Second Chance Summer (Kesempatan Kedua)
Morgan Matson @ 2012
Cindy Kristanto (Terj.)
GPU – November 2016
456 hal.
Taylor Edwards menyambut liburan musim panas kali ini dengan perasaan
yang berat. Setelah 5 tahun, ia akhirnya harus kembali menghabiskan musim
panasnya di rumah musim panas keluarganya di Phoenix Lake. Karena itu artinya
ia harus kembali berhadapan dengan orang-orang yang ingin ia lupakan – sebut saja
Lucy, mantan sahabatnya, dan juga Henry, pacar pertamanya.
Namun, bukan masalah itu saja yang bikin hati Taylor gundah gulana. Ia
baru saja mendapatkan kabar, bahwa ini kemungkinan akan jadi liburan musim
panas terakhir keluarga Edwards dengan anggota keluarga yang lengkap. Ayah
Taylor didiagonosa menderita kanker pankreas stadium 4, dan diperkirakan hanya
bertahan paling lama 3 atau 4 bulan.
Dan bener aja, gak bisa dihindari kalau ia akhirnya akan bertemu kembali
dengan Henry dan Lucy. Kedua bersikap dingin terhadap Taylor, bahkan cenderung
ketus. Maunya biasa-biasa aja, tapi Taylor malah deg-degan tiap ngeliat Henry
yang makin keren, atau terpaksa bertemu Lucy tiap hari di tempat dia bekerja
paruh waktu di kedai makanan.
Tanpa disadari, musim panas kali ini malah membuat Taylor semakin dekat
dan mengenal ayahnya. Dan demi ayahnya, Taylor bertekad memperbaiki keadaan dan
tidak akan lari lagi dari masalah. Keluarga Edwards mungkin salah satu contoh
yang jarang menunjukkan perasaan satu sama lain, tapi seperti Taylor,
sebenernya dia pengen banget bilang kalau dia menyayangi ayahnya. Ada
rahasia-rahasia dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang terkadang dilakukan Taylor
bersama ayahnya.
Gue kira masalah apa gitu yang bikin Taylor jadi males banget balik ke Phoenix
Lake. Kirain ada yang serius banget atau ada tragedi apa … hehehe… gue berharap
lebih dramatis lagi … tapi mungkin sih masalah ini udah dramatis banget untuk
anak usia 12 tahun. Gue sempat penasaran banget, apa sih yang bikin Lucy dan
Henry marah banget sama Taylor. Di
tengah-tengah, diselipkan bab yang menceritakan kejadian di musim panas lima
tahun yang lalu.
Gue suka transformasi dari para tokoh, meskipun jujur aja, Taylor ini
rada ngambang. Sebagai anak tengah, dia jadi ‘tenggelam’ di antara Warren,
kakaknya - yang serba tau dan pinter – dan Gesley, yang jago balet. Taylor juga
sepertinya gak punya banyak teman di sekolah. Ini sih kesimpulan gue aja,
karena selama liburan, Taylor gak pernah dapet telepon atau sms seru dari
teman-teman sekolahnya. Padahal kan di usia Taylor, lagi rumpi-rumpinya, heboh
ngomongin cowok-cowok yang mereka temui di tempat liburan mereka.
Lalu, Warren dan Gesley juga banyak berubah selama liburan. Warren ini
tipe yang ‘nerdy’ banget, dan a little bit gengezz dengan segala pengetahuan
macam Google aja.
Gue tau, gue akan menemukan ending yang sedih dalam buku ini, tapi
seperti kata Taylor, yang mengutip Dicken, ada satu saat di mana ada kebaikan,
sekaligus keburukuan (gitu deh kira-kira). Dan, jarang-jarang terjadi,
tiba-tiba mata gue berkaca-kaca …. for personal reason …. Yes… I miss my father
… dan gak bener banget tiba-tiba di dalam bis gue nyari tissue ….untuk lagi
pilek …
Baca buku ini bikin jadi pengen liburan ... pengen santai-santai kaya’
Taylor, seru-seruan berenang di danau, ngupi-ngupi cantik atau beli roti di
toko rotinya Henry. Gak pas banget dengan suasana lagi hujan ketika gue baca
buku ini. Samar-samar, berasa lagi baca Lima Sekawan, tapi dalam versi romance
minus petualangan J.
Submitted for: Award Winning (California Book Award Gold Medal for Young Adult (2012))
0 comments:
Post a Comment