Tuesday, February 21, 2017

Second Chance Summer


Second Chance Summer (Kesempatan Kedua)
Cindy Kristanto (Terj.)
GPU – November 2016
456 hal.

Taylor Edwards menyambut liburan musim panas kali ini dengan perasaan yang berat. Setelah 5 tahun, ia akhirnya harus kembali menghabiskan musim panasnya di rumah musim panas keluarganya di Phoenix Lake. Karena itu artinya ia harus kembali berhadapan dengan orang-orang yang ingin ia lupakan – sebut saja Lucy, mantan sahabatnya, dan juga Henry, pacar pertamanya.

Namun, bukan masalah itu saja yang bikin hati Taylor gundah gulana. Ia baru saja mendapatkan kabar, bahwa ini kemungkinan akan jadi liburan musim panas terakhir keluarga Edwards dengan anggota keluarga yang lengkap. Ayah Taylor didiagonosa menderita kanker pankreas stadium 4, dan diperkirakan hanya bertahan paling lama 3 atau 4 bulan.

Dan bener aja, gak bisa dihindari kalau ia akhirnya akan bertemu kembali dengan Henry dan Lucy. Kedua bersikap dingin terhadap Taylor, bahkan cenderung ketus. Maunya biasa-biasa aja, tapi Taylor malah deg-degan tiap ngeliat Henry yang makin keren, atau terpaksa bertemu Lucy tiap hari di tempat dia bekerja paruh waktu di kedai makanan.

Tanpa disadari, musim panas kali ini malah membuat Taylor semakin dekat dan mengenal ayahnya. Dan demi ayahnya, Taylor bertekad memperbaiki keadaan dan tidak akan lari lagi dari masalah. Keluarga Edwards mungkin salah satu contoh yang jarang menunjukkan perasaan satu sama lain, tapi seperti Taylor, sebenernya dia pengen banget bilang kalau dia menyayangi ayahnya. Ada rahasia-rahasia dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang terkadang dilakukan Taylor bersama ayahnya.

Gue kira masalah apa gitu yang bikin Taylor jadi males banget balik ke Phoenix Lake. Kirain ada yang serius banget atau ada tragedi apa … hehehe… gue berharap lebih dramatis lagi … tapi mungkin sih masalah ini udah dramatis banget untuk anak usia 12 tahun. Gue sempat penasaran banget, apa sih yang bikin Lucy dan Henry marah  banget sama Taylor. Di tengah-tengah, diselipkan bab yang menceritakan kejadian di musim panas lima tahun yang lalu.

Gue suka transformasi dari para tokoh, meskipun jujur aja, Taylor ini rada ngambang. Sebagai anak tengah, dia jadi ‘tenggelam’ di antara Warren, kakaknya - yang serba tau dan pinter – dan Gesley, yang jago balet. Taylor juga sepertinya gak punya banyak teman di sekolah. Ini sih kesimpulan gue aja, karena selama liburan, Taylor gak pernah dapet telepon atau sms seru dari teman-teman sekolahnya. Padahal kan di usia Taylor, lagi rumpi-rumpinya, heboh ngomongin cowok-cowok yang mereka temui di tempat liburan mereka.

Lalu, Warren dan Gesley juga banyak berubah selama liburan. Warren ini tipe yang ‘nerdy’ banget, dan a little bit gengezz dengan segala pengetahuan macam Google aja.

Gue tau, gue akan menemukan ending yang sedih dalam buku ini, tapi seperti kata Taylor, yang mengutip Dicken, ada satu saat di mana ada kebaikan, sekaligus keburukuan (gitu deh kira-kira). Dan, jarang-jarang terjadi, tiba-tiba mata gue berkaca-kaca …. for personal reason …. Yes… I miss my father … dan gak bener banget tiba-tiba di dalam bis gue nyari tissue ….untuk lagi pilek …

Baca buku ini bikin jadi pengen liburan ... pengen santai-santai kaya’ Taylor, seru-seruan berenang di danau, ngupi-ngupi cantik atau beli roti di toko rotinya Henry. Gak pas banget dengan suasana lagi hujan ketika gue baca buku ini. Samar-samar, berasa lagi baca Lima Sekawan, tapi dalam versi romance minus petualangan J.


Submitted for: Award Winning (California Book Award Gold Medal for Young Adult (2012))


0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang