Ratu Seribu
Tahun
Ardani Persada
GPU – 2011
542 hal.
(Hadiah dari yes24Indonesia)
Diawali dengan peperangan
antara Kerajaan Madra dan Kerajaan Arengka yang dipimpin oleh Raja Rahwan. Dalam
keadaan terdesak, Raya Shalya terpaksa meminta bantuan Djin Murugan untuk
melindungi rakyat Madra. Murugan setuju, tapi dengan syarat Narasoma sebagai
‘tumbal’nya. Selamanya Murugan akan berada di dalam diri Narasoma dan juga
rakyat Madra.
Selama 1000 tahun, Ratu
Narasoma hidup dalam keabadian. Tapi lama-lama, beliau resah dan merasa
kesepian. Ia menyaksikan kematian rakyat dan orang-orang terdekatnya, tapi ia
sendiri tak punya teman abadi.
Suatu hari, datanglah
seorang Pejalan Cakrawala yang misterius bernama Hekhaloth, yang menyarankan
Ratu Narasoma untuk mencari Lembah yang Dijanjikan, yang akan membebaskan Ratu
Narasoma dari kutukan Murugan. Maka mulailah perjalanan Ratu Narasoma. Ia
menyamar menjadi seorang laki-laki bernama Volsung.
Sayangnya, banyak
pihak-pihak yang merasa terganggu dengan keputusan Narasoma ini, selain Murugan
tentunya. Yaitu pihak Raja Surga – Tritorch Hagel, Lumina Meredith, Alhazad
Zatoith dan Zagam Willhemer. Mereka khawatir, perjalanan Ratu Narasoma justru
akan mengganggu keseimbangan di tanah Vandaria. Mereka pun mengutus Kugo untuk
mengawasi Ratu Narasoma dan membujuknya pulang ke Madra.
Dalam perjalanan ini,
beberapa pihak yang tadinya berusaha menghalangi Volsung, justru berbalik
menjadi pengikut setia Volsung dan membantunya dalam menghadapi berbagai ancaman.
Sejujurnya, lelah membaca
buku ini. Bukan hanya karena memang fisiknya yang tebal, tapi mengikuti
perjalanan Ratu Narasoma sebagai Volsung yang penuh dengan rintangan. Nyaris
dalam setiap langkah ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi Volsung. Perseturuan
mulai dari yang kecil sampai perang yang besar terjadi. Beberapa memang karena
ingin membuat Volsung gentar, tapi ada juga yang demi kepentingan pribadi.
Awalnya gue sempat heran
dengan Ratu Narasoma yang menjadi pengikut ajaran Rahwan. Padahal Rahwan adalah
orang yang nyaris menghancurkan Madra. Tapi, ternyata hidup selama 1000 tahun,
membuat Ratu Narasoma hanya memiliki ingatan yang samar-samar akan peristiwa
itu.
Lalu sosok Rahwan,
meskipun hanya muncul di awal cerita, sempat membuat juga membuat gue bertanya-tanya,
Rahwan adalah pilihan Sang Ibu untuk menyebarkan kedamaian dan cinta kasih di
tanah Vandaria ini, tapi kenapa Raja Shalya lebih memilih untuk membuat
perjanjian dengan Murugan? Tapi, ternyata ada alasan logis di akhir cerita.
Sebuah kenyataan yang membuat Ratu Narasoma sendiri terkejut, tapi pada
akhirnya justru membuat ia lebih memahami ajaran Rahwan itu sendiri.
Satu lagi yang bikin gue
berpikir adalah tentang Raja Surga. Dalam bayangan gue, Raja Surga adalah sosok
yang arif, bijaksana dan tenang. Mengambil segala keputusan dengan matang dan
tidak gegabah. Tapi… di sini, mereka justru lebih banyak pakai emosi – khususnya Alhazad dan
terlebih lagi Zagam. Tanpa menyelediki lebih lanjut, mereka udah ketakutan
duluan kalau Ratu Narasoma punya tujuan buruk. Bahkan sampai pakai ada acara
perang besar demi menghadang Narasoma.
O ya, teman-teman
seperjalanan Volsung kan gak tau kalo dia ini sebenarnya – kecuali Kugo, adalah
seorang perempuan. Tapi, Vari kan sempat mengobati Volsung yang terluka karena
berkelahi. Tapi, koq dia masih gak ngeh juga kalo Voslung ini bukan laki-laki?
Layaknya dalam cerita
fantasi, tentu saja ada banyak hal-hal yang tak pernah terbayangkan dalam dunia
nyata. Sebut saja kaum frameless – frameless sendiri ada yang berdarah murni,
ada yang blasteran. Kedua kaum ini terkadang saling membenci dan saling
menganggap rendah satu sama lain. Lalu ada Gorken, sosok mereka mengerikan,
tapi ternyata setia kawan dan bisa mellow juga. Kemudian ada Kugo si kera
sakti, garuda jatayu, Ixion – seekor kuda-naga tunggangan Volsung selama dalam
perjalanan. Dalam ilustrasi di buku ini, akan lebih jelas gambaran
makhluk-makhluk itu.
Buku kedua dari Vandaria
Saga yang gue baca. Lebih tebal dan lebih sarat dengan konflik. Dan gue kembali
terkagum-kagum dengan cerita fiksi fantasi lokal ini.
0 comments:
Post a Comment