Tuesday, May 05, 2009

Metropolis

Metropolis
Windry Ramadhina @ 2009
Grasindo – 2009
331 Hal.

Kepolisian disibukkan dengan pembunuhan berantai pimpinan kelompok pengedar narkotika. Adalah Augusta Bram, polisi dari bagian narkotika yang sudah menangani kasus ini. Awalnya, perkiraan terjadinya pembunuhan ini ‘hanya’ karena persaingan antar gank memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Para kelompok ini dikenal dengan nama Sindikat 12.

Kalau sudah tahu siapa para pemimpin dan siapa saja anggotanya, kenapa gak ditangkap aja? Hmm.. ternyata gak semudah itu. Para pengedar ‘bermain’ dengan sangat hati-hati dan bersih. Mereka pintar mengatur semua transaksi dan keuangan mereka, agar polisi tidak bisa melacak bisnis kotor mereka. Terkadang polisi juga harus tarik ulur, saling bertukar informasi dan bukti, demi mendapat keping-keping informasi lainnya.

Augusta Bram mulai mencari pola dari pembunuhan berantai itu. Apa motif dari si pembunuh sebenarnya? Dibantu Erik, asistennya, mulailah ia merunut dari awal, siapa di antara Sindikat 12 yang pemimpinnya dibunuh paling awal. Pola yang begitu rumit dan tidak berbentuk.

Keanehan lain timbul, ketika di setiap tempat kejadian perkara, ada seorang perempuan yang hadir. Perempuan yang sama yang ada ketika pemakaman Leo Saada – ada juga di tempat Markus ditemukan tewas, bahkan ada di tempat Soko Galih terjun bebas dari rukonya.

Ternyata perempuan itu bernama Miaa, mantan polisi juga. Ia punya misi tersendiri untuk ada di setiap tempat kejadian.

Bram harus mau kembali bekerja sama dengan Ferry Saada agar bisa menangkap pembunuh ayah Ferry. Dari penyelidikan yang panjang, terungkaplah kejadian tragis di tahun 1991. Motif balas dendam menjadi latar belakang dari pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini.

Kerja keras Bram nyaris terhenti karena atasannya, Burhan, yang ingin mengalihkan kasus ini ke bagian lain. Tapi, Bram tidak mau berhenti begitu saja, ketika titik terang sudah mulai terlihat.

Nama-nama baru muncul seiring berkembangnya kasus ini. Seperti jaring laba-laba, semuanya ternyata berhubungan satu sama lain dan punya kepentingan masing-masing. Tapi, yang rada gak jelas… kaya’nya tokoh Aretha? Kenapa dia begitu baik sama keluarga Al? Apa hubungannya ya?

Gue suka novel ini. Cara penulisannya rapi banget. Semuanya teratur dan detail. Mulai dari awal, ketika pemakaman Leo Saada, gue bisa ngebayangin gimana prosesinya. Gue jadi membayangkan film-film mafia, dengan mobil limousine hitam, para pelayat dengan baju hitam-hitamnya, yang perempuan lengkap dengan kacamata hitam, yang pria tetap cool. Lalu, masuk ketika tokoh-tokoh mulai muncul, gue ngebayangin sosok Ferry Saada bertampang seperti mafia-mafia Cina (tokoh langsung berubah dari wajah Latino ke wajah-wajah seperti Andy Lau – hehehe.. gue gak terlalu hafal nama-nama pemain film Cina, hanya sebatas Andy Lau). Lalu, tokoh Johan yang tampak rapuh, tapi berhati dingin. Tapi, entah kenapa, gue agak kesulitan membayangkan tokoh Bram – rasanya, semua yang gue inget, rada kurang macho untuk menggambarkan sosok Bram.

Perpindahan setiap bagian cerita juga rapi banget. Meskipun tempat dan tokohnya berbeda, tapi tetap berhubungan dengan bagian sebelumnya. Selain itu, Mbak Windry juga bikin blog khusus untuk novel ini. Di sana bisa diliat foto-foto ‘setengah wajah’ dari tokoh-tokoh di sini. Kaya’nya riset buat buku ini juga lumayan dalem. Istilah-istilah narkotika, kepolisian cukup detail. Gue menikmati banget baca buku ini. Gue ikutan tegang dan penasaran (beneran lho… Bukan karena gue dapet buku ini gratis, makanya gue suka…)

1 comments:

Sinta Nisfuanna said...

OMG!! aku baru mau nyentuh bukunya...disini udah jadi reviewnya. ahiks :P

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang