Friday, March 30, 2012

The Sweetness at the Bottom of the Pie



The Sweetness at the Bottom of the Pie
Bantam Books Mass Market Edition - 2009
373
(pinjem sama Astrid)

Flavia de Luce, gadis berusia 11 tahun. Tertarik dengan hal-hal yang berbau kimia. ‘Kelinci percobaannya’ adalah kakaknya sendiri. Flavia tinggal bersama ayahnya, Kolonel de Luce, dan dua kakak perempuannya Ophelia dan Daphne. Dunia Flavia dengan kedua kakaknya berbeda. Flavia juga sering jadi korban keisengan kakaknya. Tapi, kecerdikan Flavia lebih unggul dibanding mereka berdua. Flavia tidak mengenal sosok ibu mereka, Harriet yang sudah meninggal. Karena itu, kedua kakak Flavia sering mengejeknya.

Suatu hari, mulailah rangkain kejadian aneh di rumah mereka. Keluarga de Luce ini termasuk keluarga ‘terpandang’ di pedesaan Bishop’s Lacey. Bayangan gue nih, mereka tinggal seperti di ‘puri’. Keanehan pertama, ada seekor burung mati yang diletakkan di depan pintu dapur, ditambah lagi di paruh burung itu, ada sepucuk perangko. Dan, kemudian, ditemukan sosok mayat misterius di halaman rumah mereka. Flavia jadi orang terakhir yang melihat pria itu hidup.

Mulai deh insting Flavia ‘bekerja’. Flavia mulai merunut semua petunjuk yang ada, mencoba bermain detekfif-detektifan. Flavia bekerja sendiri, dan boleh dibilang dengan sangat teliti. Pengetahuannya tentang kimia ternyata memberi nilai tambah bagi Flavia dalam penyelidikan ini. Flavia juga pergi ke perpustakaan setempat, ke penginapan dan bahkan ke sekolah tempat ayahnya dulu belajar.

Semua menjadi satu rangkaian – kematian kepala sekolah, perangko yang hilang, mayat yang ditemukan di halaman rumah. Flavia harus bekerja keras untuk mencari bukti dan membebaskan ayahnya dari tuduhan pembunuhan.

Setting Inggris di tahun 1950, gue bisa membayangkan suasana pedesaan yang sepi. Awalnya gue gak terlalu suka dengan Flavia, rada sok tau dan mau ikut campur aja. Ada bagian-bagian yang membuat gue bosan (makanya rada lama gue menyelesaikan buku ini) Tapi, pelan-pelan, gue ikut hanyut dalam penyelidikan bersama Flavia. Rasa ingin tahu Flavia mengalahkan rasa takutnya. Ia gak takut naik ke menara di gedung sekolah demi melakukan ‘rekonstruksi’ kematian Mr. Twinning.

Thanks buat Astrid yang udah minjemin buku ini.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang