Sweet Misfortune: Cinta dalam Kue Ke(tidak)beruntungan
Kevin Alan Milne @ 2010
Harisa Permatasari (Terj.)
Penerbit Qanita - Cet. I, Juli 2011
456 hal.
(dari kuis #akudan mizan – via @penerbitmizan)
Some people are lucky in love
You aren’t one of them
Itulah salah satu kalimat yang tertera di secarik kertas yang ada di dalam kue. Lazimnya sih, kalimat ini ada dalam kue keberuntungan yang biasanya ada di restoran Cina. Tapi, Sophie Jones malah menulis kalimat-kalimat pahit di dalam kue bikinannya – mengambil ide dari kue keberuntungan, tapi bukan rasa manis yang didapat, justru akan meninggalkan rasa pahit – sepahit bait-bait kalimat yang ada di dalam kue itu.
Sophie tidak percaya dengan yang namanya kebahagiaan sejati. Di saat ulang tahunnya yang kesembilan, ia harus kehilangan ayah dan ibunya dalam sebuah kecelakaan. Sophie terus menyalahkan dirinya, beranggapan karena dirinyalah kecelakaan itu terjadi. Selama dua puluh tahun, Sophie terus memendam rasa bersalah itu.
Ia berharap menemukan kebahagiaan itu dalam pernikahannya. Tapi, ternyata, tanpa penjelasan apa –apa tunangannya, Garrett Black, meninggalkannya begitu saja. Sophie terlanjur sakit hati. Peristiwa inilah yang memberi ide bagi Sophie untuk membuat kue ke(tidak)beruntungan. Tak disangka-sangka kue menarik para pelanggan di Chocolat’ de Soph – toko cokelat milik Sophie.
Setahun kemudian, Garrett ingin kembali pada Sophie. Tapi, Sophie yang terlajur pesimis, tidak mau menerima Garrett begitu saja. Sophie menantang Garrett untuk membuat iklan di koran yang isinya mencari kebahagiaan sejati – kebahagiaan yang bersifat jangka panjang. Jika ada 100 orang yang memenuhi criteria yang diminta Sophie, maka Sophie bersedia meluangkan waktu untuk berkencan dengan Garret.
Awalnya iklan itu tidak mendapat banyak tanggapan, tapi, tiba-tiba ada yang memberi informasi pada stasiun televisi setempat, hingga akhirnya respons yang diterima nyaris tidak mampu ditampung oleh Sophie. Selama proses membaca surat-surat itu, banyak hal-hal darimasa lalu yang terungkap.
Asyik juga kalimat sinis’ yang dibuat Sophie. Malah lucu, jadi lebih ‘realistis’ Inti novel ini adalah tentang memaafkan diri sendiri dan juga berbesar hati menerima pengakuan orang lain. Salah satu tokoh malah mengajarkan arti berbesar hati dengan segala kekurangannya dan mencoba untuk selalu bahagia.
Kevin Alan Milne @ 2010
Harisa Permatasari (Terj.)
Penerbit Qanita - Cet. I, Juli 2011
456 hal.
(dari kuis #akudan mizan – via @penerbitmizan)
Some people are lucky in love
You aren’t one of them
Itulah salah satu kalimat yang tertera di secarik kertas yang ada di dalam kue. Lazimnya sih, kalimat ini ada dalam kue keberuntungan yang biasanya ada di restoran Cina. Tapi, Sophie Jones malah menulis kalimat-kalimat pahit di dalam kue bikinannya – mengambil ide dari kue keberuntungan, tapi bukan rasa manis yang didapat, justru akan meninggalkan rasa pahit – sepahit bait-bait kalimat yang ada di dalam kue itu.
Sophie tidak percaya dengan yang namanya kebahagiaan sejati. Di saat ulang tahunnya yang kesembilan, ia harus kehilangan ayah dan ibunya dalam sebuah kecelakaan. Sophie terus menyalahkan dirinya, beranggapan karena dirinyalah kecelakaan itu terjadi. Selama dua puluh tahun, Sophie terus memendam rasa bersalah itu.
Jangan terhanyut oleh seorang yang romantis setengah mati. Romansanya akan berakhir dan yang tertinggal hanyalah setengah mati (hal. 131)
Ia berharap menemukan kebahagiaan itu dalam pernikahannya. Tapi, ternyata, tanpa penjelasan apa –apa tunangannya, Garrett Black, meninggalkannya begitu saja. Sophie terlanjur sakit hati. Peristiwa inilah yang memberi ide bagi Sophie untuk membuat kue ke(tidak)beruntungan. Tak disangka-sangka kue menarik para pelanggan di Chocolat’ de Soph – toko cokelat milik Sophie.
Setahun kemudian, Garrett ingin kembali pada Sophie. Tapi, Sophie yang terlajur pesimis, tidak mau menerima Garrett begitu saja. Sophie menantang Garrett untuk membuat iklan di koran yang isinya mencari kebahagiaan sejati – kebahagiaan yang bersifat jangka panjang. Jika ada 100 orang yang memenuhi criteria yang diminta Sophie, maka Sophie bersedia meluangkan waktu untuk berkencan dengan Garret.
Jika ditawari sebuah mimpi yang bertahan seumur hidup, KATAKAN TIDAK! Ingat, itu hanya sebuah mimpi (hal. 149)
Awalnya iklan itu tidak mendapat banyak tanggapan, tapi, tiba-tiba ada yang memberi informasi pada stasiun televisi setempat, hingga akhirnya respons yang diterima nyaris tidak mampu ditampung oleh Sophie. Selama proses membaca surat-surat itu, banyak hal-hal darimasa lalu yang terungkap.
Asyik juga kalimat sinis’ yang dibuat Sophie. Malah lucu, jadi lebih ‘realistis’ Inti novel ini adalah tentang memaafkan diri sendiri dan juga berbesar hati menerima pengakuan orang lain. Salah satu tokoh malah mengajarkan arti berbesar hati dengan segala kekurangannya dan mencoba untuk selalu bahagia.