Tuesday, February 28, 2017

Crenshaw


Crenshaw
Harper Collins – 2015
256 hal.

Di usia yang belia, Jackson sangatlah dewasa. Ia lebih suka dengan fakta, meskipun itu sangatlah menyakitkan. Apa pun itu pastilah ada penjelasan yang logis menurut Jackson. Bahkan ketika muncul seekor kucing gendut, besar berwarna ungu, dia akan tetap berpikir, ini pasti ada penjelasan, ini pasti ada yang bisa dibuktikan …

Keluarga Jackson sedang dalam kondisi keuangan yang sulit. Mereka terpaksa harus pindah dari apartemen yang sekarang mereka tempati karena tidak mampu membayar sewanya. Ayah dan ibu Jackson tidak punya pekerjaan yang tetap. Sering kali mereka kekurangan makanan, terpaksa menjual perabotan rumah mereka.

Crenshaw, si kucing gendut ungu yang menggemaskan ini, adalah teman khayalan Jackson. Ia membantu Jackson melewati hari-hari susah dalam keluarganya, membantu Jackson menghadapi kenyataan dan berkata pada orang tuanya untuk selalu berterus terang meskipun pahit.

Tapi gak hanya itu, Crenshaw juga akhirnya membuat Jackson sadar, bahwa sedikit bersenang-senang, berkhayal atau bermimpi juga gak ada salahnya koq. Kalo kata Marisol, teman Jackson, nikmati aja keajaiban yang ada, jangan dipaksain semua harus ada penjelasannya.

Bagi orang tua, kadang gak mau anaknya sampai tau kalau mereka sedang dalam kesulitan. Pokoknya, anak-anak itu  harus happy, gak usah mikir susah, biar orang tua aja yang susah. Jadi, sebenarnya, buku ini, gak hanya anak yang harus jujur, tapi juga orang tua juga perlu jujur sama anak. Biar anak juga jadi belajar dan siap kalau gak semuanya itu seneng-seneng #notetomysel.

Yang paling sedih dalam buku itu ada tokoh teman khayalan, adalah ketika harus pisah sama si teman khayalan itu, atau ternyata teman khayalan itu gak dibutuhkan lagi. Dan Crenshaw ini, sepintas rada ngeselin, tapi sebenernya dia ‘bijak’ banget.

“Imaginary friends are like books. We're created, we're enjoyed, we're dog-eared and creased, and then we're tucked away until we're needed again.”



Submitted for: Children Literature

Tuesday, February 21, 2017

Second Chance Summer


Second Chance Summer (Kesempatan Kedua)
Cindy Kristanto (Terj.)
GPU – November 2016
456 hal.

Taylor Edwards menyambut liburan musim panas kali ini dengan perasaan yang berat. Setelah 5 tahun, ia akhirnya harus kembali menghabiskan musim panasnya di rumah musim panas keluarganya di Phoenix Lake. Karena itu artinya ia harus kembali berhadapan dengan orang-orang yang ingin ia lupakan – sebut saja Lucy, mantan sahabatnya, dan juga Henry, pacar pertamanya.

Namun, bukan masalah itu saja yang bikin hati Taylor gundah gulana. Ia baru saja mendapatkan kabar, bahwa ini kemungkinan akan jadi liburan musim panas terakhir keluarga Edwards dengan anggota keluarga yang lengkap. Ayah Taylor didiagonosa menderita kanker pankreas stadium 4, dan diperkirakan hanya bertahan paling lama 3 atau 4 bulan.

Dan bener aja, gak bisa dihindari kalau ia akhirnya akan bertemu kembali dengan Henry dan Lucy. Kedua bersikap dingin terhadap Taylor, bahkan cenderung ketus. Maunya biasa-biasa aja, tapi Taylor malah deg-degan tiap ngeliat Henry yang makin keren, atau terpaksa bertemu Lucy tiap hari di tempat dia bekerja paruh waktu di kedai makanan.

Tanpa disadari, musim panas kali ini malah membuat Taylor semakin dekat dan mengenal ayahnya. Dan demi ayahnya, Taylor bertekad memperbaiki keadaan dan tidak akan lari lagi dari masalah. Keluarga Edwards mungkin salah satu contoh yang jarang menunjukkan perasaan satu sama lain, tapi seperti Taylor, sebenernya dia pengen banget bilang kalau dia menyayangi ayahnya. Ada rahasia-rahasia dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang terkadang dilakukan Taylor bersama ayahnya.

Gue kira masalah apa gitu yang bikin Taylor jadi males banget balik ke Phoenix Lake. Kirain ada yang serius banget atau ada tragedi apa … hehehe… gue berharap lebih dramatis lagi … tapi mungkin sih masalah ini udah dramatis banget untuk anak usia 12 tahun. Gue sempat penasaran banget, apa sih yang bikin Lucy dan Henry marah  banget sama Taylor. Di tengah-tengah, diselipkan bab yang menceritakan kejadian di musim panas lima tahun yang lalu.

Gue suka transformasi dari para tokoh, meskipun jujur aja, Taylor ini rada ngambang. Sebagai anak tengah, dia jadi ‘tenggelam’ di antara Warren, kakaknya - yang serba tau dan pinter – dan Gesley, yang jago balet. Taylor juga sepertinya gak punya banyak teman di sekolah. Ini sih kesimpulan gue aja, karena selama liburan, Taylor gak pernah dapet telepon atau sms seru dari teman-teman sekolahnya. Padahal kan di usia Taylor, lagi rumpi-rumpinya, heboh ngomongin cowok-cowok yang mereka temui di tempat liburan mereka.

Lalu, Warren dan Gesley juga banyak berubah selama liburan. Warren ini tipe yang ‘nerdy’ banget, dan a little bit gengezz dengan segala pengetahuan macam Google aja.

Gue tau, gue akan menemukan ending yang sedih dalam buku ini, tapi seperti kata Taylor, yang mengutip Dicken, ada satu saat di mana ada kebaikan, sekaligus keburukuan (gitu deh kira-kira). Dan, jarang-jarang terjadi, tiba-tiba mata gue berkaca-kaca …. for personal reason …. Yes… I miss my father … dan gak bener banget tiba-tiba di dalam bis gue nyari tissue ….untuk lagi pilek …

Baca buku ini bikin jadi pengen liburan ... pengen santai-santai kaya’ Taylor, seru-seruan berenang di danau, ngupi-ngupi cantik atau beli roti di toko rotinya Henry. Gak pas banget dengan suasana lagi hujan ketika gue baca buku ini. Samar-samar, berasa lagi baca Lima Sekawan, tapi dalam versi romance minus petualangan J.


Submitted for: Award Winning (California Book Award Gold Medal for Young Adult (2012))


Monday, February 20, 2017

Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi


Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Yusi Avianto Pareanom
Banana Publishing - 2016
450 hal.

Alkisah, ada seorang pemuda bernama Sungu Lembu. Usianya masih muda, tapi hidup sudah memberinya pelajaran dan pengalaman yang sangat banyak. Ia mengembara dengan tujuan balas dendam kepada Watugunung, raja dari Gilingwesi, yang sudah membuat keluarganya dan juga rakyat Banjaran Waru sengasara.

Pertemuan Sungu Lembu dengan Raden Mandasia berawal di rumah dadu Nyai Manggis. Ternyata Raden Mandasia adalah salah satu anak dari Watugunung. Kalau bukan karena permintaan Nyai Manggis, mungkin Sungu Lembu sudah membunuh Raden Mandasia. Nyai Manggis berpesan agar Sungu Lembu mengikuti Raden Mandasai dalam perjalanannya menuju Kerajaan Gerbang Agung.

Maka dimulailah perjalanan Sungu Lembu dan Raden Mandasia, melintasi gurun pasir, terombang-ambing di lautan, bahkan bertemu bajak laut. Lama-lama, Sungu Lembu pun sedikit banyak mengenal Raden Mandasia, pangeran yang ‘kabur’ dari istana demi mencegah peperangan besar, pangeran yang punya kebiasaan ajaib, yaitu mencuri daging sapi.

Dan meskipun demikian, keinginan Sungu Lembu untuk mengabisi Watugunung tidak surut. Tapi, sesampainya ia di kerajaan Gilingwesi, mau tak mau, nyalinya sedikit ciut, melihat kemampuan Watugunung dalam memainkan pedang dan betapa ia sangat tangguh di medan laga.

Kalau berpikir Raden Mandasia yang jadi tokoh utama dalam buku ini, kemungkinan akan sedikit kecewa, karena menurut gue, ini murni tentang kisah Sungu Lembu. Bahkan gue gak menaruh perhatian sedikit pun sama Raden Mandasia yang malah seolah jadi ‘pelengkap’ Sungu Lembu. Raden Mandasia baru menarik perhatian gue, ketika ia turut bertempur melawan prajurit Kerajaan Gerbang Agung. Tiba-tiba Raden Mandasia jadi gagah gitu dalam bayangan gue .. hehehe… Dan sosok Raden Langkir, saudara kembar Raden Mandasia, mengingatkan gue pada Tyrion Lannister. Ini bikin Sungu Lembu pengen ketawa-tawa terus kalau liat Raden Langkir dan gak percaya kalau dia ini adalah saudara kembar Raden Mandasia.

Yang gue suka dari Sungu Lembu, adalah pembawaannya yang santai, kadang rada ngeselin, tapi penuh dengan kewaspadaan. Ia terlatih mengenal berbagai jenis racun – hasil didikan pamannya, Banyak Wetan. Lalu, ia suka membaca, plus sebenarnya Sungu Lembu ini juga cerdas sih menurut gue.

Membaca novel ini harus sabar, karena Sungu Lembu membawa kita ke awal terjadinya cerita ini, lalu ada di tengah-tengah, baru kemudia terjun ke masa sekarang, dengan terkadang mundur dikit lagi. Terkadang mungkin akan ikut memaki-maki bersama Sungu Lembu, dan oh… ya ampun, ikutan ‘ngiler’ dengan penjabaran berbagai bagian daging sapi lengkap dengan masakan yang pas untuk bagian itu. Dan tentu saja gak ketinggalan adegan-adegan dewasa yang kadang bikin gue ‘jengah’ bacanya.          

Bagian favorit gue adalah ketika Sungu Lembu bertemu dengan Dewi Sinta, ibunda Raden Mandasia, kaya’nya tenang gitu, setelah menghabiskan sebagian besar novel yang penuh peperangan, jatuhnya ribuan mayat dari langit, dan perjalanan yang penuh berbagai hambatan dan tantangan.  

Tadinya gue sempat ‘membandingkan’ novel ini dengan novel-novelnya Eka Kurniawan. Tapi ternyata, jujur aja gue lebih suka sama novel ini. Menurut gue sih, bahasa dalam Raden Mandasia ini lebih ‘halus’. Meskipun ada maki-makian a la Sungu Lembu, tapi malah jadi ‘penyegar’ dalam novel ini.



Submitted for: Award Winning (Kusala Sastra Khatulistiwa – Kategori Prosa)

Tuesday, February 14, 2017

Death on the Nile


Death on the Nile
Harper Collins – 2001  
416 hal.

Hercule Poirot sedang menikmati liburannya ke Mesir, menyusuri sungai Nil, berkunjung ke Pyramid dan tempat-tempat bersejarah di Mesir lainnya. Tapi tetap saja, detektif handal ini tak bisa santai. Saat yang seharusnya jadi waktu bersantainya, tetap saja ‘mengundang’  sebuah kasus pembunuhan.

Di dalam kapal pesiar, seorang perempuan muda, cantik dan kaya raya, Linnet Ridgeway, ditemukan tewas dengan luka tembakan. Linnet sendiri baru saja menikah dengan Simon Doyle. Simon Doyle ini sebelum menikah dengan Linnet adalah kekasih dari sahabat baik Linnet, Jacqueline Bellefort. Tentu saja, tersangka utama jatuh kepada Miss Bellefort. Di dinding kabin Linnet, tertulis inisial ‘J’ berwarna merah kecokelatan.

Beberapa hari sebelum kejadian itu, Linnet pernah curhat ke Poirot kalau dia merasa terganggu dengan keberadaan Miss  Bellefort yang seolah ‘menguntit’ Linnet dan suaminya ke mana pun mereka pergi. Linnet minta Poirot untuk berbicara dengan Miss Bellefort.

Miss Bellefort sendiri mengatakan kepada Poirot, bahwa ia sangat sakit hati karena Linnet merebut Simon, dan berniat untuk menghabisi Linnet. Bahkan ia menunjukkan pistol yang ia bawa dan ingin ia gunakan untuk membunuh Linnet.

Ketika penyelidikan sedang berlangsung, dua pembunuhan terjadi lagi. Dan ada sangkut pautnya dengan pembunuhan terhadap Linnet. Semua berpotensi jadi tersangka, karena jika dirunut-runut, para penumpang ada kemungkinan punya hubungan dengan Linnet. Tak terkecuali Simon Doyle, suami Linnet yang terbaring di kamar karena luka tembak, dan tentu saja Miss Bellefort. Tapi kedua, segera saja dicoret dari daftar tersangka, karena punya alibi yang kuat.

Siapa pelakunya – tentu saja terbatas dengan penumpang di kapal pesiar tersebut. Wisata menyusuri sungai Nil jadi perjalanan yang menegangkan.  Dan bagi Poirot, alibi kuat bukan berarti tak bersalah. Bahkan, penyeledikan juga mengungkap kejahatan-kejahatan lain.

Seperti biasa, Poirot menyelidiki dengan sangat teliti, ia mengamati dan melihat semua hal, sampai yang sekecil-kecilnya, yang biasanya akan luput dari perhatian orang lain.

Misteri dalam buku ini tidak terlalu rumit atau menegangkan. Motif sudah pasti karena harta, mengingat Linnet memiliki banyak harta. Jika ia meninggal, hartanya sudah pasti jatuh ke tangan suaminya. Lalu, siapa lagi yang mungkin punya kepentingan terhadap harta Linnet jika ia tiada? Apakah sahabatnya yang justru tidak ada di kapal ini? Atau pengacara Linnet? Atau wali Linnet yang mengurus harta kekayaan Linnet?

Dan tragedi kematian Linnet sendiri baru terjadi di pertengahan buku. Mungkin bagi pembaca yang pengen segera merasakan aura misteri atau ketegangan, bakal harus bersabar, menunggu Poirot keliling Mesir dulu, berkenalan dengan para tokoh, sambil mungkin menganalisa perilaku mereka sejak awal.



Submitted for: Thriller and Crime Fiction

Tuesday, February 07, 2017

Crazy Rich Girlfriend


Crazy Rich Girlfriend (Kekasih Kaya Raya)
Kevin Kwan @ 2015
GPU - 2017
456 hal.

Rachel Chu akhirnya akan menikah dengan Nicholas Young, si professor tajir melintir dari Singapura, calon pewaris harta kekayaan keluarga Young, tapi karena awalnya keluarga  Young tidak setuju dengan hubungan ini -  bahkan Nick tidak mau ibunya sampai tau kabar pernikahan ini, maka segala pengamanan ekstra ketat diberlakukan. Meskipun begitu, terasa ada yang kurang bagi Rachel, karena ayah kandungnya yang tidak ia ketahui keberadaannya tidak hadir untuk mengantarkannya ke altar.

Tapi, kebetulan yang sangat luar biasa, ketika Eleanor Young, ibu Nicholas, bisa menemukan seseorang yang menjadi penghubung dalam menemukan ayah Rachel dan akhirnya memberi restu terhadap pernikahan itu. Ya tentu saja sih, pada akhirnya, ada udang di balik bakwan, karena gak mungkin Eleanor begitu saja menyetujui pernikahan itu.

Tak hanya akhirnya menikah, Rachel berkenalan dengan Collete Bing, seorang sosialita yang memperkenalkan Rachel kepada kehidupan yang membuatnya menganga lebar …. Clubbing di Hong Kong, belajar heboh di Paris, melihat rumah yang luar biasa yang lengkap dengan spa pribadi, bioskop pribadi, pokoknya segala fasilitas VVIP. Dan pun ‘menganga’ dengan segala kemewahan yang ditampilkan oleh Collete.

Sementara itu, Astrid Leong kembali rukun dengan Michael, suaminya yang sekarang sukses dengan perusahaan IT-nya. Tapi, kekayaan membuat Michael berubah, hingga Astrid merasa tidak mengenal lagi sosok pria yang membuatnya jatuh cinta dulu.

Lalu, Kitty Pong, mantan artis Hong Kong, berjuang agak eksistensinya diakui oleh kalangan sosialita. Dan luar biasanya, orang-orang seperti Kitty sampai memerlukan konsultan untuk mengatur semuanya – busana, acara yang perlu dihadiri, bahkan gereja yang harus didatangi.

Sejujurnya, gue mulai ‘pusing’ baca buku ini, pusing dengan segala ke’gilaan’ para tokoh yang belanja-belanji tanpa batas itu, beli pesawat, beli baju bermerk, makan di resto super mahal, segala atribut rumah, mobil mewah, bahkan pesawat – udah pada kaya’ beli kacang rebus .. gak mikir duitnya bakal abis.

Dan rasanya juga mulai lelah dan berharap cukup sekian, jangan dilanjutin lagi ini buku … etapi, penasaran juga sih sama buku ketiganya .. tapi udah dong… ini penulis bikin buku dengan tema yang lain atau latar belakang lain gitu. Bosen juga sih kalo ternyata isinya kaya’ gini terus. Pertama sih oke lah, seru … lucu… ini antara buku ‘fantasi’ – buat gue sih ini fantasi banget, tapi beneran ada di dunia nyata… tapi, baca buku kedua, mulai lelah … gue mulai ngelewatin tuh bagian-bagian belanja di Paris.

Tokoh favorit gue tetap Astrid Leong… ini kali ya, yang namanya effortless , dia pake baju polos keluaran butik ‘biasa’ pun, tetap  bikin orang penasaran, siapa nama perancang busananya itu.

Dan Rachel Chu malah jadi ‘tenggelam’ di antara cewek-cewek lain yang bertebaran di buku ini. Yang gak kalah luar biasa adalah Kitty Pong, yang bersiap-siap mengeluarkan ‘cakar’nya.




Submitted for: Asian Literature

Friday, February 03, 2017

Golden


Golden
Wisnu Wardhana (Terj.)
Penerbit Spring – Januari 2017
308 Hal.

Parker Frost, seorang remaja yang hidupnya seolah sudah ‘dipetakan’, ia sudah tau tujuannya selepas SMA, meskipun sejujurnya, itu bukan sesuatu yang terlalu ia inginkan. Ibunya yang ambisius ingin Parker berhasil mendapatkan beasiswa Cruz-Farnetti dan masuk ke fakultas kedokteran. Parker gak pernah bolos sekolah, selalu teratur dan memang termasuk murid yang berprestasi.

Cruz-Farnetti, adalah sebuah yayasan yang didirikan untuk mengenang pasangan Shane Cruz dan Jullianna Farnetti yang tewas dalam badai salju. Keduanya digambarkan sebagai pasangan yang ideal dan sempurna di SMA Summit Lake, sekolah tempat Parker menuntut ilmu. Sepuluh tahun yang lalu, terjadi kecelakaan yang merengut nyawa mereka berdua. Mereka seolah jadi ‘legenda’ dan terus dikenang oleh penduduk Summit Lake. Jenazah mereka tidak pernah ditemukan.

Salah satu guru di SMA Summit Lake, Mr. Kinney, selalu memberikan buku jurnal untuk siswa-siswa tahun terakhir di sekolah itu. Beliau mengajukan pertanyaan ‘Apa yang kamu lakukan terhadap hidupmu yang berharga ini?’ Dan di akhir tahun pelajaran, buku jurnal itu akan dimasukkan ke dalam amplop dan disegel untuk disimpan dan akan dikirimkan kepada mereka sepuluh tahun kemudian.

Parker bertugas sebagai asisten Mr. Kinney, membantu untuk menempelkan perangko dan label alamat untuk mengirimkan jurnal-jurnal itu. Untuk tahun ini, salah satu jurnal itu adalah milik Julianna Farnetti. Rasa ingin tahu, membuat Parker membuka dan membaca jurnal itu. Seperti apakah kehidupan dan pribadi Julianna Farnetti yang melegenda itu? Apakah benar ia sesempurna yang seperti yang terpampang di billboard besar di Summit Lake?

Membaca jurnal itu, tak hanya membuka pikiran Parker tentang Julianna Farnetti, tapi juga membuka hal-hal baru dalam diri Parker – tentang keberanian untuk mencoba hal-hal baru, melakukan hal-hal ‘melenceng’ sesekali dan menentukan pilihan-pilihannya sendiri. Sebuah harapan baru juga yang membuat Parker berani melakukan perjalanan, mencari jejak Julianna.

Yang gue suka dari buku ini, pertama: covernya, kedua, gue suka bagian-bagian tulisan Julianna Farnetti, sayangnya kurang banyak. Pengen gitu gue lebih jauh mengenal Julianna, Shane dan Orion. Menarik untuk menulis apa yang kita pikirkan sekarang, lalu dibaca lagi entah beberapa tahun kemudian. Mungkin nih, kaya’ kalo baca diary jaman-jaman SMP-SMA dulu, mungkin berasa malu karena koq gue bisa ‘senorak’ itu, atau justru merasa bersyukur karena hidup gue lebih baik dari pada yang dulu.

Gue suka Parker dengan mimpi-mimpinya ini, gadis yang penurut ini, menjadi lebih hidup dengan Kat, sahabatnya, yang serba spontan. Jadi mengimbangi karakter Parker.

Submitted for:




Kategori: Young Adult
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang