Weekend in Paris
Robyn Sisman @ 2004
Penguin Books, 2004
389 Hal.
Molly Clearwater, gadis cerdas, suka sama sastra dan seni, kadang-kadang gampang banget mengkhayal. Berkhayal a la tokoh-tokoh sastra klasik dari buku-buku yang sering dibacanya. Bekerja sebagai asisten pribadi seorang boss bernama Malcolm Figg. Boss yang narsis, sok keren, sok macho, sok berkuasa, tapi masih jadi anak ‘mummy’. Molly nekat resign dari kantornya yang bergerak di industri farmasi, gara-gara si Malcolm bilang Molly adalah ‘stupid secretary’, pas di hari seharusnya dia sama bossnya berangkat ke Paris untuk sebuah konperensi kedokteran.
Molly nyaris down, pulang ke flat-nya malu, telp ibunya, pasti bikini bunya panik. Akhirnya, di stasiun kereta, tiba-tiba aja Molly dapat inspirasi. Semua orang tau seharusnya sekarang dia ada di Paris, stasiun Eurostar tiba-tiba ada di depan mata, koper udah siap, lengkap dengan baju baru persiapan untuk ke Paris. Kenapa gak sekalian aja Molly mewujudkan rencana ke Parisnya?
Jadi… dengan nekat, Molly pergi ke Paris. Molly yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Paris, gak punya kenalan, sempat bingung mau ke mana. Nyari-nyari hotel, akhirnya ketemulah sebuah hotel kecil. Di hotel ini, Molly secara tidak sengaja berkenalan dengan perempuan bernama Alice – yang langsung membawa Molly ke club di malam pertamanya di Paris. Di club ini, Molly bertemu cowok Perancis keren bernama Fabrice.
Singkatnya, Molly pun terlibat petualangan romantis (paling gak ini yang ada di pikiran Molly) dengan Fabrice. Fabrice membawanya melihat pemandangan Paris di waktu malam yang indah, bagian-bagian yang terlewatkan oleh turis.
Molly nyaris lupa sama keberadaan Malcolm. Yang ada di pikirannya, hanya menghabiskan waktu bersama Fabrice. Tapi, ternyata, Fabrice nyaris sama dengan Malcolm – merendahkan dirinya, membuat dirinya hampir merasa tidak berharga.
Di Paris, Molly mendapatkan banyak hal baru – teman baru, pengalaman romantis baru, dan kejutan indah yang tak terduga.
Sedikit mengkhayal di awal tahun… ‘ikutan’ Molly jalan-jalan ke Paris, meskipun gak terlalu ‘mengeksploitasi’ keindahan kota Paris, atau makanan yang ‘aneh-aneh’. Ya, seperti biasa, lebih banyak ditekankan pada hal-hal ‘petualangan’ cinta. Coba, bagian Molly nyamar dipanjangin dikit, ngerjain boss-nya. Atau, bagian ‘kejutannya’ ditambah dikit lagi, karena yang harusnya sedikit mengharukan jadi biasa aja.
Tapi, yang gue suka sama Molly, dia gadis yang berani. “It only takes a weekend to change your life…” Hanya tiga hari, Molly jadi tau apa yang sebenernya dia inginkan, bahwa gak seenaknya orang bisa men-judge dia serendah-rendahnya.
Tau gak sihhh… buku ini gue beli October 2006… baru kebaca sekarang.
Robyn Sisman @ 2004
Penguin Books, 2004
389 Hal.
Molly Clearwater, gadis cerdas, suka sama sastra dan seni, kadang-kadang gampang banget mengkhayal. Berkhayal a la tokoh-tokoh sastra klasik dari buku-buku yang sering dibacanya. Bekerja sebagai asisten pribadi seorang boss bernama Malcolm Figg. Boss yang narsis, sok keren, sok macho, sok berkuasa, tapi masih jadi anak ‘mummy’. Molly nekat resign dari kantornya yang bergerak di industri farmasi, gara-gara si Malcolm bilang Molly adalah ‘stupid secretary’, pas di hari seharusnya dia sama bossnya berangkat ke Paris untuk sebuah konperensi kedokteran.
Molly nyaris down, pulang ke flat-nya malu, telp ibunya, pasti bikini bunya panik. Akhirnya, di stasiun kereta, tiba-tiba aja Molly dapat inspirasi. Semua orang tau seharusnya sekarang dia ada di Paris, stasiun Eurostar tiba-tiba ada di depan mata, koper udah siap, lengkap dengan baju baru persiapan untuk ke Paris. Kenapa gak sekalian aja Molly mewujudkan rencana ke Parisnya?
Jadi… dengan nekat, Molly pergi ke Paris. Molly yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Paris, gak punya kenalan, sempat bingung mau ke mana. Nyari-nyari hotel, akhirnya ketemulah sebuah hotel kecil. Di hotel ini, Molly secara tidak sengaja berkenalan dengan perempuan bernama Alice – yang langsung membawa Molly ke club di malam pertamanya di Paris. Di club ini, Molly bertemu cowok Perancis keren bernama Fabrice.
Singkatnya, Molly pun terlibat petualangan romantis (paling gak ini yang ada di pikiran Molly) dengan Fabrice. Fabrice membawanya melihat pemandangan Paris di waktu malam yang indah, bagian-bagian yang terlewatkan oleh turis.
Molly nyaris lupa sama keberadaan Malcolm. Yang ada di pikirannya, hanya menghabiskan waktu bersama Fabrice. Tapi, ternyata, Fabrice nyaris sama dengan Malcolm – merendahkan dirinya, membuat dirinya hampir merasa tidak berharga.
Di Paris, Molly mendapatkan banyak hal baru – teman baru, pengalaman romantis baru, dan kejutan indah yang tak terduga.
Sedikit mengkhayal di awal tahun… ‘ikutan’ Molly jalan-jalan ke Paris, meskipun gak terlalu ‘mengeksploitasi’ keindahan kota Paris, atau makanan yang ‘aneh-aneh’. Ya, seperti biasa, lebih banyak ditekankan pada hal-hal ‘petualangan’ cinta. Coba, bagian Molly nyamar dipanjangin dikit, ngerjain boss-nya. Atau, bagian ‘kejutannya’ ditambah dikit lagi, karena yang harusnya sedikit mengharukan jadi biasa aja.
Tapi, yang gue suka sama Molly, dia gadis yang berani. “It only takes a weekend to change your life…” Hanya tiga hari, Molly jadi tau apa yang sebenernya dia inginkan, bahwa gak seenaknya orang bisa men-judge dia serendah-rendahnya.
Tau gak sihhh… buku ini gue beli October 2006… baru kebaca sekarang.
2 comments:
kovernya lucu...koq dari jauh kayak bku anak2 :D
iya... aku juga suka sama covernya (dibanding sama ceritanya)
Post a Comment