, juga hasrat untuk menemukan cinta masa lalunya, tanpa sadar Ka terseret di dalam gejolak kemelut Kars. Konflik antargerakan Islam, pertikaian antara agama dan sekularisme, serta aparat penguasa yang bertindak sewenang-wenang hanyalah segelintir persoalan di tengah gunung es masalah di kota yang terisolasi selama berkecamuknya badai salju yang ganas itu.

Snow adalah sebuah kisah tentang kesulitan yang dihadapi oleh sebuah bangsa yang terbelah antara tradisi, agama, dan modernisasi. Di tangan Pamuk, seluruh permasalahan itu tersaji menjadi sebuah kisah thriller politik yang mencekam dan meninggalkan kesan mendalam

13 comments:

astrid said...

sinopsisnya sih sepertinya seru ya fer...tapi kebayang kalo bahasanya lambat emang rada berat juga bacanya =p btw, samaaa...gw juga lagi byk bgt timbunan..dan nggak kapok2 untuk mempertingginya =p

Anonymous said...

Buku Orhan Pamuk banyak kali muncul di news feed goodreads ya Mbak, tapi belum kepikiran buat baca, hihihi. Otak saya belum sanggup sepertinya*dasarotakmanja* semangat mbak! Mudah-mudahan segera kelar ;)

Dion Yulianto said...

Rata2 karya pak O.Pamuk ini memang mengangkat benturan nilai-nilai budaya antara Timur (dlm hal ini Islam)dengan nilai2 Barat yang dijunjung oleh Turki sekuler ya? kapan2 mau baca deh kalau nemu buku obralannya :p

ferina said...

@Astrid: bukunya sepi, dingin lagi. tokoh2nya juga pada muram... makin 'depresi' gue bacanya.


@Mia: hahaha.. thank you, Mia.. *entah kapan selesainya*

@Dion: makanya Pak Pamuk ini jadi kontroversial ya?

Helvry Sinaga said...

Sepertinya bacabuku bareng ini efektif menyelesaikan utang buku yang blm dibaca yah mbak :)

aku belum punya buku-bukunya beliau, sebenarnya aku sih malah penasaran tentang kasus bunuh dirinya, kali aja ada sesuatu di sana :D

semangat mbak

ferina said...

@Helvry: tadinya aku pikir bakal ada misteri apa gitu, yang bikin 'terpacu' cepet-cepet baca. tapi, di awal2 malah banyakan soal politik.

Dewi said...

Aku baca sinopsis dan reviewmu aja udah kebayang sepinya ini buku, mbak. Pass dulu deh :D

Annisa Anggiana said...

Whedeew.. Baca Orhan Pamuk kyknya memang harus usaha ekstra kayaknya :)

ferina said...

@Dewi: hahaha... aku pengen tau review-mu lho kalo baca buku ini :)

@Annisa: kaya'nya cocok buat Annisa deh.. bakalan lebih sabar mungkin :)

Anonymous said...

selain sepi, lumayan sexy pula bukunya

ferina said...

@bacaanbzee: yah, lumayan lah, mbak.. cukup seksi :)

Ana said...

Eh bisa juga ya ternyata kaya gini, posting kesan pesan baca buku meskipun belum selesai.. ah besok bikin juga ah kalo waktunya mepet. hahaha

kesan "dingin" nya itu bikin bosen karena terlalu sepi ya mba? Hmm kayaknya tipe Pamuk kalau dari beberapa review yang aku baca emang gitu ya, meskipun aku sendiri belom pernah dan belom berani baca bukunya.

ferina said...

@Ana: yah, aku emang gak suka sih buku-buku yang sepi begini..

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang