Veil of
Roses (Kerudung Merah)
Rini Nurul Badariah (Editor)
GPU, Cet. I, Mei 2012
376 hal
(swap sama mbak Shinta)
Hadiah ulang tahun kali ini jadi hadiah yang
sangat berkesan untuk Tamila. Orang tua Tamila memberikan tiket sekali jalan ke
Amerika Serikat. Tamila tidak ‘diharapkan’ untuk kembali ke Iran. Yah, seperti
yang kita ketahui, kehidupa di Iran begitu keras, terutama untuk perempuan. Di
mana perempuan nyaris tidak diberikan kebebasan. Perempuan harus senantiasa
tertutup, tidak boleh ketauan berduaan dengan pria yang bukan muhrimnya, dan
masih banyak lagi larangan lainnya. Apalagi jika sudah memasuki kehidupan
pernikahan, perempuan Iran masuk ke rumah suaminya dan hanya akan keluar rumah
saat ada di keranda jenazah.
Karena itulah, Baba dan Maman joon merelakan Tami
untuk pergi ke Amerika menyusul kakaknya, Maryam. Tapi, visa Tami hanya berlaku
3 bulan. Yah, orang tua Tami berharap, dalam waktu 3 bulan, Tami segera
menemukan pria yang bersedia menikahinya (dan tentu saja warga Negara Amerika) sehingga
Tami bisa mendapatkan green card dan tak perlu lagi kembali lagi ke Iran.
Begitu pesawat mendarat di Amerika, Tami langsung
membuka hijabnya, seperti juga orang-orang lain yang ada di pesawat. Dan begitu
bertemu kakaknya di bandara, penampilan Tami langsung ‘dipermak’. Maunya sih
menarik perhatian pria yang mau dijodohin dengan Tami, tapi yang ada si cowok
malah jadi il-fil dengan dandanan Tami yang jadi rada ‘norak’.
Sementara Maryam gencar menjodohkan Tami dengan
pria keturunan Persia lain, kehidupan Tami di Amerika diwarnai dengan
persahabatannya dengan teman-teman di tempat kursus bahasa Inggris dan
kehadiran seorang pria Amerika bernama Ike.
Gue cukup menikmati cerita di dalam buku ini.
Meskipun yah, ending-nya klise dan mudah ditebak, tapi untungnya di dalam buku
ini gak ada kisah cinta yang menye-menye. Justru lebih banyak tentang
pergolakan batin Tami yang antara harus rela dengan perjodohan dengan pria-pria
ajaib demi bisa tinggal di Amerika, seperti Haroun yang ‘parno’an, atau Masoud
yang juga gak kalah ajaib.
Gue jadi bertanya-tanya, apakah harga sebuah
kebebasan juga harus dibayar dengan ‘identitas’ yang berubah drastis? Tema yang
diangkat dalam buku ini juga menurut gue rada ‘sensitif’, di mana seorang
perempuan langsung membuka hijabnya sebagai tanda kebebasan. Ooopps.. gue gak
mau sok tau sih, karena gue sendiri belum menjalani yang satu ini sih…
Kisah tentang perjodohan ini tak hanya dialami
oleh perempuan dari Timur Tengah seperti Tami, tapi di sini juga oleh Nadia,
perempuan asal Rusia, seorang ‘pengantin pesanan’. Yah, meskipun di Amerika
serba bebas, gak menjamin kebahagiaan,
seperti yang dialami Nadia.
Tentang cover – nah jarang-jarang nih, gue suka
sama cover dengan gambar foto orang. Tapi di sini, kerudung merahnya membuat
perempuan di cover itu jadi misterius. Gak terkesan norak seperti di buku-buku
dari penerbit lain #oops #nomention
Sekuel Veil of Roses berjudul Dreaming in English
4 comments:
patut dibaca nih!
melepas jilbab itu bukan berarti 'kebebasan'...karena justru akan semakin banyak ancaman dihadapan wanita. that's my opinion!
Terima kasih review-nya, Mbak Ferina. Koreksi sedikit, penerjemahnya Ibu Rahmani Astuti, saya editornya:)
jadi inget buku2 nya khaled hoseini ya fer...btw sekuelnya nanti ttp cerita ttg tami juga kah?
@popi: yup, aku sempat merasa maryam, kakakya Tami, agak2 'norse' gitu jadinya
@bacabukuanak: ma kasih, mbak, koreksinya. udah aku benerin
@Astrid: iya.. di sekuelnya cerita tentang Tami dan Ike
Post a Comment