9 Matahari
Adenita @ 2008
Grasindo – 2008
359 Hal.
Sederetan nama-nama terkenal dan ‘penting’ mewarnai bagian endorsement buku ini. Menjanjikan bahwa buku ini adalah buku yang layak dibaca. Tapi, bukan karena itu (saja) yang bikin gue tertarik untuk membacanya, tapi lebih karena judulnya. Gue merasa dari judulnya koq sepertinya mengandung sesuatu yang ‘magis’, yang memberi semangat. Gimana gak… matahari-nya ada 9 gitu, lho…
9 Matahari bercerita tentang perjuangan seorang gadis bernama Matari Anas. Ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, kalau gak boleh dibilang kekurangan. Ayahnya tak punya pekerjaan jelas, karena krisis moneter membuatnya tak lagi semangat untuk mencari pekerjaan. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Kakaknya, Hera, meskipun lulus dengan predikat cum laude, tapi pasrah ketika tak ada perusahaan yang merespons lamaran pekerjaannya.
Tapi, Tari punya semangat lain. Meskipun tertunda hampir 3 tahun, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak pupus. Meskipun ia tahu keluarganya tidak mampu untuk membiayainya, tapi ia tetap tak patah arang. Ia terus membujuk kakaknya dan berusaha mencari pinjaman untuk menutupi biaya kuliahnya.
Perjuangan Tari betul-betul panjang, sulit dan penuh hambatan. Kuliah di Bandung, jauh dari orang tua. Ia betul-betul harus berjuang sendiri menghadapi hari-hari penuh tekanan, terutama dalam soal keuangan. Perhitungan yang cermat dilakukan demi menghemat biaya hidup. Mencari pekerjaan sampingan juga dilakukan untuk mencicil hutang. Tak sediki teman yang mau membantunya, tapi tetap saja, namanya juga hutang, pasti akan ditagih terus.
Belum lagi ternyata, bapaknya yang sudah keburu pesimis, malah nyaris menjatuhkan semangat Tari. Tekanan demi tekanan, ternyata berpengaruh juga pada kondisi kejiwaan Tari. Sampai akhirnya, Tari terpaksa cuti kuliah.
Beruntung masih banyak orang-orang yang peduli pada Tari, karena tahu Tari punya semangat dan cita-cita. Beruntung juga, Tari punya kemampuan lain yang membuka banyak kesempatan untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.
Mmmm… novel ini sebenarnya adalah novel yang memberikan ‘pencerahan’. Kaya’nya nih… ini pengalaman hidupnya Adenita sendiri. Karena semuanya begitu detail dan teratur. Mulai dari awal kuliah sampai akhirnya lulus kuliah. Kalau ngeliat riwayat hidup Adenita di halaman belakang buku ini, mudah bagi kita untuk menghubungkan semua tempat-tempat yang tersamar dalam buku ini dengan apa yang Adenita sendiri alami.
Mungkin karena ‘percakapan’ yang minim, lalu alur yang lambat dan seolah tanpa kejutan, kita emang betul-betul seperti baca memoar seseorang. Ada kalanya jadi bosan, karena terlalu berpanjang-panjang penjelasannya. Tapi, buat gue, siapa pun tokohnya, entah nyata atau nggak, gue salut dengan perjuangannya yang ‘berdarah-darah’. Gue dapet sesuatu dari buku ini…
Adenita @ 2008
Grasindo – 2008
359 Hal.
Sederetan nama-nama terkenal dan ‘penting’ mewarnai bagian endorsement buku ini. Menjanjikan bahwa buku ini adalah buku yang layak dibaca. Tapi, bukan karena itu (saja) yang bikin gue tertarik untuk membacanya, tapi lebih karena judulnya. Gue merasa dari judulnya koq sepertinya mengandung sesuatu yang ‘magis’, yang memberi semangat. Gimana gak… matahari-nya ada 9 gitu, lho…
9 Matahari bercerita tentang perjuangan seorang gadis bernama Matari Anas. Ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, kalau gak boleh dibilang kekurangan. Ayahnya tak punya pekerjaan jelas, karena krisis moneter membuatnya tak lagi semangat untuk mencari pekerjaan. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Kakaknya, Hera, meskipun lulus dengan predikat cum laude, tapi pasrah ketika tak ada perusahaan yang merespons lamaran pekerjaannya.
Tapi, Tari punya semangat lain. Meskipun tertunda hampir 3 tahun, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak pupus. Meskipun ia tahu keluarganya tidak mampu untuk membiayainya, tapi ia tetap tak patah arang. Ia terus membujuk kakaknya dan berusaha mencari pinjaman untuk menutupi biaya kuliahnya.
Perjuangan Tari betul-betul panjang, sulit dan penuh hambatan. Kuliah di Bandung, jauh dari orang tua. Ia betul-betul harus berjuang sendiri menghadapi hari-hari penuh tekanan, terutama dalam soal keuangan. Perhitungan yang cermat dilakukan demi menghemat biaya hidup. Mencari pekerjaan sampingan juga dilakukan untuk mencicil hutang. Tak sediki teman yang mau membantunya, tapi tetap saja, namanya juga hutang, pasti akan ditagih terus.
Belum lagi ternyata, bapaknya yang sudah keburu pesimis, malah nyaris menjatuhkan semangat Tari. Tekanan demi tekanan, ternyata berpengaruh juga pada kondisi kejiwaan Tari. Sampai akhirnya, Tari terpaksa cuti kuliah.
Beruntung masih banyak orang-orang yang peduli pada Tari, karena tahu Tari punya semangat dan cita-cita. Beruntung juga, Tari punya kemampuan lain yang membuka banyak kesempatan untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.
Mmmm… novel ini sebenarnya adalah novel yang memberikan ‘pencerahan’. Kaya’nya nih… ini pengalaman hidupnya Adenita sendiri. Karena semuanya begitu detail dan teratur. Mulai dari awal kuliah sampai akhirnya lulus kuliah. Kalau ngeliat riwayat hidup Adenita di halaman belakang buku ini, mudah bagi kita untuk menghubungkan semua tempat-tempat yang tersamar dalam buku ini dengan apa yang Adenita sendiri alami.
Mungkin karena ‘percakapan’ yang minim, lalu alur yang lambat dan seolah tanpa kejutan, kita emang betul-betul seperti baca memoar seseorang. Ada kalanya jadi bosan, karena terlalu berpanjang-panjang penjelasannya. Tapi, buat gue, siapa pun tokohnya, entah nyata atau nggak, gue salut dengan perjuangannya yang ‘berdarah-darah’. Gue dapet sesuatu dari buku ini…
1 comments:
nice book!
mirip dengan kisah 5cm yang penulisnya juga ngasih endorsement!
Post a Comment