Monday, April 23, 2007

Penulis Hantu

Judul asli: The Ghost Writer
Penulis: John Harwood
Penterjemah: Fahmi Yamani
Editor: Siska Yuanita
GPU, Maret 2007
416 Hal.

Gerard Freeman, tinggal di Mawson. Sejak kecil, ibunya selalu menceritakan keindahan kampung halamannya di Staplefield. Tapi, cerita itu berhenti ketika suatu hari, Gerard menemukan sebuah cerita hantu di laci kamar ibunya. Sejak itu ibunya selalu tutup mulut dan tidak pernah lagi bercerita tentang Staplefield dan masa remajanya.

Ibu Gerard, Phyllis Hatherley memang bersikap sangat protektif terhadap Gerard. Sedikit saja Gerad pulang terlambat dari sekolah, maka ketika pulang, ia akan menemukan ibunya sedang mondar-mandir di dekat telepon.

Suatu hari, Gerard mendapat sebuah surat dari sebuah lembaga korespondensi intertasional (AFS jaman dulu itu kali ya…). Dikatakan di surat itu, ada seorang gadis bernama Alice Jessel yang ingin menjadi teman Gerard. Meski takut ibunya tidak setuju, diam-diam Gerard membalas surat itu dan mengiyakan ajakan berteman itu.

Seperti yang sudah diperkirakan, Phillys tidak menyetujui hal itu. Tapi, Gerard berani menentang ibunya, dengan alasan ibunya tidak mau berbagi cerita lagi dengannya.

Alice adalah seorang gadis seumuran dengan Gerard. Menurut cerita Alice, ia adalah gadis berkursi roda dan ada kemungkinan cacat seumur hidup. Alice mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan yang dialaminya bersama orang tuanya. Orang tua Alice sendiri meninggal dalam kecelakaan tersebut.

Sikap Alice begitu misterius. Meski Gerard sudah mengirim foto dirinya, Alice membiarkan Gerard untuk membayangkan sosok dirinya. Lama-lama, pertemanan di antara mereka menjurus ke arah yang lebih jauh. Mereka mulai saling menyatakan cinta. Tentu saja, Gerard yang agresif. Hubungan Alice dan Gerard berlanjut sampai mereka dewasa. Cara mereka berkomunikasi tidak lagi dengan tulisan tangan, tapi sudah lewat email. Alice terus menjanjikan bahwa tidak lama lagi mereka akan bertemu karena sekarang ia sedang menjalani sebuah pengobatan yang memungkinkan ia berjalan kembali.

Sampai dewasa, Gerard tidak pernah tahu rahasia yang disembunyikan ibunya. Gerard masih penasaran dengan cerita hantu yang ditulis oleh neneknya, Viola. Gerard pun mencari berbagai referensi di perpustakaan, dan menemukan beberapa cerita lagi yang ditulis Viola.

Ibu Gerard bersikap penuh rahasia. Ia selalu tampak ketakutan. Dan ketika Gerard pernah bertanya tentang cerita hantu itu, ibunya berkata, “Dan salah satunya menjadi nyata.”

Setelah Phyllis meninggal, Gerard bertekad untuk menyelidiki masa lalu keluarganya. Berangkatlah ia ke London. Ia memasang iklan untuk mencari tahu tentang keluarganya. Dan, tanpa disangka-sangka, iklan itu dijawab oleh Mrs. Hammish yang mengaku sebagai sahabat Anne Hatherley, kakak Phyllis.

Gerard pun mendapat kunci rumah masa kecil ibunya. Di sana menemukan buku harian Anne Hatherley yang setelah diresapi ternyata mirip dengan salah satu cerita yang ditulis Viola, yaitu ‘Sang Hantu’.

Semakin lama, semakin terungkap rahasia masa lalu ibu Gerard, dan memang benar, salah satunya ada yang menjadi nyata.

Terpengaruh oleh cover, anggapan cerita horror sudah ada sejak awal. Tapi, lama-lama, sedikit membosankan. Tentang Alice, sedikit banyak sudah bisa diperkirakan sejak awal. Sosok misteriusnya, pasti berhubungan dengan ‘dekat’ dengan Gerard. Lalu, tingkat ketegangan juga naik-turun, seperti nonton film hantu dengan sosok melayang-layang dengan gaun yang indah.

3 comments:

Duma said...

Akhirnya tayang juga Ghost Writer.

Aku merasa buku ini gak terlalu heboh, rada membosankan memang, hehehehehe

Eh, samaan nih, lagi baca Tiga Sekawan Wright juga ^.^

Aku suka!! Lebih suka yang ini daripada yang pertama, Chasing Vermeer. Mungkin karena sudah akrab dengan karakter Petra dan Calder, dan juga pentomino-nya Calder. Asik! Dah mo kelar, mungkin ntar malam dah kupost deh di blog, heheheh

Setelah ini baru mungkin menyentuh OUT.

Interior-nya Lisa See.... mogoookkk

ferina said...

kalo aku, malah belum baca Chasing Vermeer. Tiga Sekawan Wright tinggal separuh. kaya'nya Kobo duluan deh yang posting di blog.

A Death in Vienna, juga asyik, lho Bo...

Duma said...

hehehe
Dulu waktu baca Chasing Vermeer, aku rada bete.
Soalnya gak ketemu mood nya, ternyata setelah baca The Wright 3 ini, wah, baru ketemu, dan ternyata oke!

Vienna? hm, after si OUT dulu yah....

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang