The Walled City (Kota di Balik Tembok)
Harisa Permata Sari (Terj.)
GPU – November 2015
488 hal.
Ada buku-buku yang ketika loe mulai
baca, sejak lembar pertama sudah bernuansa suram, gelap, dan mencekam. Buat
gue, The Walled City adalah salah satunya. Sejak halaman pertama, gue sudah ‘dihadapkan’
pada sebuah keadaan, tempat yang kumuh, becek, bau, kotor dan jorok, ditambah
lagi narasi yang menggambarkan kerasnya hidup di jalanan. Anak jalanan,
gangster, narkotika dan pelacur – kombinasi yang semakin menguatkan gambaran
betapa gelapnya buku ini.
Walled City, sebuah tempat yang
dulunya adalah sebuah benteng – menjadi tempat untuk setiap transaksi gelap.
Apartemen yang disusun bertumpuk-tumpuk, labirin jalanan, bisa membuat siapa
pun yang tak paham, tersesat dalam liku-liku jalan. Tak ada yang aman di sini.
Rasanya, begitu masuk ke tempat ini, akan langsung ‘tersedot’ oleh kegelapan,
suasana yang muram dan suram. Tempat di mana, gak ada kehangatan, senyum atau
tawa.
Jin Ling, terpaksa menyamar jadi
laki-laki, agar ia bisa dengan leluasa bergerak. Ia juga harus gesit dan terus
bersembunyi dari geng jalanan yang kerap mengejarnya. Bahaya mengintai, lengah
sedikit, nyawa jadi taruhannya. Jin Lin pergi dari kampong halamannya, mencari
saudarinya yang hilang.
Dai Shing, terpaksa masuk ke Hak
Nam, meninggalkan kehidupannya yang nyaman. Terlibat dalam perdagangan
narkotika, berusaha masuk ke dalam Brotherhood, kelompok yang paling berbahaya,
demi mendapatkan bukti yang bisa memberinya kebebasan.
Mei Yee, terperangkap di dalam rumah
bordil, dijual oleh ayahnya demi mendapatkan uang untuk membeli minuman keras.
Ia menjadi pelacur ekslusif untuk seorang Duta Besar. Meskipun sesekali berkhayal bisa bebas, tapi impian itu terus
hancur, setiap melihat gadis-gadis lain yang gagal dan dipaksa untuk kecanduan
narkotika. Hingga akhirnya harapan itu datang lagi …
Di satu malam, Dai menemukan Jin
Ling. Bagi Dai, Jin adalah sosok yang selama ini dia cari untuk membantunya.
Tugas untuk Jin adalah menjadi kurir, mengantar paket rahasia untuk Longwai,
pemilik rumah bordil di Hak Nam yang paling berbahaya. Meski awalnya ragu, tapi
akhirnya Jin menerima. Karena rumah bordil milik Longwai, adalah satu-satunya
rumah bordil yang belum bisa ia tembus… siapa tahu… kakak perempuannya ada di
sana.
Banyak rahasia tersimpan, Jin
bertanya-tanya siapakah Dai, sosok yang berbeda dari anak jalanan lainnya,
dilihat dari penampilannya yang lebih bersih. Begitu pula, Dai, yang yakin ada
sesuatu yang disimpan oleh Jin.
Sementara Mei Yee, menanti dengan
harap-harap cemas, apakah pemuda-jendela akan datang lagi? Ataukah ia harus
memberikan jawaban ‘ya’ atas tawaran Duta Besar Osamu?
Mereka semua dikejar oleh waktu,
jika sampai batas waktunya tiba, maka kebebasan hanya kembali jadi mimpi.
Hak Nam Walled City diceritakan
berdasarkan kota Kowloon Walled City, kota yang dulunya benteng, dan ditutup
untuk dijadikan taman kota. Sebelum ditutup, Kowloon Walled City ini, persis
seperti yang digambarkan oleh Ryan Graudin… kumuh, saking tingginya bangunan
yang mengelilinginya, cahaya matahari sulit masuk. Hidup berdempetan dengan
tetangga, tak ada privacy. Tidak ada jaminan keamanan, karena di sana kekerasan
berkuasa.
Membaca buku ini, layaknya nonton
film yang penuh gangster, meskipun minim adegan tembak-tembakan, tapi
ketegangan sangat terasa dari awal hingga akhir cerita.