Thursday, May 28, 2009

Diary of a Wimpy Kid (Diary si Bocah Tengil)

Diary of a Wimpy Kid (Diary si Bocah Tengil)
Jeff Kinney @ 2007
Ferry Halim (Terj.)
Penerbit Atria – 2009
216 Hal.

Cover yang merah ceria, membuat gue tertarik waktu buku ini masih dalam edisi aslinya. Mau beli… uhhh… mahalll.. hehehe… untunglah, sekarang ada terjemahannya… untung juga, cover-nya gak diganti… pengen tau, seperti apa sih isi buku yang katanya dikategorikan sebagai novel-kartun…

Namanya juga diary, jadi isinya adalah peristiwa sehari-hari. Tapi, kata Greg Heffley – si empunya diary ini – jangan harap ada tulisan ‘Dear Diary, hari ini aku…”. Makanya, Greg wanti-wanti pada ibunya agar jangan membelikan buku yang di sampulnya ada tulisan ‘Diary’.

Maklum, sebagai anak cowok (lagi puber), malu dong kalo ketauan bawa-bawa buku yang centil. Dan, tujuan Greg bikin diary, supaya suatu saat dia nanti jadi ngetop, kalau ada pertanyaan tentang siapa dirinya, riwayat hidupnya, si penanya bisa langsung baca diarynya tanpa Greg perlu repot-repot menjawabnya.

Greg punya teman yang dipilih karena paling ‘culun’ bernama Rowley Jefferson. Sebagai anak yang baru gede, Greg pengen cari kegiatan yang tidak terlalu terkesan kekanak-kanakan. Rowley kadang menurut Greg gak ‘nyambung’, tapi, hanya dengan Rowley, Greg jadi merasa lebih ‘hebat’.

Greg selalu berusaha jadi anak yang ‘cool’ dengan melakukan berbagai aktivitas, atau mencari perhatian orang. Tapi, sayangnya, kadang, dia malah jadi ‘sial’.Misalnya, ketika ada lowongan untuk mengisi kolom komik di sekolahnya, Greg yang pinter gambar, mencoba ‘peruntungannya’. Bersama Rowley, Greg mencoba merancang sebuah komik kocak. Biar kesannya Rowley juga punya peranan, Greg membiarkan Rowley untuk berkreasi. Tapi, dasar Greg suka sok tahu, diam-diam dia malah menganggap kreasi Rowley terlalu norak. Sampai akhirnya Greg membuat komik sendiri tanpa sepengetahuan Rowley dan berhasil dimuat satu kali di kolom komik di koran sekolah mereka. Bukannya ngetop, malah Greg jadi ‘musuh’ bersama para murid. Dan tebak… siapa yang malah jadi bintang?? Rowley yang jadi bintang baru dengan komik ciptaannya yang sempat dipandan sebelah mata oleh Greg.

Satu lagi yang kocak, adalah masalah ‘Sentuhan Keju’, yang bisa bikin seseorang jadi dihindari sama satu sekolah. Apa sih ‘Sentuhan Keju’ itu? Yang pasti… menjijikan sekali…

Buku ini lumayan menghibur, kekocakan Greg yang sok tau, sifat polos Rowley tapi diam-diam mencuri perhatian. Belum lagi keluarga Greg yang juga gak kalah ngaconya.

Greg sebenernya anak yang kreatif, punya keinginan untuk jadi pusat perhatian, tapi, sayangnya, keinginannya gak selalu tercapai.

Monday, May 25, 2009

Opera Orang Kaya

Opera Orang Kaya
Ita Sembiring
GagasMedia – 2009
262 Hal.

Pertama kali ‘kenal’ Ita Sembiring, lewat bukunya Jerit: Suatu ketika di Lho'seumawe, dan gue suka dengan cerita di buku itu, meskipun isinya serius banget dan tragis. Terus, gue baca buku lainnya, ‘Negeri Bayangan: Terorist Free’.. gue gak terlalu suka, karena aneh. Gue baca lagi cerita ‘When a Man Lost a Woman).. ini lumayan. Dan… gue pun tertarik untuk baca Opera Orang Kaya. Kenapa gue tertarik? Karena tema ceritanya yang lebih nge-pop dibanding yang lain, terus, settingnya di luar Indonesia.

Tapi, gue rada kecewa… karena gak seperti yang gue bayangin. Di synopsis, bikin penasaran (ya, iyalah… kalo gak, gak bakal ada yang beli deh… hehehe..). Kenapa begitu? Ceritanya di awal menjanjikan… tapi, semakin ke belakang, koq jadi semakin gak jelas… ngalor-ngidul aja… bingung mana yang katanya mau ‘diselesaikan’?

Jadi ini adalah kisah ketika seorang Gre Kinayan menjadi tour leader untuk sekelompok anak-anak yang sedang ikutan program belajar bahasa Inggris langsung di tempat asalnya, alias di London, Inggris. Ketika itu musim panas, Gre – bersama Christopher Park, si bule yang jadi kecengan ke 26 peserta.

Seru-seruan bareng berkisar anak-anak orang kaya itu yang kadang gak mau cape’, yang males kalo ke museum, lebih suka shopping daripada kembali ke tujuan semula mereka ada di tempat itu.

11 tahun kemudian, mereka sudah ‘tercerai-berai’. Gre tinggal di Belanda, sendirian, belum menikah. Tiba-tiba, muncullah sebuah email dari salah satu peserta yang ‘dianggap’ paling seru, bernama Aninda Lana. Si Aninda ini sekarang tinggal di Belanda juga, menikah sama bule Belanda.

Lalu, terbukalah semua cerita tentang gimana para eks-peserta summer course itu. Ada yang sudah menikah dan punya anak, ada yang sudah bercerai, ada yang masih menjalani ‘hidup bersama’.

Semua itu muncul dalam bentuk email-emailan, chatting dan percakapan via telepon atau langsung antara Aninda dan Gre.

Cerita-cerita di musim panas itu muncul lagi, yang dapat porsi paling banyak adalah cerita tentang peserta yang naksir-naksiran dengan si Christopher Park.

Gre sendiri sih, diam-diam juga naksir si Chris, tapi jaim karena posisinya sebagai tour leader.

Tapi, lama-lama gue baca, gue pusing sendiri, terlalu banyak percakapan becanda yang jadi garing, lalu, terlalu banyak tokoh tapi, gak ada yang ‘dalam’ untuk dikenal. Bahkan Gre pun jadi ‘buram’, gak jelas apa maunya. Agak cape’ juga ngikutin si Aninda yang sok seru itu.

Kaya’nya untuk seorang Ita Sembiring, koq buku ini jadi terkesan biasa banget.

Gurun Bercerita Cinta

Gurun Bercerita Cinta
Diyah Ratna @ 2009
GagasMedia – 2009
328 Hal.

Hmmm… apakah another ‘Ayat-Ayat Cinta’? Untunglah ternyata tidak. Kalo iya, gue tentunya gak akan mau beli. Kenapa gue beli? Karena setting-nya yang gak biasa. Biasanya, setting cerita (yang gue baca), rata-rata berkisar di benua Eropa, tapi ini, ceritanya sebagian besar bertempat di Kuwait.

Di negara yang terik itu, Alena Soediro ‘seharus’nya jadi kembang di tengah-tengah para pekerja yang mayoritas laki-laki. Ababil Airways, sebuah perusahaan pesawat non-komersial, Alena ditempatkan sebagai Marketing Strategic Consultant, menyusul keberhasilannya dalam sebuah program pemasaran di sebuah perusahaan penerbangan lainnya.

Tapi, ternyata keberadaan Alena ditentang oleh beberapa pekerja – terutama pekerja lokal – yang tidak terbiasa bekerja di bawah pimpinan seorang perempuan. Bagi para lelaki Timur Tengah, seorang laki-lakilah yang harus jadi pemimpin.

Apalagi, dalam proyek terbaru mereka, yaitu Nimbus Project, Alena diberi tugas sebagai Project Leader. Karuan, Abdullah, salah satu pegawai menolak keras. Karena selama ini, mereka biasanya selalu dipimpin oleh Mario, orang Indonesia juga yang berada di divisi Engineering.

Sebenarnya, Mario tidak ada masalah dengan Alena. Tapi, mungkin karena egonya sebagai laki-laki yang menyebabkan ia bersikap dingin pada Alena. Setiap rapat Nimbus Project, Mario dan Alena selalu berbeda pendapat. Mario selalu ‘ngajak berantem’, sementara Alena bingung dengan sikap Mario.

Dalam sebuah tugas lain, mereka harus pergi bersama ke Al-Damman, ke ‘istana’ seorang Sheikh. Tugas ini kembali diawali dengan pertengkaran. Bener-bener, gak jelas deh, sikap si Mario. Tapi, kerana suatu hal, mereka ‘ditakdirkan’ untuk pergi berdua.

Sialnya, mobil rover yang dikendarai Mario ternyata tidak diperiksa dengan benar oleh petugas yang bertanggung jawab atas mobil tersebut. Mereka pun terjebak dalam badai pasir. Alena bingung. Mario sebagai laki-laki, mulai menunjukkan sikap melindungi. Sesaat, sifat lain, sisi lain Mario yang lebih lembut muncul dan membuat Alena ‘melunak’.

Tapi, sikap itu hanya tampak ketika badai itu. Saat mereka tiba di kediaman Sheikh, sikap Mario kembali dingin dan menyisakan tanda tanya besar dalam benak Alena. Begitu pun ketika kembali ke kantor. Sikap Mario semakin aneh. Hal ini juga menjadi pertanyaan di antara teman-teman mereka, apa yang sebenarnya terjadi ketika mereka terjebak dalam badai pasir itu.

Cinta yang dipendam membuat Alena kecewa dan sakit, hingga ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menerima pekerjaan di tempat lain. Alena pergi, Mario jadi makin kacau.

Hah... makanya kalo cinta jangan dipendam, jangan gengsi deh… hihihi…

Tapi, ada yang kurang sreg nih setelah gue baca, hmmm… di situ diceritain kalo Alena mengalami kecelakaan pesawat, tapi… gimana akhirnya Alena bisa selamat agak kurang jelas deh. Tau-tau, Alena muncul aja dengan identitas barunya.

Friday, May 15, 2009

Goloso Geloso

Goloso Geloso
Tanti Susilawati @ 2009
GagasMedia – 2009
316 Hal.

Larasati, seorang gadis dari Indonesia, mendapatkan beasiswa pendidikan musik di Italia. Italia – kota mode, kota yang romantis, juga tempatnya para penggila bola. Beruntung Larasati juga adalah seorang penggila bola, terutama klub Inter Milan.

Sebelum ke Milan, Larasati tinggal di Perugia bersama keluarga Italia yang juga punya anak gadis bernama Renata. Tapi, jangan harap bisa bicara tentang sepak bola dekat Renata, kalau tidak mau mendengar teriakannya yang membahana dan langsung diikuti dengan kemarahan yang hebat. Kenapa? Sesuatu membuat Renata trauma dengan hal-hal yang berbau sepak bola.

Di Milan, Larasati berkenalan dengan sepupu Renata, bernama Chico. Ia ditugaskan Renata untuk menjemput Larasati di bandara. Ternyata, mereka sama-sama tertarik satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.

Tapi, ada ‘ganjalan’ di antara mereka. Keluarga besar Chico adalah fans berat klub bola AC Milan. Mereka menganggap Inter Milan sebagai musuh besar mereka. Larasati akhirnya harus berpura-pura kalau ia juga penggemar fanatik AC Milan.

Masalah lain muncul ketika Larasati semakin sibuk dengan orkestranya. Ia mendapat kesempatan untuk membuat album solo sebagai pemain biola. Kesibukan membuat mereka jarang bertemu. Apalagi secara tidak sengaja, salah satu pentolan klub Inter Milan ternyata ‘tertarik’ pada Larasati. Fransesco Paganini (hmmm.. semoga gak salah nulis), mengajak Larasati untuk bergabung dalam sebuah yayasan yang ia bentuk. Chico cemburu berat.

Masing-masing mementingkan egonya sendiri dan tidak ada yang mau mengalah, dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah.

Hmmm.. mampukah romantisme Italia menyatukan mereka kembali? Yang pasti di buku ini, kita bisa membayangkan indahnya kota Milan, karena ada foto-fotonya, meskipun hitam putih tapi mencuri perhatian. Ditambah lagi, berbagai menu Italiano bertebaran di buku ini (bukan resepnya sih – tapi, silahkan bayangkan betapa yummy-nya masakan-masakan itu).

Tema cerita mungkin gak terlalu istimewa, tapi pilihan lokasi dan pernak-perniknya yang bikin jadi menarik.

Thursday, May 14, 2009

9 Matahari

9 Matahari
Adenita @ 2008
Grasindo – 2008
359 Hal.

Sederetan nama-nama terkenal dan ‘penting’ mewarnai bagian endorsement buku ini. Menjanjikan bahwa buku ini adalah buku yang layak dibaca. Tapi, bukan karena itu (saja) yang bikin gue tertarik untuk membacanya, tapi lebih karena judulnya. Gue merasa dari judulnya koq sepertinya mengandung sesuatu yang ‘magis’, yang memberi semangat. Gimana gak… matahari-nya ada 9 gitu, lho…

9 Matahari bercerita tentang perjuangan seorang gadis bernama Matari Anas. Ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, kalau gak boleh dibilang kekurangan. Ayahnya tak punya pekerjaan jelas, karena krisis moneter membuatnya tak lagi semangat untuk mencari pekerjaan. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Kakaknya, Hera, meskipun lulus dengan predikat cum laude, tapi pasrah ketika tak ada perusahaan yang merespons lamaran pekerjaannya.

Tapi, Tari punya semangat lain. Meskipun tertunda hampir 3 tahun, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak pupus. Meskipun ia tahu keluarganya tidak mampu untuk membiayainya, tapi ia tetap tak patah arang. Ia terus membujuk kakaknya dan berusaha mencari pinjaman untuk menutupi biaya kuliahnya.

Perjuangan Tari betul-betul panjang, sulit dan penuh hambatan. Kuliah di Bandung, jauh dari orang tua. Ia betul-betul harus berjuang sendiri menghadapi hari-hari penuh tekanan, terutama dalam soal keuangan. Perhitungan yang cermat dilakukan demi menghemat biaya hidup. Mencari pekerjaan sampingan juga dilakukan untuk mencicil hutang. Tak sediki teman yang mau membantunya, tapi tetap saja, namanya juga hutang, pasti akan ditagih terus.

Belum lagi ternyata, bapaknya yang sudah keburu pesimis, malah nyaris menjatuhkan semangat Tari. Tekanan demi tekanan, ternyata berpengaruh juga pada kondisi kejiwaan Tari. Sampai akhirnya, Tari terpaksa cuti kuliah.

Beruntung masih banyak orang-orang yang peduli pada Tari, karena tahu Tari punya semangat dan cita-cita. Beruntung juga, Tari punya kemampuan lain yang membuka banyak kesempatan untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.

Mmmm… novel ini sebenarnya adalah novel yang memberikan ‘pencerahan’. Kaya’nya nih… ini pengalaman hidupnya Adenita sendiri. Karena semuanya begitu detail dan teratur. Mulai dari awal kuliah sampai akhirnya lulus kuliah. Kalau ngeliat riwayat hidup Adenita di halaman belakang buku ini, mudah bagi kita untuk menghubungkan semua tempat-tempat yang tersamar dalam buku ini dengan apa yang Adenita sendiri alami.

Mungkin karena ‘percakapan’ yang minim, lalu alur yang lambat dan seolah tanpa kejutan, kita emang betul-betul seperti baca memoar seseorang. Ada kalanya jadi bosan, karena terlalu berpanjang-panjang penjelasannya. Tapi, buat gue, siapa pun tokohnya, entah nyata atau nggak, gue salut dengan perjuangannya yang ‘berdarah-darah’. Gue dapet sesuatu dari buku ini…

Tuesday, May 12, 2009

Negeri van Oranje

Negeri van Oranje
Wahyungirat, Adept Widiarsa, Nina Riyadi & Rizki Pandu Permana @ 2008
Bentang – Cet. I, April 2008
478 Hal.

Satu lagi buku yang bikin gue iri, bikin gue menyesal terlalu banyak ‘bermain-main’ pas kuliah. Bikin gue kembali bermimpi untuk bisa menjejakkan kaki di luar sana – di tempat lain. Hehehe.. mimpi boleh kan… biar makin semangat (atau makin asyik bermimpi).

Buku yang ditulis ‘keroyokan’ ini bercerita tentang 5 anak Indonesia yang ‘terdampar’ di Belanda demi mengejar gelar master. Mereka berkenalan di Amersfort, di stasiun kereta api yang jadwal keberangkatannya tertunda gara-gara badai – lebih khususnya lagi gara-gara rokok. Biasa deh, di tempat dingin, apalagi yang dibutuhkan seorang cowok untuk mendapatkan kehangatan. Di tengah-tengah sekelompok orang berambut pirang – terselip 5 orang berambut gelap yang saling bertegur sapa, saling menawarkan rokok kretek dan korek api – o ya, lebih tepatnya 4 orang cowok yang saling ber’transaksi’ rokok dan satu perempuan yang ikut bergabung mencari teman setanah air.

Dari sana lahirnya nama Aagaban – yang terdiri dari Lintang – kuliah di Leiden, Daus – si anak Betawi Asli, PNS dari Departemen Agama yang dapet beasiswa untuk kuliah di Utrecht, ada Wicak – pekerja di sebuah LSM yang sekarang kuliah di Wageningen, lalu, Banjar – si manager marketing perusahaan rokok terkemuka di Indonesia, sekarang berjuang di Rotterdam, dan terakhir, cowok yang paling ganteng (di antara mereka), Geri, anak orang kaya yang udah lama bermukim di Belanda, dan kuliah di Den Haag.

Kebersamaan mereka menghadirkan berbagai petualangan – bukan hanya menjelajah kota-kota di Belanda, tapi juga petualangan batin yang membuat mereka terus mempertanyakan idealisme mereka, apa tujuan mereka setelah mereka lulus – apa mereka akan pulang ke Indonesia, tapi gak berkembang, atau terus berkarya demi bangsa tapi dari kejauhan.

Di sela-sela tugas mereka, pontang-panting menyelesaikan thesis, terselip ‘kisah perjuangan’ merebut hati Lintang, satu-satunya ‘kembang’, kisah yang sempat membuat mereka terlibat perang dingin. Keuangan yang pas-pasan membuat mereka juga harus mengatur strategi agar uang beasiswa mereka cukup untuk hidup mereka. Demi mendapatkan tambahan, mereka harus rela mengorbankan waktu mereka untuk kerja paruh waktu. Seperti Banjar kerja di sebuah restoran Indonesia atau Lintang yang nyambi jadi guru tari.

Gak setiap hari mereka ketemu, tapi yang pasti hari-hari mereka nyaris selalu diisi dengan chatting via YM atau kirim-kiriman email garing di milis Aagaban. Dan mumpung di negeri orang, kadang-kadang mereka juga punya ‘obsesi’ untuk melakukan sesuatu yang belum tentu bisa mereka lakukan di Indonesia, misalnya nih, minum bir, nyoba ‘cimeng’ – atau kaya’ Lintang, pacaran sama orang bule. Tapi, sialnya (atau untungnya) Daus, berkat doa, aji-ajian sapu jagat sang Engkong, dia selalu terhindar dari perbuatan maksiat. Hahaha…

Kurang tidur, ke kampus naik sepeda, menunggu kiriman rokok kretek plus jalan-jalan yang menyenangkan, adalah ritual yang mereka jalani selama di Belanda. Meskipun banyak teman lain, tapi tetap mereka selalu mencari anak-anak Aagaban kalau lagi ada masalah. Tapi, nih… ketika salah seorang dari mereka punya rahasia besar, bisa gak ya mereka menerima hal itu?

Bagusnya buku ini juga dilengkapi sama berbagai tips seputar kehidupan di Belanda (tentunya tips yang membuat pundi-pundi uang gak jebol), misalnya tips seputar sarana transportasi, lalu nyari tempat tinggal yang hemat, ada juga daftar hari-hari perayaan di Belanda yang menarik, terus, tips backpacking dan lain-lain.

Thursday, May 07, 2009

Orange

Orange
Windry Ramadhina @ 2008
GagasMedia – 2008
296 Hal.

Faye Muid, gadis tomboy, seorang fotografer. Bercita-cita bikin pameran foto sendiri. Foto-foto Faye unik (katanya), punya sentuhan pribadi.

Diyan Adnan, pengusaha muda, pemilik sejumlah mall. Konon, dia beli mall sambil makan siang, atau lagi main golf.

Secara ‘kebetulan’, kedua orang tua mereka berteman baik. Orang tua Faye pemilik beberapa franchise ternama, sedangkan orang tua Adnan memiliki sejumlah pertokoan dan bisnis besar lainnya. Atas nama bisnis, para orang tua sepakat untuk menjodohkan Faye dan Diyan.

Semua segera diatur, kencan pertama, konferensi pers yang berisi sejumlah pertanyaan dan jawaban yang harus mereka berdua berikan. Faye dan Diyan tentu kaget, tapi mereka menerima perjodohan ini tanpa banyak perlawanan.

Faye berusaha keras menyukai Diyan. Sementara Diyan masih berkutat dengan masa lalunya. Ia pernah sakit hati karena ditinggal kekasinya, Rera, yang mengejar impian untuk jadi model terkenal. Meskipun, Rera ada di Paris, tapi, Diyan belum bisa melupakannya. Ia (dan juga Rera), ternyata masih berharap masih ada secuil kesempatan untuk mereka berdua.
Rera kembali ke Jakarta dalam rangka promosi produk kosmetik yang memakainya sebagai model iklan. Pada saat yang sama, Diyan dan Faye bertunangan. Meskipun berita pertunangan mereka berdua sudah sampai ke teling Rera, tapi, Rera tetap nekat menghubungi Diyan.

Selama Rera di Jakarta, Diyan diam-diam menemuinya. Faye sesungguhnya kecewa. Tapi, ia tidak bisa berharap banyak karena ia tahu Diyan tidak mencintainya.

Lalu, ada Zaki, yang ternyata adik Diyan. Tapi, Zaki ini tipe pemberontak, yang gak mau ngikutin jejak orang tuanya sebagai pengusaha. Dia memilih jalur bisnisnya sendiri. Zaki punya biro iklan bersama teman-temannya. Dan, kebetulan ia memakai jasa Faye sebagai fotografer. Zaki sama sekali gak menyangka kalau Faye akan bertunangan dengan kakaknya, karena dia tahu, Faye bukanlah tipe cewek idaman Diyan. Diam-diam, Zaki juga menaruh hati pada Faye.

Bertunangan dengan pengusaha terkenal, membuat hubungan mereka sarat dengan gosip. Faye harus belajar diam ketika ia dikejar-kejar wartawan. Dan harus belajar juga menerima tunangannya yang masih menyimpan hati pada mantan kekasihnya.

Tapi, lagi-lagi ini adalah tentang sebuah pilihan. Karena cinta toh gak bisa dipaksain, apalagi atas nama bisnis. Ternyata membuat pilihan itu, meskipun awalnya ada rasa terpaksa, tetap sulit - tetap sulit melepaskan apa yang udah ada dalam genggaman kita (wise mode: on)

Buku ini bikin gue ‘termehek-mehek’. Hahahaha… mungkin karena gue lagi PMS, makanya sifat melow dan cengeng gue jadi keluar (tapi… tenang… gak ada yang namanya banjir air mata). Gue suka sama cara mbak Windry menulis. Sebagai pembaca, gue ngerasa ‘dituntun’ pelan-pelan, setiap gue penasaran, pelan-pelan ketemu jawabannya. Berbeda genre sama novel keduanya yang sarat ketegangan dan butuh konsentrasi tinggi, buku ‘Orange’ ini bikin segar. Dan, seperti biasa ditulis dengan 'persiapan' yang lengkap - liat aja di blog-nya.

O ya, tadinya gue pikir, Rei - sepupunya Diyan yang juga asistennya - bakal jatuh cinta sama Diyan dan bikin Faye jadi mundur (hehehe, mungkin adegan ini hanya ada dalam sinetron) - eh.. tapi gak mungkin juga kan... mereka kan sepupuan... atau... Rei jadi jutek karena Faye bikin Diyan 'mangkir' dari meeting-meeting penting (lagi-lagi sinetron mode: on)

Tuesday, May 05, 2009

After the Honeymoon

After the Honeymoon
Ollie @ 2008
GagasMedia – Cet. I, 2008
242 Hal.

Jadi pengantin baru, gak berarti semuanya jadi indah. Bayangan tentang masa-masa indah sebagai pengantin baru setelah bulan madu – rumah sendiri, sarapan berdua, berangkat kerja berdua. Tapi… ternyata, tinggal berdua juga membuka pandangan baru tentang pasangan kita. Kalau yang tadinya keliatannya rajin, ternyata males bangun pagi. Yang katanya suka kopi, begitu dibikinin kopi – bahkan yang instant – tetap aja ada yang salah.

Ata dan Barra berusaha mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Tapi, ternyata semuanya berbeda dengan yang mereka bayangkan. Setiap hari, Ata yang jadi supir karena Barra trauma dan tidak pernah mau mengendarai mobil lagi. Barra ternyata juga termasuk orang yang santai, gemar handphone model terbaru. Tapi, dengan niat menjadi istri yang baik dan pengertian, Ata mencoba mengerti kegemaran dan segala kekurangan Barra.

Dibanding Barra, dalam hal pekerjaan Ata lebih baik. Baru pulang dari bulan madu, Ata sudah ditawari posisi baru yang menuntut dirinya untuk bekerja lembur. Sementara Barra dengan terpaksa menerima ajakan temannya untuk dugem, sekedar menunjukkan kalau dirinya tidak berubah meskipun sudah menikah.

Masalah mulai semakin runyam ketika Ata hamil dan memutuskan pindah ke rumah orang tuanya. Tinggal di rumah mertua membuatnya tidak nyaman. Apalagi memang, sebelum menikah, baik Ata maupun Barra, bukanlah menantu idaman.

Puncaknya, ketika Barra diam-diam mengambil tabungan milik mereka berdua. Sementara Ata berniat menyimpan tabungan itu untuk keperluan persalinan. Hubungan mereka memanas. Barra pun pergi meninggalkan Ata.

Campur tangan kedua orang tua juga terkadang bikin runyam. Anak-anak mereka pengen berbaikan, tapi orang tua malah bkin makin panas. Godaan adanya perempuan lain (atau mungkin laki-laki lain) juga mampu menggoyahkan iman di saat hubungan antar suami-istri sedang berada di ujung tanduk.

Lagi-lagi pengertian dan mampu meredam ego masing-masing, juga komunikasi, selalu jadi kunci dalam menyelesaikan masalah. Harus selalu ingat, apa sih tujuan kita ketika kita memutuskan untuk menikah. (hehehe.. curcol…)

Buku ini mungkin bisa jadi buku ‘panduan’ bagi pengantin baru. Buku panduan yang ringan dan gak penuh teori-teori. Yahhh.. meskipun tentunya kenyataan kadang gak seindah dan semudah gambaran di buku ini. Mungkin di luar sana, banyak pasangan muda yang kasusnya mirip dengan Ata dan Barra, atau mungkin mirip dengan Widi dan Jeff. Meskipun kasus Widi dan Jeff beda sama Ata dan Barra, tapi tetap aja, kuncinya sama.

Tapi… ada satu yang gak pas nih… katanya, Barra takut nyetir mobil, tapi koq, di Solo dia berani aja tuh nyetir mobil? Apa dia takut nyetir di Jakarta aja ya?

Like this book, like the cover…

Metropolis

Metropolis
Windry Ramadhina @ 2009
Grasindo – 2009
331 Hal.

Kepolisian disibukkan dengan pembunuhan berantai pimpinan kelompok pengedar narkotika. Adalah Augusta Bram, polisi dari bagian narkotika yang sudah menangani kasus ini. Awalnya, perkiraan terjadinya pembunuhan ini ‘hanya’ karena persaingan antar gank memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Para kelompok ini dikenal dengan nama Sindikat 12.

Kalau sudah tahu siapa para pemimpin dan siapa saja anggotanya, kenapa gak ditangkap aja? Hmm.. ternyata gak semudah itu. Para pengedar ‘bermain’ dengan sangat hati-hati dan bersih. Mereka pintar mengatur semua transaksi dan keuangan mereka, agar polisi tidak bisa melacak bisnis kotor mereka. Terkadang polisi juga harus tarik ulur, saling bertukar informasi dan bukti, demi mendapat keping-keping informasi lainnya.

Augusta Bram mulai mencari pola dari pembunuhan berantai itu. Apa motif dari si pembunuh sebenarnya? Dibantu Erik, asistennya, mulailah ia merunut dari awal, siapa di antara Sindikat 12 yang pemimpinnya dibunuh paling awal. Pola yang begitu rumit dan tidak berbentuk.

Keanehan lain timbul, ketika di setiap tempat kejadian perkara, ada seorang perempuan yang hadir. Perempuan yang sama yang ada ketika pemakaman Leo Saada – ada juga di tempat Markus ditemukan tewas, bahkan ada di tempat Soko Galih terjun bebas dari rukonya.

Ternyata perempuan itu bernama Miaa, mantan polisi juga. Ia punya misi tersendiri untuk ada di setiap tempat kejadian.

Bram harus mau kembali bekerja sama dengan Ferry Saada agar bisa menangkap pembunuh ayah Ferry. Dari penyelidikan yang panjang, terungkaplah kejadian tragis di tahun 1991. Motif balas dendam menjadi latar belakang dari pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini.

Kerja keras Bram nyaris terhenti karena atasannya, Burhan, yang ingin mengalihkan kasus ini ke bagian lain. Tapi, Bram tidak mau berhenti begitu saja, ketika titik terang sudah mulai terlihat.

Nama-nama baru muncul seiring berkembangnya kasus ini. Seperti jaring laba-laba, semuanya ternyata berhubungan satu sama lain dan punya kepentingan masing-masing. Tapi, yang rada gak jelas… kaya’nya tokoh Aretha? Kenapa dia begitu baik sama keluarga Al? Apa hubungannya ya?

Gue suka novel ini. Cara penulisannya rapi banget. Semuanya teratur dan detail. Mulai dari awal, ketika pemakaman Leo Saada, gue bisa ngebayangin gimana prosesinya. Gue jadi membayangkan film-film mafia, dengan mobil limousine hitam, para pelayat dengan baju hitam-hitamnya, yang perempuan lengkap dengan kacamata hitam, yang pria tetap cool. Lalu, masuk ketika tokoh-tokoh mulai muncul, gue ngebayangin sosok Ferry Saada bertampang seperti mafia-mafia Cina (tokoh langsung berubah dari wajah Latino ke wajah-wajah seperti Andy Lau – hehehe.. gue gak terlalu hafal nama-nama pemain film Cina, hanya sebatas Andy Lau). Lalu, tokoh Johan yang tampak rapuh, tapi berhati dingin. Tapi, entah kenapa, gue agak kesulitan membayangkan tokoh Bram – rasanya, semua yang gue inget, rada kurang macho untuk menggambarkan sosok Bram.

Perpindahan setiap bagian cerita juga rapi banget. Meskipun tempat dan tokohnya berbeda, tapi tetap berhubungan dengan bagian sebelumnya. Selain itu, Mbak Windry juga bikin blog khusus untuk novel ini. Di sana bisa diliat foto-foto ‘setengah wajah’ dari tokoh-tokoh di sini. Kaya’nya riset buat buku ini juga lumayan dalem. Istilah-istilah narkotika, kepolisian cukup detail. Gue menikmati banget baca buku ini. Gue ikutan tegang dan penasaran (beneran lho… Bukan karena gue dapet buku ini gratis, makanya gue suka…)

Monday, May 04, 2009

Breaking Dawn (Awal yang Baru)

Breaking Dawn (Awal yang Baru)
Stephanie Meyer @ 2008
Monica Dwi Chresnayani (Terj.)
GPU – Cet. I, Januari 2009
864 Hal.

Huaaaaa… akhirnya… akhirnya… selesai juga baca Breaking Dawn ini. Setelah separo baca bahasa Inggris, terus, gak sabaran… beli yang bahasa Indonesia. Tapi, ternyata, juga tidak mempercepat selesainya. Buku yang super tebal ini ternyata menghabiskan waktu berbulan-bulan. Soalnya bacanya diselingi sama baca buku-buku yang lain.

Akhirnya… Bella dan Edward menikah. Meskipun banyak pro dan kontra (terutama dari para werewolf… lebih tepatnya lagi dari Jacob), toh Bella tetap pada pendiriannya dan pada pilihannya. Prosesi pernikahan dilakukan di rumah kediaman keluarga Cullen. Dengan dekorasi rancangan Alice, pesta itu menjadi pesta itu menjadi indah dan romantis. Para tamu terdiri dari golongan manusia dan para vampire. Satu-satunya tamu yang paling diharapkan Bella tidak hadir untuk menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Tapi, Edward membuat kejutan untuk Bella, meskipun nyaris terjadi kekacauan.

Seperti layaknya pengantin baru, Bella dan Edward pun pergi berbulan madu. Tentu saja, tempat bulan madunya juga pasti luar biasa – gak mungkin kan, Edward kasih kejutan yang biasa-biasa aja untuk Bella. Tapi, tetap saja, mereka tidak bisa menikmati bulan madu itu. Karena, Edward yang takut. Benar saja, selama bulan madu, tubuh Bella penuh dengan lebam.

Bulan madu itu juga berakhir dengan tidak enak, karena Bella ternyata langsung hamil! Kehamilan itu tidak wajar. Bukan hanya karena periode kehamilan yang tidak seperti manusia biasa, yaitu 9 bulan. Tapi, juga karena asupan gizi yang dibutuhkan Bella bukanlah susu kehamilan, melainkan darah segar!. Sementara itu, bayi di kandungan Bella juga membuat Bella kesakitan dan berkembang dengan cepat.

Charlie yang sejak hari pernikahan Bella belum melihat Bella lagi, diberitahukan bahwa Bella sakit karena virus yang menyebar di tempat bulan madu mereka, sehingga tidak mungkin ditengok. Lalu, di kawanan werewolf, terjadi perpecahan – antara Jacob yang ingin Bella tetap menjadi ‘Bella’ dan Sam – yang ingin segera ‘bertempur’ dengan kaum vampire untuk mencegah lahirnya bayi immortal dari rahim Bella.

Jacob memilih memisahkan diri dari kawanannya. Seth – yang bersahabat dengan vampire mengikuti Edward. Dan karena ingin menjaga keselamatan Seth, akhirnya dengan terpaksa, Lea juga ikut dengan Jacob. Mereka bertiga bergiliran berpatroli di sekitar kawasan tempat tinggal keluarga Cullen.

Persalinan Bella tidak berjalan dengan lancar. Bella mempertaruhkan nyawanya, meskipun itu artinya semakin dekat dengan apa yang sudah dipilihnya. Edward pun tidak punya pilihan lain, selain ‘menyelamatkan’ nyawa Bella dengan caranya sendiri. Jacob harus kembali kecewa.

Tapi, hehehe… ternyata Jacob meng-imprint Renesmee – itu nama anak Bella dan Edward. Bella sempat berang. Sebagai vampire baru (upss… spoiler), perilaku Bella terus diawasi, karena ada kecenderungan ia mengincar para manusia. Bahkan, Bella harus diawasi ketika berdekatan dengan anaknya yang ‘blasteran’ manusia – vampire. Perkembangan Renesmee juga berbeda dari bayi pada umumnya. Dalam hitungan hari, Renesmee sudah seperti anak dua tahun dan pinter banget.

Kalau Edward punya kemampuan membaca pikiran, Bella – selain kuat – punya kemampuan ‘melindungi’ dirinya agar vampire lain tidak mudah membaca pikirannya.

Kehadiran Renesmee membuat heboh dunia ‘pervampiran’. Kelompok Volturi yang sangat ditakuti akan datang untuk mencegah kehadiran bayi immortal. Mereka menganggap keluarga Cullen sudah melanggar aturan. Ketegangan melanda kaum vampire, tampaknya pertumpahan ‘darah’ tidak dapat dielakkan. Carlisle, Alice dan Jasper pergi untuk mencari teman-teman vampire yang bisa mendukung mereka. Rumah keluarga Cullen kedatangan vampire dari berbagai penjuru dunia.

Buku ini tebeeelllll banget… agak cape’ juga bacanya. Buku ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama, itu Bella saat masih jadi manusia, masa-masa honeymoon-nya. Bagian kedua itu bagiannya Jacob. Dasar bahasa cowok, kadang sembarangan… hehehe.. bukan gak sopan, tapi cuek banget. Nah, bagian ketiga dan bagian yang panjang, bagian ketika Bella sudah berubah wujud – gimana Bella belajar bertarung dalam waktu singkat, terharunya jadi ibu dan akhirnya bisa merasakan ‘true love’-nya yang bener-bener sama Edward.

Well… cerita berakhir bahagia. Tapi, mungkin asyik juga diceritain gimana kehidupan Renesmee yang ‘blasteran’ itu, sementara orang tuanya sendiri udah jadi vampire.

The Spook’s Apprentice

The Spook’s Apprentice
Joseph Delaney @ 2004
Hardi Liman Saputra (Terj.)
Penerbit Matahati – Cet. I, Maret 2009
326 Hal.

Menjadi anak ketujuh tampaknya tidak menjadikan Thomas J Ward punya banyak pilihan akan jadi apa dirinya kelak ketika dewasa. Tanah pertanian milik ayahnya sudah pasti diwariskan untuk kakak tertuanya, Jack. Sedangkan anak-anak yang lain ditawarkan untuk pekerja di penambangan. Hingga giliran Tom tiba, sudah tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dicarikan ayahnya untuk Tom. Akhirnya, pilihan terakhir jatuh kepada menjadi murid seorang Spook. Menjadi Spook bukanlah pekerjaan favorit, justru menjadi Spook membuat seseorang akan dijauhi oleh masyarakat desa.

Salah satu syarat untuk menjadi Spook adalah anak laki-laki ketujuh dari anak laki-laki ketujuh. Ayah Tom juga anak ketujuh, dan bukan sebuah kebetulan hal ini terjadi pada Tom. Ternyata, ibu Tom yang misterius sudah merencanakan ini sejak ia berniat menikah dengan ayah Tom. Spook sendiri tugasnya adalah membasmi segala hal yang jahat yang selalu mengganggu masyarakat desa County. Hal jahat itu bukan hanya perampok, pencuri, tapi lebih kepada ‘kekuatan’ jahat itu sendiri, seperti misalnya ‘membasmi’ para penyihir. Karena itulah, mereka kerap dijauhi dan disegani, karena pekerjaan mereka yang berbau-bau mistis.

Tom harus meninggalkan rumah mereka, mengikuti Sang Spook, Gregory, untuk tinggal di rumahnya. Perjalanan jauh ditempuh dengan berjalan kaki, hanya dengan membawa bekal sepotong keju. Di perjalanan, memasuki daerah hutan yang kelam, Tom beberapa kali merasakan adanya hawa-hawa aneh yang melingkupi mereka. Sembari berjalan, Gregory terus menjelaskan berbagai hal yang nantinya harus dihadapi oleh Tom.

Pelajaran-pelajaran yang bersifat teori menanti Tom. Meskipun teori, tapi menyisakan banyak misteri, yang kadang enggan dijawab oleh Sang Spook.

Suatu hari, Tom mendapati ‘pelajaran praktek’ secara kebetulan. Ia diminta Gregory untuk pergi ke desa, mengambil beberapa bahan untuk keperluan pokok mereka. Dalam perjalanan pulang, Tom diganggu oleh beberapa anak yang ingin mengambil belanjaan Tom. Ia ditolong oleh seorang gadis bersepatu runcing – seseorang yang harusnya ia hindari, tapi ia malah membuat janji.

Inilah awal bencana, awal semua kesulitan yang harus dihadapi oleh Tom. Apalagi Alice – si gadis bersepatu runcing itu, meminta Tom untuk membantunya membebaskan Mother Malkin – penyihir tua yang sangat jahat, yang kejahatannya bisa dibayangkan seburuk yang bisa kita pikirkan. Teror pun dimulai – beberapa anak kecil hilang. Darah anak-anak konon dikabarkan bisa membangkitkan kekuatanan Mother Malkin.

Tom harus bertanggung jawab atas ‘kekacauan’ yang ia buat. Ya.. sebagai anak ‘magang’, belum tahu ‘medan’ yang sebenarnya. Tom jadi kurang berhati-hati dan cenderung kurang berpikir panjang. Mampu apa gak dia jadi the Next Spook?

Buku ini benar-benar gelap. Sesekali bikin merinding. Abis settingnya di hutan, sebagian besar di waktu malam… Hiii… Kaya’ film apa ya? Sleepy Hollow?

Friday, May 01, 2009

The Tales of Beedle the Bard

The Tales of Beedle the Bard (Kisah-Kisah Beedle si Juru Cerita)
J.K. Rowling @ 2007/2008
Nina Andiana & Listiana Srisanti (Terj.)
GPU – Maret 2009
144 Hal.

The Tales of Beedle the Bard adalah buku yang salah satu ceritanya adalah tentang Kisah Tiga Bersaudara, sebuah kisah yang diwariskan Dumbledore kepada Hermione Granger. Buku yang berisi dongeng-dongeng pengantar tidur yang ditulis para penyihir – layaknya para muggle yang punya kisah Cinderella, Putri Tidur, Putri Salju dan lain-lain yang pada umumnya berakhir dengan bahagia.

Nah, dalam buku ini, kisah-kisah yang disajikan cenderung berakhir ‘tragis’ atau tidak seindah dongeng-dongeng muggle – meskipun ada segi positif yang bisa diambil. Dari lima kisah yang ada, kalau dilihat dari judul-judulnya, emang lucu-lucu sih. Tapi. Ternyata, kalau dibaca lebih lanjut… wah, bisa-bisa gak cocok buat anak-anak, karena terlalu ‘mengerikan’. Professor Dumbledore sendiri ‘membuat’ beberapa catatan di tiap akhir cerita –komentar atau pendapatnya tentang kisah-kisah tersebut, beserta pro-kontranya di kalangan penyihir sendiri. Hehehe… jadi serius nih, buku ini. Mari kita liat satu-satu ceritanya.

Yang pertama adalah kisah Sang Penyihir dan Kuali Melompat. Cerita tentang anak seorang penyihir yang sifatnya bertolak belakang dengan ayahnya. Jika ayahnya mau menolong para muggle, maka anaknya akan membiarkan saja muggle-muggle yang membutuhkan pertolongannya. Hingga suatu hari ia sangat terganggu dengan keributan yang disebabkan oleh kuali peninggalan ayahnya. Hmmm… kebencian terhadap kaum muggle pun jadi inspirasi untuk sebuah dongeng.

Sementara kisah kedua Air Mancur Mujur Melimpah. Kisah tentang legenda sebuah air mancur yang bisa setiap harinya akan mengambil satu orang yang beruntung untuk mendapatkan berkah. Ini mungkin bisa disamakan dengan legenda-legenda sumur wasiat (hahaha… ngarang banget sih, gue…). Justru di kisah ini diajarkan bahwa kita harusnya bisa percaya pada kemampuan diri kita sendiri, jangan mengandalkan kekuatan sesuatu benda atau mitos-mitos yang beredar.

Kisah ketiga - Penyihir Berhati Berbulu – adalah kisah yang paling mengerikan menurut gue. Berdarah-darah dan yang paling ‘hitam’. Cerita tentang seorang penyihir yang hatinya itu begitu dinging, buta sampai-sampai ia tidak pernah merasakan yang namanya cinta. Justru ia meremehkan orang-orang yang mabuk kepayang. Tapi, ketika cinta itu datang, justru hati itulah yang membunuhnya. Hiii.. serem dan tragis banget. Kisah cinta sehidup semati yang berakhir tidak seindah kisah Romeo dan Juliet.

Kisah keempat - Babbity Rabbity dan Tunggul Terbahak – yang paling gue suka dari namanya. Abis lucu aja namanya. Ceritanya ada raja yang pengen banget diakui kalau dia itu penyhir yang paling handal, padahal dia sama sekali gak bisa menyihir. Maka itu, dia minta semua penyihir diberantas, diburu. Tapi, ternyata ada satu orang yang licik, yang pura-pura jadi guru si raja. Babbity Rabbity yang nantinya akan jadi pahlawan yang bisa menyadarkan si raja kalau sikapnya itu salah. Katanya sih, Babbity Rabbity ini merupakan salah satu ‘pengakuan’ adanya penyihir yang bisa bertransfigurasi.

Kisah kelima Kisah Tiga Bersaudara – kisah yang menurut gue paling bagus, dan paling bijaksana. Sebenernya sih standard aja, tentang tiga bersaudara, yang harus membuat prioritas mana yang paling dia inginkan ketika mereka boleh meminta satu permintaan. Seperti biasa, tentu saja si saudara paling kecil yang paling bijaksana, sehingga ia bisa membuat satu permintaan yang paling baik.

Cerita-ceritanya simple aja kan? Tapi, disajikan dari sudut ‘penyihir’ yang bahkan ketika dibacain untuk anak-anak penyihir bisa berefek muntah-muntah, pusing-pusing, kalau si anak gak suka. Makanya, kisah ini sering dimodifikasi jadi versi yang bersahabat untuk para penyihir.

Tapi, kaya’nya lebih panjang penjelasannya Dumbledore dibanding dongeng-dongengnya sendiri.

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang