Cocktail for Three (Klub Koktail)
Sophie Kinsella as Madeleine Wickham
Nurkinanti Laraskusuma (Terj.)
GPU – Juni 2011
440 hal.
Roxanne, Maggie dan Candice, 3 sahabat yang bekerja di sebuah media di London. Tanggal 1 setiap bulannya mereka bertemu di sebuah bar, bernama Manhattan Bar. Yah, untuk sekedar refreshing. Meskipun bekerja di kantor yang sama, tidak berarti tiap hari mereka bertemu.
Roxanne, adalah penulis lepas. Gadis yang penuh percaya diri dan memiliki menjalin hubungan dengan pria yang sudah berkeluarga. Tapi, tak satu pun dari sahabatnya itu tahu siapa pria itu. Ia hanya sesekali datang ke kantor. Tugasnya jalan-jalan ke luar negeri, meliput tempat-tempat penginapan baru. Maggie, si pemimpin redaksi, satu-satunya yang sudah menikah, ambisius dan sedang stress menghadapi peran baru sebagai ibu. Candice, penulis, yang sangat lugu, baik hati dan jujur. Mudah dimanfaatkan orang karena kebaikan hatinya.
Semua berjalan dengan lancer, dan.. asyik-asyik aja gitu. Tapi, ketika di satu pertemuan rutin mereka, pertemuan terakhir sebelum Maggie cuti melahirkan, ada salah satu pramusaji yang membuat Candice tertarik, yang ternyata adalah teman sekolahnya dulu, namanya Heather.
Pertemuan itu membuka luka lama Candice, rasa bersalah terhadap keluarga Heather. Maka, si peri baik hati ini berniat untuk membalas apa yang sudah terjadi, mencoba menghapus kesalahan masa lalu yang disebabkan ayah Candice. Ia membantu Heather mendapatkan pekerjaan di Londoner dan mengajaknya tinggal bersama. Baik Roxanne dan Maggie menyayangkan sikap Candice yang terlau baik.
Lain lagi Roxanne, ia masih harus berurusan dengan pacar gelapnya yang tiba-tiba saja berubah. Lalu Maggie yang sempat mengalami baby blues.
Meskipun sama-sama berkisah tentang perempuan-perempuan di London, usia 30 tahunan ke atas, tapi karakternya beda dengan novel yang memakai nama Sophie Kinsella. Seperti Becky Bloomwood, Tokoh-tokohnya terkesan ‘konyol’. Ceritanya juga lebih ceria.
Kalo di buku ini, tokohnya lebih dewasa, permasalahan juga lebih serius. Yahhh.. ending-nya sih ketebak. Tapi, gak mengurangi rasa tertarik gue sama buku ini.
Mungkin karena gue ‘kecewa’ dengan seri terakhir Shopaholic, gue jadi lebih suka buku ini dan rasa-rasanya jadi pengen baca buku Sophie Kinsella as Madeleine Wickham yang lain. Kadang, abis baca yang ‘berat’, enak juga baca buku-buku kaya’ begini.
Sophie Kinsella as Madeleine Wickham
Nurkinanti Laraskusuma (Terj.)
GPU – Juni 2011
440 hal.
Roxanne, Maggie dan Candice, 3 sahabat yang bekerja di sebuah media di London. Tanggal 1 setiap bulannya mereka bertemu di sebuah bar, bernama Manhattan Bar. Yah, untuk sekedar refreshing. Meskipun bekerja di kantor yang sama, tidak berarti tiap hari mereka bertemu.
Roxanne, adalah penulis lepas. Gadis yang penuh percaya diri dan memiliki menjalin hubungan dengan pria yang sudah berkeluarga. Tapi, tak satu pun dari sahabatnya itu tahu siapa pria itu. Ia hanya sesekali datang ke kantor. Tugasnya jalan-jalan ke luar negeri, meliput tempat-tempat penginapan baru. Maggie, si pemimpin redaksi, satu-satunya yang sudah menikah, ambisius dan sedang stress menghadapi peran baru sebagai ibu. Candice, penulis, yang sangat lugu, baik hati dan jujur. Mudah dimanfaatkan orang karena kebaikan hatinya.
Semua berjalan dengan lancer, dan.. asyik-asyik aja gitu. Tapi, ketika di satu pertemuan rutin mereka, pertemuan terakhir sebelum Maggie cuti melahirkan, ada salah satu pramusaji yang membuat Candice tertarik, yang ternyata adalah teman sekolahnya dulu, namanya Heather.
Pertemuan itu membuka luka lama Candice, rasa bersalah terhadap keluarga Heather. Maka, si peri baik hati ini berniat untuk membalas apa yang sudah terjadi, mencoba menghapus kesalahan masa lalu yang disebabkan ayah Candice. Ia membantu Heather mendapatkan pekerjaan di Londoner dan mengajaknya tinggal bersama. Baik Roxanne dan Maggie menyayangkan sikap Candice yang terlau baik.
Lain lagi Roxanne, ia masih harus berurusan dengan pacar gelapnya yang tiba-tiba saja berubah. Lalu Maggie yang sempat mengalami baby blues.
Meskipun sama-sama berkisah tentang perempuan-perempuan di London, usia 30 tahunan ke atas, tapi karakternya beda dengan novel yang memakai nama Sophie Kinsella. Seperti Becky Bloomwood, Tokoh-tokohnya terkesan ‘konyol’. Ceritanya juga lebih ceria.
Kalo di buku ini, tokohnya lebih dewasa, permasalahan juga lebih serius. Yahhh.. ending-nya sih ketebak. Tapi, gak mengurangi rasa tertarik gue sama buku ini.
Mungkin karena gue ‘kecewa’ dengan seri terakhir Shopaholic, gue jadi lebih suka buku ini dan rasa-rasanya jadi pengen baca buku Sophie Kinsella as Madeleine Wickham yang lain. Kadang, abis baca yang ‘berat’, enak juga baca buku-buku kaya’ begini.