Monday, July 23, 2012

Veil of Roses



Veil of Roses (Kerudung Merah)
Laura Fitzgerald
Rahmani Astuti (Terj.)
Rini Nurul Badariah (Editor)
GPU, Cet. I, Mei 2012
376 hal
(swap sama mbak Shinta)

Hadiah ulang tahun kali ini jadi hadiah yang sangat berkesan untuk Tamila. Orang tua Tamila memberikan tiket sekali jalan ke Amerika Serikat. Tamila tidak ‘diharapkan’ untuk kembali ke Iran. Yah, seperti yang kita ketahui, kehidupa di Iran begitu keras, terutama untuk perempuan. Di mana perempuan nyaris tidak diberikan kebebasan. Perempuan harus senantiasa tertutup, tidak boleh ketauan berduaan dengan pria yang bukan muhrimnya, dan masih banyak lagi larangan lainnya. Apalagi jika sudah memasuki kehidupan pernikahan, perempuan Iran masuk ke rumah suaminya dan hanya akan keluar rumah saat ada di keranda jenazah.

Karena itulah, Baba dan Maman joon merelakan Tami untuk pergi ke Amerika menyusul kakaknya, Maryam. Tapi, visa Tami hanya berlaku 3 bulan. Yah, orang tua Tami berharap, dalam waktu 3 bulan, Tami segera menemukan pria yang bersedia menikahinya (dan tentu saja warga Negara Amerika) sehingga Tami bisa mendapatkan green card dan tak perlu lagi kembali lagi ke Iran.

Begitu pesawat mendarat di Amerika, Tami langsung membuka hijabnya, seperti juga orang-orang lain yang ada di pesawat. Dan begitu bertemu kakaknya di bandara, penampilan Tami langsung ‘dipermak’. Maunya sih menarik perhatian pria yang mau dijodohin dengan Tami, tapi yang ada si cowok malah jadi il-fil dengan dandanan Tami yang jadi rada ‘norak’.

Sementara Maryam gencar menjodohkan Tami dengan pria keturunan Persia lain, kehidupan Tami di Amerika diwarnai dengan persahabatannya dengan teman-teman di tempat kursus bahasa Inggris dan kehadiran seorang pria Amerika bernama Ike.

Gue cukup menikmati cerita di dalam buku ini. Meskipun yah, ending-nya klise dan mudah ditebak, tapi untungnya di dalam buku ini gak ada kisah cinta yang menye-menye. Justru lebih banyak tentang pergolakan batin Tami yang antara harus rela dengan perjodohan dengan pria-pria ajaib demi bisa tinggal di Amerika, seperti Haroun yang ‘parno’an, atau Masoud yang juga gak kalah ajaib.

Gue jadi bertanya-tanya, apakah harga sebuah kebebasan juga harus dibayar dengan ‘identitas’ yang berubah drastis? Tema yang diangkat dalam buku ini juga menurut gue rada ‘sensitif’, di mana seorang perempuan langsung membuka hijabnya sebagai tanda kebebasan. Ooopps.. gue gak mau sok tau sih, karena gue sendiri belum menjalani yang satu ini sih…

Kisah tentang perjodohan ini tak hanya dialami oleh perempuan dari Timur Tengah seperti Tami, tapi di sini juga oleh Nadia, perempuan asal Rusia, seorang ‘pengantin pesanan’. Yah, meskipun di Amerika serba bebas, gak menjamin kebahagiaan, seperti yang dialami Nadia.

Tentang cover – nah jarang-jarang nih, gue suka sama cover dengan gambar foto orang. Tapi di sini, kerudung merahnya membuat perempuan di cover itu jadi misterius. Gak terkesan norak seperti di buku-buku dari penerbit lain #oops #nomention
Sekuel Veil of Roses berjudul Dreaming in English

4 comments:

Popi said...

patut dibaca nih!
melepas jilbab itu bukan berarti 'kebebasan'...karena justru akan semakin banyak ancaman dihadapan wanita. that's my opinion!

Anonymous said...

Terima kasih review-nya, Mbak Ferina. Koreksi sedikit, penerjemahnya Ibu Rahmani Astuti, saya editornya:)

Astrid said...

jadi inget buku2 nya khaled hoseini ya fer...btw sekuelnya nanti ttp cerita ttg tami juga kah?

ferina said...

@popi: yup, aku sempat merasa maryam, kakakya Tami, agak2 'norse' gitu jadinya

@bacabukuanak: ma kasih, mbak, koreksinya. udah aku benerin

@Astrid: iya.. di sekuelnya cerita tentang Tami dan Ike

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang