Friday, August 29, 2014

There’s a Boy in the Girl’s Bathroom




There’s a Boy in the Girl’s Bathroom
Louis Sachar @ 1987
Yearling

195 hal.


Judulnya bikin penasaran, provokatif dan bikin ngikik, tapi isinya malah bikin gue pengen nangis terharu.

Jadi nih, Bradley Chalkers, udah dicap sebagai anak nakal, gak ada yang mau temenan sama dia. Karena Bradley sendiri juga ‘menunjukkan’ kalo dia itu anak yang nyebelin, gak mau diatur, suka gangguin temen-temennya. Satu hari, ada anak baru di sekolah Bradley, namanya Jeff. Jeff berusaha berteman sama Bradley.

Dan di sekolah itu juga, kedatangan seorang guru baru, khusus untuk konseling para murid. Bradley dianjurkan untuk ke sana. Awalnya, sikap Bradley terhadap Ms. Clara menyebalkan, dia gak mau mengakui apa yang dia suka, selalu bilang benci sama apa pun. Tapi ,Clara pantang menyerah, ia terus mendekati Bradley, mengajak Bradley bicara tentang apa saja, meladeni ‘silly conversation but fun’nya Bradley.

Sejujurnya gue malah ‘kagum’ sama Bradley, bagaimana seorang anak yang begitu dibenci, bertahan seorang diri tanpa teman di sekolahnya. Gue malah pengen kenalan sama Bradley, pengen bisa ngobrol seperti Bradley dan Ms. Clara, ngobrol yang gak harus tanpa tujuan, tapi justru bisa membuat Bradley ‘terbuka’ dan berbicara. Gue juga kagum dengan semangat Bradley yang berusaha untuk bikin pr sebaik-baiknya dan ngedapetin gold star.

Bagian unik dalam buku ini adalah percakapan Bradley dengan ‘teman-teman’ khayalannya, yang malah kelihatan nyata.

Buku ini bikin gue sadar, kalo semua orang itu pasti punya sisi baiknya, asal dia diberi kesempatan dan jangan di’judge’ negatif terus.


Submitted for:
- Young Adult Reading Challenge 2014
- Books in English Reading Challenge 2014
- Children Literature Project
- New Author Reading Challenge 2014

Kedai 1002 Mimpi



 

Kedai 1002 Mimpi

Valiant Budi (@vabyo)

Gagas Media - 2014

384 hal.


Manusia itu kalo udah ngerasa yang namanya bebas merdeka, seharusnya merasa nyaman, aman dan damai … tentram gitu, gak perlu deg-degan … semua berjalan lancar. Tapi, adakalanya harga sebuah kebebasan justru perlu dibayar dengan rasa was-was dan teror.

Valiant Budi alias Vabyo berkisah tentang apa yang beliau alami setelah kembali ke Tanah Air dan menerbitkan buku Kedai 1001 Mimpi yang isinya tentang pengalaman Vabyo selama menjadi TKI di Arab Saudi. Membaca buku ini pasti bakalan menuai pro-kontra. Ada yang percaya, ada yang gak. Ada yang simpati, ada yang mencaci.

Gue pun ikutan miris, kalo baca komentar orang-orang yang kebetulan ketemu Vabyo tentang keadaan TKI di Arab Saudi sana. Meskipun banyak kisah duka, tapi toh, banyak yang gak kapok dan bahkan pengen meraih mimpi di sana.

Yang kontra, bukan hanya berkoar-koar via media sosia, entah dengan kata-kata manis atau dengan kalimat pedas yang bikin telinga merah dan sakit hati, tapi juga dalam bentuk teror, seperti ban mobil yang dikempesi, account facebook yang dibajak atau disenggol motor.

Di buku ini, tak hanya bercerita tentang mimpi buruknya selama tinggal di Arab Saudi, tapi juga suka duka tentang Warung Ngebul-nya.

Mungkin sih, kalo belum baca Kedai 1001 Mimpi, bakalan rada gak nyambung dengan sekuel-nya ini. Bisa bikin bertanya-tanya, kenapa Vabyo sampai resah, gelisah dan gundah … Tapi, gak melulu soal itu yang ditulis, ada juga tentang masa-masa liburan Vabyo di London – yang bikin iri itu …

Memang sih, kadang-kadang di antara bab satu dan yang lain suka rada gak nyambung, atau terasa lompat-lompat, tapi Vabyo tetap mampu bercerita tentang hal-hal yang bikin emosi dengan segala kerendahan hati. Setiap kali emosi, selalu di’ringankan’ dengan doa dan segala harapan positif. Simple aja, kalo kata Vabyo, setiap kali ban mobilnya dikempesin, akan ada senyum untuk tukang tambal ban. Di tengah kalimat-kalimat yang serius, Vabyo tetap menyelipkan humor.

At least, gue bisa belajar untuk selalu berpikir positif dan gak gampang nyerah atau emosi. Banyak orang yang cuma bisa ngomong, kasih pendapat berbusa-busa tanpa mau tau fakta dari sisi yang lain.

Semangat terus untuk Vabyo, cuekin orang-orang yang nyinyir itu … :D


Submitted for:

-          Baca Bareng BBI 2014
-          Lucky No. 14 Reading Challenge – category: cover lust

Tuesday, August 26, 2014

Escape from Mr. Lemoncello’s Library



 

Escape from Mr. Lemoncello’s Library

Chris Grabenstein @ 2013

Yearling - 2014

290 hal.


Untuk ‘merayakan’ dibukanya kembali perpustakaan Alexandriaville – setelah 12 tahun ditutup – maka, akan dipilih 12 anak berusia 12 tahun untuk menjadi pengunjung pertama yang menghabiskan malam di perpustakaan itu, sebelum dibuka untuk umum. Pemilihan itu didasari dari hasil essay yang mereka buat tentang apa yang mereka harapankan dengan adanya ‘perpustakaan

Salah satu pesertanya adalah Kyle, yang sebenernya gak terlalu tertarik sama buku, ia lebih suka main game-game seru. Dan Kyle beserta 11 anak lainnya dibawa ke perpustakaan yang super keren dan canggih. Dipandu oleh pustakawati yang sangat ‘chic’ bernama Dr. Zinchenko dan juga Mr. Lemoncello sendiri, mereka memasuki sebuah dunia yang menarik. Ada robot pustakawati, hologram, tangga yang membawa kita seolah melayang – yang akan membawa kita ke rak-rak yang paling tinggi dan lain-lain (langsung dong .. pengen ikutan ada di sana)

Ternyata, Mr. Lemoncello sudah menyiapkan sebuah game yang seru dan rumit. Anak-anak itu ditantang untuk memecahkan teka-teki, yang hasilnya akan memberikan petuntuk jalan keluar dari perpustakaan itu. Bagi Kyle yang bukan kutu buku itu, tentu saja membuatnya bingung, karena sebagian besar petunjuk berhubungan dengan buku, tapi, ketangkasan dan kecerdikan Kyle yang pengalaman dengan berbagai games buatan Mr. Lemoncello, membuat ia berhasil memecahkan berbagai petunjuk.

Tapi intinya ternyata bukan hanya ‘ambisi’, tapi juga anak-anak itu belajar berbagi, saling membantu, tidak curang dan gak boleh mencuri atau culas. Ketahuan berbuat curang, mereka akan keluar dari pertarungan itu. Tapi, setiap kebaikan juga diganjar dengan bonus-bonus yang menguntungkan dari Mr. Lemoncello.

Tentu saja, ada peserta yang sangat ambisius seperti Charles Chiltington – yang katanya seumur-umur, keturunan Chiltington gak pernah kalah. Atau Haley Daley, gadis popular di sekolah, yang pengen menang karena hadiah lainnya adalah jadi spokeperson Mr. Lemoncello, atau ada Sierra, yang kutu buku.

Tokoh Mr. Lemoncello sendiri sangat ‘ajaib’, eksentrik dan unik, yang mau gak mau langsung membuat gue terbayang sama Willy Wonka. Ada kesamaan karakter di antara kedua tokoh ini. Setiap Mr. Lemoncello muncul, pasti akan ada sebuah kejutan. Nah, ada hal-hal yang pribadi dari Mr. Lemoncello di sudut-sudut perpustakaan ini. Setiap anak yang jeli, akan menemukan petunjuk yang berguna ini.

Yang unik lagi, terkadang, dalam setiap kalimat yang diucapkan Mr. Lemoncello, terselip hal-hal yang berhubungan dengan buku, misalnya:

“The other team’s penalty gives you a wrinkle in time.”
“Keep working the puzzle but try to avoid Mrs. Basil E. Frankweiler’s files. They’re all mixed up”
“Of course.” Mr. Lemoncello pointed to a smudge on Charles’s shirt. “If you like, I will also have Al Capone do your shirts.”

Nah, di akhir buku ini, juga ada bonus puzzle – Chris Grabenstein mengajak kita untuk ikutan ‘seru-seruan’. Plus, ada daftar buku yang muncul di dalam buku ini, gue pun jadi sibuk bikin tanda, mana aja buku yang pernah gue baca.

Wuiiihh.. ini jenis buku yang bisa bikin gue ikutan membayangkan atau berimajinasi seperti apa Mr. Lemoncello’s Library, ditambah lagi, ikutan penasaran dengan clue-clue yang misterius. Chris Grabenstein jadi penulis yang buku lainnya pengen gue baca. (bonus lagi, cover-nya yang lucu)



Submitted for:
- Young Adult Reading Challenge 2014
-  Lucky No. 14 Reading Challenge – category: (Not So) Fresh from the Oven
- Books in English Reading Challenge 2014
- Children Literature Project
- New Author Reading Challenge 2014

Monday, August 18, 2014

The Hundred-Year-Old Man who Climbed Out of the Window and Disappeared



 

The Hundred-Year-Old Man who Climbed Out of the Window and Disappeared

Jonas Jonasson @ 209

Hesperus Press 2012

396 hal.


Terpesona dengan judul yang panjang, cover yang unik dan sinopsis yang bikin penasaran, maka jadilah buku ini ada di tangan gue dan .. tentu saja gue baca. Jarang-jarang gue baca cerita yang tokohnya udah ‘sangat’ tua – dan terakhir gue ‘terharu’ ketika baca The Unlikely Pilgrimage of Harold Fry. Konon katanya, buku ini mirip-mirip sih ..

Tapi, ternyata … gue bukan terharu, tapi pengen ketawa atau senyum-senyum sendiri karena ceritanya yang kocak dan ‘unpredictable’. Gue bahkan gak menyangka kalau gue akan memasukkan buku ini ke dalam ‘histrical fiction’ di rak buku goodreads gue .

Jadi, di hari perayaan ulang tahunnya yang ke 100, Allan Karlsson memutuskan untuk ‘kabur’ dari panti jompo tempat ia selama ini tinggal. Ia keluar dari jendela kamarnya dan berjalan tanpa tujuan, masih dengan sandal tidurnya. Ia memutuskan untuk ke stasiun bus dan membeli tiket dengan tujuan yang paling jauh dan berangkat paling cepat. Di stasiun bus itu, ada seorang laki-laki memakai jaket bertulisankan ‘Never Again’ dan membawa sebuah koper. Karena laki-laki itu mau ke kamar kecil, maka ia menitipkan koper tersebut ke Allan. Dan karena busnya sudah mau berangkat tapi si laki-laki itu belum keluar dari kamar kecil, dibawalah koper itu bersama Allan, kali-kali di dalam koper itu ada baju dan sepatu yang pas dengan Allan.

Sementara itu di panti jompo juga terjadi kehebohan, karena the birthday man-nya hilang, direktur panti pun memanggil polisi.

Sampai di stasiun bus paling ujung, Allan menemukan sebuah rumah terpencil dan memutuskan untuk mampir, sekedar minta tempat untuk istirahat. Sambil bongkar-bongkar koperlah, nyari baju dan perlengkapan lainnya. Di sana ia bertemu seorang pria bernama Julius. Tau-tau, pas buka koper, ia menemukan uang dalam jumlah yang banyak.

Si laki-laki berjaket ‘Never Again’ itu pun berusaha mengejar Allan, karena kalau sampai boss-nya tau koper itu hilang, pastinya si boss bakalan murka.

Petualangan ajaib dan aneh seorang Allan Karlsson pun dimulai – pertama ada Julius, lalu anggota membengkak dengan adanya Benny, si penjaga kios hot dog, lalu ada The Beauty ditambah Sonya dan seekor anjing. Petualangan itu pun berkembang.

Sementara itu, pembaca diajak untuk menelusuri perjalanan hidup seorang Allan Karlsson selama 100 tahun, sebuah perjalanan hidup yang ‘menakjubkan’. Ia hanyalah seorang pembuat bahan peledak yang tanpa pendidikan yang memadai, tapi ia berhasil membuat berbagai keputusan yang berpengaruh bagi sejarah dunia, kenalannya bukan orang biasa, tapi para pemimpin negara besar. Seorang Herbert Einstein bilang, Allan ini punya 9 nyawa. Seorang laki-laki biasa dengan pengalaman hidup yang luar biasa.

Susah buat gue menilai karakter Allan Karlsson – kakek yang polos, lugu tapi justru banyak akal. Sosok yang jujur, apa adanya, membuat ia bertahan dan lolos dari berbagai masalah. 

Sementara karakter lain, juga gak kalah 'ajaib' - yang paling kocak adalah Benny - yang getol banget belajar segala hal, sekolah apa aja dia ikutin, tapi gak ada yang sampai selesai, hingga ia jadi 'master in almost everything' yang end up jadi penjaga stand hot dog. 

Sonya yang besar itu memiliki nasib yang mirip dengan Allan - sama-sama kabur. Bosse, kakak Benny, yang 'katanya' jujur dalam berbisnis, polisi dan penyidik yang dibuat bingung sendiri sama Allan dan teman-temannya.

Indonesia, lumayan banyak diceritakan dalam satu bab perjalanan hidup Allan. Tapi, entah gue harus bangga atau malu ya?? Katanya ,”Indonesia is a country where everything is possible”. Habislah di bagian ini, Indonesia disorot dalam hal korupsi dan suap-menyuap. Apa aja bisa dibeli kalo ada uang … hmmm…

Gue sempet sebel dengan banyaknya pembicaraan politik di sini, tapi Allan yang ‘innocent’ itu bikin senyum-senyum. Dan membuat gue jadi kembali semangat untuk nerusin baca buku ini.

Submitted for:
-          New Author Reading Challenge 2014
-          Books in English Reading Challenge 2014

The Cuckoo’s Calling



 

The Cuckoo’s Calling  (Dekut Burung Kukut)

Robert Galbraith

Siska Yuanita (Terj.)

GPU - 2014

520 Hal.



Akhirnya … gue membaca juga buku yang bikin heboh ini … gue pun jadi sempat bertanya-tanya, seandainya identitas asli dari Robert Galbraith ini gak terungkap, apakah buku ini akan ‘booming’ dan langsung pengen dibaca sama banyak orang ya? Tapi, terlepas dari siapakah dibalik identitas asli Robert Galraith ini, ternyata gue suka sih sama buku ini.

Cerita misteri yang bikin gue penasaran, biasanya berkisar tentang pembunuhan, mencari siapa pelakunya dan cerita di balik kejadian tersebut. The Cuckoo’s Calling bercerita tentang kematian tragis seorang model terkenal bernama Lula Landry. Saksi mata melihat Lula ‘melayang’ dari balkon apartemennya dan terjatuh di salju. Tapi, kakak Lula yang bernama John Bristow, tidak percaya bahwa Lula bunuh diri. Ia yakin, Lula dibunuh. Yah.. namanya juga orang terkenal, banyak mungkin yang iri dengan keberadaan Lula. Maka John meminta bantuan Cormoran Strike, seorang detektif dan veteran.

Cormoran Strike, dengan kantor detektifnya yang ‘lusuh’ dan sepi order. Bagi Cormoran, kasus Lula Landry, akan memberi ‘penyegaran’ dalam hal keuangan – yah, hutangnya bertumpuk, sewa kantor belum dibayar. Sementara, kehidupan pribadi Cormoran juga gak begitu baik. Ia baru saja ‘didepak’ oleh kekasihnya dan mengharusnya ia tinggal di kantor.

Dengan bantuan Robin, sekretaris temporer, Cormoran melakukan penyelidikan ke orang-orang terdekat Lula, yang tanpa ia sadari semakin lama juga semakin membahayakan dirinya sendiri.

Dari awal, gue ‘kasihan’ sama Cormoran – dari kondisi fisiknya yang membuat Cormoran terkadang merasakan kesakitan, kehidupan percintaan yang kacau, dan kaya’nya berantakan banget deh. Tapi, ketika Robin datang, meskipun ‘diam-diam’, Robin membuat Cormoran jadi lebih ‘terawat’ dan teratur.

Ada kalanya harus sabar ketika mengikuti penyelidikan Cormoran, karena bakalan terasa panjang dengan penjelasan latar belakang Lula yang ribet. Tapi, pelan-pelan aja gak pa-pa lah, karena di buku ini, kita akan menemui banyak tokoh, banyak karakter yang unik – seperti teman-teman Lula, atau tipe yang ngebosenin seperti John Bristow dan pacarnya.

Seperti biasa, kalo setting-nya ada di Inggris, kesannya selalu suram, abu-abu. Cuaca juga seakan juga gak bersahabat, hujan lah, salju lah … muram durja gitu.

Satu harapan gue, semoga aja Rowling, eh Robert Galbraith tetap ‘mempertahankan’ hubungan Cormoran dan Robin seperti ini … gak usah ditambah pakai romance-romance segala (eh.. suka-sukaan dalam hati boleh deh …). Karena gue bakalan sebel banget, kalo mereka sampai punya hubungan asmara.

Thursday, August 14, 2014

Prodigy



 

Prodigy

Marie Lu @ 2013

Lelita Primadani (Terj.)

Mizan – Cet. I, Agustus 2013

465 hal.


Melarikan diri dari Republik, June dan Day mencari jalan ke Koloni. Mereka bergabung dengan kelompok Patriot, yang berniat menjatuhkan Elector Primo. June yang selama ini jadi anak emas di Republik, berbalik menjadi buronan bersama Day. Di saat yang sama, Elector Primo meninggal dunia dan Elector terpilih yang baru adalah Anden, anak dari Elector Primo lama. Razor, pimpinan Patriot, menyusun rencana untuk melakukan kudeta. June dijadikan ‘umpan’ untuk kembali masuk ke Republik dan Day sebagai eksekutor.

Ketika kembali ke Republik dan bertemu dengan Anden, June merasa bahwa Anden berbeda dengan ayahnya, bahwa Anden bisa membawa Republik ke keadaan yang lebih  baik, dan semakin lama, ia juga menemukan kejanggalan dalam rencana yang dibuat Razor.

Tapi, bagaimana cara June agar ia bisa memberitahu Day? Sementara Day sendiri, semakin lama semakin ‘terpengaruh’ oleh Razor.

Ada yang mengganjal dalam hubungan June dan Day – terutama karena mereka berdua sebenarnya berasal dari dua kubu yang berlawanan. Tess, sahabat Day pun meragukan hal tersebut.

Fakta yang menarik adalah justru berasal datang dari Day, di mana pada akhirnya ia mengetaui kenapa ia sampai tak lulus ujian.

Ada rasa bosan saat gue berusaha menuntaskan buku kedua ini. Entah gue merasa, ada sesuatu yang kurang antara June dan Day, ditambah lagi masalah cinta segitiga. Rasanya unsur ‘romance’ di antara mereka berdua kurang kuat. Gue jadi merasa gak perlu terburu-buru untuk lanjut ke buku berikutnya.

Untuk cover, meskipun masih kurang sreg, tapi lumayanlah. Pilihan warnanya terasa ‘dingin’.



Submitted for:
- Young Adult Reading Challenge 2014
 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang