Thursday, August 19, 2010

Negeri 5 Menara

Negeri 5 Menara
Sebuah Novel yang Terinspirasi Kisah Nyata
A. Fuadi @ 2009
GPU - Cet. 7, Juni 2010
432 hal.

Awalnya, Alif marah ketika Amaknya meminta ia melanjutkan sekolah ke pendidikan agama. Padahal, dengan nilai yang sangat baik yang ia peroleh, ia bisa melanjutkan ke SMA. Sejak SD, Alif sudah bersekolah di madrasah. Lagi pula, Alif dan Randai, temannya, sudah berjanji akan masuk ke SMA yang sama, lalu melanjutkan ke ITB, bercita-cita ingin jadi seperti BJ Habibie.

Tapi apa mau dikata, orang tuanya bersikeras untuk tetap memasukkan Alif ke sekolah agama. Alasan mereka, selama ini, hanya anak-anak yang tidak dapat sekolah negeri, atau anak-anak nakal yang masuk ke sekolah agama, bagaimana bisa mendapatkan pendidik agama yang baik jika bukan bibit terbaik yang masuk ke sekolah agama. Akhirnya, Alif menyerah, tapi ia hanya mau masuk sekolah Pondok Madani di Ponorogo, bukan sekolah agama di Maninjau, tempat asalnya.

Dengan berat hati, mereka pun melepas Alif untuk merantau.

Sampai di Pondok Madani, Alif ternyata ‘terpukau’ dengan kemegahan tempat itu. Di hari pertamanya, Alif pun terbius oleh sebuah ‘mantra sakti’: man jadda wa jada - Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Kata-kata yang membakar semangat Alif dan teman-teman barunya. Kata-kata yang akan membangkitkan Alif nantinya dari segala keraguan dan keputusasaan.

Belajar di Pondok Madani sangat berat, dengan segala peraturan dan kedisplinan yang tinggi, ritme harian yang padat, penyesuaian bahasa yang hanya boleh mempergunakan bahasa Arab dan Inggris – yang dianggap sebagai bahasa dunia. Pondok Madani mempersiapkan mereka untuk ‘terjun’ ke dunia luas, untuk merantau ke sampai ke negeri orang.

Peraturan di PM sangat ketat, salah sedikit, tidak akan bisa menghindar dari ‘mahkamah’ yang terkenal angker. Gara-gara mendapat hukum jewer berantai, Alif mendapatkan sahabat-sahabat baru yang akhirnya dikenal sebagai Sahibul Menara – Alif, Baso, Dulmajid, Said, Raja dan Atang. Mereka bermimpi bersama, mereka-reka bentuk awan.

Surat-surat dari Randai kerap ‘menggoda’ Alif untuk menyerah, tapi untung Alif mempunyai teman-teman dan ustad-ustad yang mendukungnya dan selalu siap ‘membakar’ semangatnya kembali.

Sebuah novel, yang didasari oleh kisah nyata. Cara bertuturnya sangat ‘teratur’. Gak ada lompatan-lompatan yang membuat terkejut. Semua mengalir dengan tenang. Gue bisa ikut menikmati sebuah kehidupan di pesantren, meskipun terkesan sangat berat dan ketat, tapi banyak banget manfaatnya.

Gue kaget juga ternyata udah cetakan ke-7. Dari awal novel ini terbit, gue belum 'tergerak' untuk membelinya, meskipun heboh banget pemberitaan tentang novel ini. Apalagi sampai masuk ke Kick Andy segala. Gue takutnya ini kaya' Ayat-Ayat Cinta, atau Ketika Cinta Bertasbih. Tapi ternyata, ini lebih 'mirip' ke Laskar Pelangi (hehehe.. meskipun gue belum tuntas juga sih baca buku yang satu ini). Gue juga jadi inget sama '9 Matahari - Adenita', novel yang gue rasa diambil dari kehidupan nyata si penulis. Nah... bulan puasa, kaya'nya 'moment' yang pas untuk baca buku ini.. hehehe..

Satu lagi novel yang membuat gue ‘bermimpi’. Novel yang membuat gue merenung. Udah lama nih, gue gak baca novel yang bisa membuat gue sedikit berpikir. Semoga ‘mantra sakti’ itu juga bisa membuat gue semangat.

4 comments:

Ana said...

waktu baca buku ini, ngga tau kenapa semangat yang pengen ditularkan si penulis kok kerasanya ngga nyampe ke saya. mungkin penjiwaan saya yang ngga terlalu dalem ya. hehhee..

selamat puasa!

ferina said...

kalo aku, semangat banget sih gak juga... tapi paling gak, aku bisa sedikit berkhayal dan berharap semoga bisa ketularan semangatnya.

selamat puasa juga..

fery irawan said...

belum ada ebook gratisnya yaa??http://feryirawan22.blogspot.com/

ferina said...

hehehe..ma'af ebook gratisnya belum ada. coba 'jalan-jalan' ke blog lain :)

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang