Wednesday, June 22, 2011

Saga no Gabai Bachan

Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)
Yoshichi Shimada @ 2001, 2004
Indah S. Pratidina (Terj.)
Kansha Books (a division of Mahda Books)
Cet. I, April 2011
245 hal.

Di usianya yang baru sembilan tahun, Akihiro terpaksa berpisah dengan ibunya. Ia terpaksa dititipkan ke rumah nenek Osano di Saga. Sebagai orang tua tunggal, ibu Akihiro harus bekerja keras. Ayah Akihiro meninggal karena dampak bom Hiroshima.

Di Saga, awalnya Akihiro membayangkan kehidupan yang tak jauh berbeda dari kehidupan di Hiroshima. Tapi, begitu menginjakkan kaki di rumah Nenek Osano, Akihiro langsung dihadapkan pada sosok seorang nenek yang ‘ajaib’ – mungkin aneh pada awalnya. Bukannya mendapat sambutan hangat, Akihiro malah langsung disuruh menanak nasi di tungku.

Kehidupan yang begitu miskin, membuat Nenek Osano yang bekerja sebagai pembersih di sebuah sekolah ini jadi sangat ‘kreatif’. Ia mempunyai ‘supermarket’ alam, setiap berjalan selalu mengikat tali yang diujungnya ada sebuah magnet. Dan apa yang ia dapat dari dua sumber tersebut bisa jadi makanan yang bergizi dan mendapatkan uang tambahan.

Akihiro pun menjadi anak yang tegar dan tangguh berkat didikan Nenek Osana. Di saat anak-anak lain berolahraga dengan peralatan yang mahal, Akihiro memilih berlari, hasilnya ia jadi pelari yang hebat dan selalu jadi juara dalam Festival Olahraga di Saga.

Jika ia ingin sesuatu, Akihiro mencari cara sampai akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Kemiskinan tidak lantas membuat Akihiro bersedih, malah akhirnya ia sangat berterima kasih atas apa yang sudah diajarkan oleh Nenek Osano.


Banyak akhirnya yang simpati dengan Akihiro dan Nenek Osana. Ada saja kebaikan yang mereka terima, tapi mereka juga tak lupa memberi. Bahkan Nenek Osana juga berharap perampok yang akan masuk rumah mereka justru kasihan dan malah memberi! Pesan Nenek Osano, jika mau berbuat kebaikan, orang yang kita bantu tidak perlu tahu akan kebaikan kita.

Banyak kata-kata bijak yang tidak menggurui, tapi malah bisa membuat kita tertawa. Salah satunya adalah

“Ada dua jalan buat orang miskin. miskin muram dan miskin ceria. kita ini miskin ceria. Selain itu karena bukan baru-baru ini saja menjadi miskin, kita tidak perlu cemas. tetaplah percaya diri.”
Membaca cerita seperti ini, mau gak mau gue inget sama cerita ‘Oshin’. Oshin digambarkan sebagai anak dari keluarga yang sangat miskin, hingga ia terpaksa bekerja keras, terkadang ditindas tapi tetap tegar. Tapi di buku ini, gue gak melihat yang namanya ‘air mata’ tumpah ruah meskipun hidup dalam kemiskinan. Bukan kemiskinan yang ‘diumbar’, justru ada banyak tawa, malah gue membayangkan Nenek Osano sebagai nenek yang jail. Hehehe…. Kata Nenek Osano, jadi orang kaya itu justru sibuk – sibuk bikin kimono, sibuk makan sushi…

Akihiro Tokunaga – kini lebih dikenal dengan nama Yoshichi Shimada – adalah seorang pelawak yang terkenal di Jepang. Kisah ini terinspirasi dari kehidupan masa kecilnya bersama Nenek Osano di Jepang. Ia ingin menularkan semangat Nenek Osano kepada orang banyak.

Gue terharu membaca buku ini… bener deh. Buku yang sederhana, tapi banyak banget yang bisa didapet dari buku ini. Kesannya klise banget ya… tapi coba deh.. baca buku ini. Dan, gue rasa kalo pun gue baca bolak-balik gue gak akan bosen dan tetap terkesan, kagum sama Nenek Hebat ini.

Jangan lewatkan juga “Tips Hidup yang Menyenangkan ala Nenek Osano” yang disisipkan di akhir buku ini.

4 comments:

Tjut Riana said...

sukaaaa banget sama buku ini, buku kecil dengan isi yg begitu kaya :)

ferina said...

@Riana: ya, mbak... liat dehfotonya Nenek Osano... kaya'nya ceria banget :)

Astrid said...

wahhh inspirasional ya bukunya =) penasaran sama tips hidup menyenangkan ala nenek osano =D

masniaty handrianie said...

waduh,,,pengen baca bukunya juga jadinya,,,,menarik banget..:)

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang