The Runaway King (Raja yang Minggat)
Jennifer A. Nielsen @ 2013
Cindy Kristanto (Terj.)
Gramedia – 2014
376 Hal.
Setelah Jaron kembali ke Carthya dan menduduki
takhta sebagai Raja, keadaan di Carthya masih belum stabil. Para
regen, atau petinggi/penasihat raja masih belum percaya terhadap Jaron, yang
memang masih suka bicara dan bertindak seenaknya. Mereka bahkan memutuskan
untuk mengangkat wali untuk mendampingi Jaron, sampai ia dirasa sudah cukup
umur untuk memerintah Carthya.
Sementara itu, selain persoalan di dalam kerajaan
sendiri, Jaron juga mendapatkan ancaman pembunuhan dari pihak luar Carthya yang
ingin mengambil alih wilayah Carthya. Perang pun dikhawatirkan akan segera
pecah, jika Jaron tidak mengambil tindakan. Satu-satunya cara adalah dengan pergi
dari Carthya dan mendatangi sendiri ‘sumber’ masalah tersebut.
Maka, Jaron kembali menjadi Sage, ia kembali
menyamar sebagai anak jalanan yang suka mencuri dan mencoba bergabung dengan
bajak laut – salah satu pihak yang ingin ia mati.
Sikap Jaron yang masa bodoh, gak peduli dan suka
bicara seenaknya, beberapa kali nyaris membuatnya kehilangan nyawa, tapi
tampaknya, hal itu juga yang membuat ia selamat.
Di buku kedua ini, tingkat ketegangan jauh lebih
tinggi, karena tokoh utama, Jaron, berada di kandang musuh, di mana ia harus
berhadapan sendiri dengan Devlin, sang Raja Bajak Laut, lalu ada Roden, teman
‘seperjuangan’ ketika dulu dididik untuk jadi raja.
Di sini juga Jaron berhadapan dengan dua
perempuan, Imogen, pelayan istana sekaligus juga teman Jaron, dan Putri
Amarinda, putri yang akan dinikahkan dengan Jaron. Kelihatan kalau Jaron sangat
peduli dengan Imogen, meskipun Jaron masih ‘terlalu buta’ untuk merasakan hal
lain terhadap Imogen, tapi dia gak mau Imogen celaka karena ada orang-orang
yang tahu, Jaron akan melakukan apa pun agar Imogen tidak terluka. Tapi, Putri
Amarinda sendiri juga sangat baik, meskipun Jaron masih belum bisa sepenuhnya
percaya sama sang putri.
Gak semuanya menjadi musuh Jaron, ada orang-orang
yang masih mau melindungi dan mendukung Jaron, seperti Tobias dan Mott. Jaron juga mendapatkan sahabat baru,
seperti Fink dan Erick, juga seorang kakek bernama Harlowe.
Tapi, adakalanya gue merasa Jaron sedikit egois dan membuat gue jadi sedikit 'lelah' dan kesal dengan sikap Jaron yang keras kepala itu. Dia gak peduli dengan saran orang-orang yang khawatir dengan keselamatannya,
karena kalau dia hancur, maka Carthya juga akan tinggal sejarah.Tapi dengan
dalam proses petulangan singkatnya di dalam buku ini yang begitu mendebarkan
dan bikin sport jantung, maka pelan-pelan, Jaron jadi manusia yang lebih dewasa
dan bijaksana.
Tentu saja, karena ini bakal jadi trilogy, maka
ending-nya masih menyisakan pertanyaan dan rasa penasaran. Pastinya di buku
ketiga bakal lebih menegangkan karena bayang-bayang perang mulai semakin nyata,
plus nasib Carthya akan jadi seperti apa setelah Jaron kembali.
Submitted for:
-
Young
Adult Reading Challenge 2014