Thursday, June 30, 2011

The Count of Monte Cristo

The Count of Monte Cristo
Alexandre Dumas
Nin Bakdi Soemanto (Terj.)
Bentang Pustaka - Maret 2011
568 hal.

Nama Alexander Dumas, bukan nama ‘asing’ untuk gue, hanya saja gue belum pernah membaca satu pun buku beliau. Gue mengenal nama ini dari film Three Musketeers. Meskipun gue menyukai filmnya yang kocak itu (plus soundtrack-nya yang bagus), gue belum tergerak untuk membaca Three Musketeers. Sampai akhirnya, gue diajak ikutan groups #BBI, dan ternyata buku untuk baca bareng bulan Juni adalah The Count of Monte Cristo dan The Prophecy of the Sisters. The Prophecy of the Sisters udah baca, tinggal The Count of Monte Cristo.

Awalnya… gue sempat ragu untuk membeli. Maklum selalu ‘alergi’ dengan buku-buku begini. Nyoba baca versi bahasa Inggris (nyari e-book-nya), wah… ribet… ya sudahlah, rasa penasaran membuat gue nekat beli buku ini. Dan… akhirnya… gue pun terhanyut dalam aksi balas dendam Count of Monte Cristo. Mungkin terdengar kasar ya, kalo dibilang aksi balas dendam. Tapi itulah yang terjadi dalam buku ini.

Tak sedikit pun terlintas dalam benak seorang Edmond Dantes, pelaut muda yang baru saja membawa kapal Pharaon merapat di Marseilles. Yang ada di pikirannya hanyalah rasa bahagia bertemu dengan ayahnya dan kekasih tercintanya, Mercedes. Bahkan, Edmond sudah berencana akan segera melangsungkan pernikahan dengan Mercedes. Kebahagiaan bertambah karena pribadinya yang tangguh dan cekatan, membuat sang pemilik kapal terkesan dan menjadikan Dantes kapten kapal yang baru.

Tapi, karena rasa iri, dengki dan sakit hati, membuat Danglars – petugas keuangan kapal Pharaon, Fernand – pemuda yang cintanya ditolak Mercedes dan Caderousse – tetangga Dante yang hanya ikut-ikutan, merekayasa sebuah surat yang menunjukkan bahwa Dantes sudah berkhianat dan bersekutu dengan Napoleon yang waktu itu sudah diasingkan ke Pulau Elba. Hal ini semakin diperparah dengan penuntut umum yang ingin cari selamat sendiri, bernama Villefort.

Edmond Dantes harus mendekam di penjara selama 14 tahun. Dijebloskan ke ruang bawah tanah yang gelap. Edmond sempat memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dan itu pasti akan terjadi, kalau saja ia tidak mendengar ada suara-suara yang membawanya pada perkenalan terhadap tahanan lain, seorang pastor yang dianggap gila bernama Abbe Faria.

Edmond pun menganggap Abbe Faria sebagai ayah keduanya. Abbe Faria memberitahu Edmond sebuah rahasia besar, bersama mereka membuat rencana untuk melarikan diri. Sayangnya, hanya Edmond yang berhasil keluar dari penjara itu hidup-hidup.

Berbekal rahasia yang diceritakan oleh Abbe Faria, Edmond pun mengubah hidupnya, mengganti identitasnya dan masuk ke dalam lingkup pergaulan orang-orang yang dulu pernah menyakiti dan membuat hidupnya berantakan. Tanpa disadari Danglars, Fernand dan Caderousse, serta Villefort, Edmond Dantes telah kembali dan siap untuk melakukan balas dendam dan balik menghancurkan hidup mereka. Hanya satu orang yang tahu, dari awal siapa Count of Monte Cristo sebenarnya.

Selama Dantes dipenjara, kehidupan para musuhnya juga berubah, dari kalangan yang biasa-biasa saja jadi bangsawan yang berkedudukan dan kaya raya.

Wow… buku ini penuh dengan intrik-intrik. Tapi, terus terang gue kagum dengan sosok Edmond Dantes a.ka. Count of Monte Cristo, begitu cermat , teliti dan hati-hati dalam menyusun rencana. Ia tahu semua detail kejadian di rumah para musuhnya. Meskipun pada akhirnya ia mengakibatkan kehidupan orang lain berantakan, termasuk kehidupan orang yang pernah ia cintai. Ada satu titik di mana Count of Monte Cristo menyesali perbuatannya karena mengakibatkan hilangnya nyawa seorang anak yang tak bersalah. Tapi, meskipun ‘terasa’ sadis, ia tak melupakan orang-orang yang baik pada dirinya. Dengan harta yang nyaris tak terbatas, Count of Monte Cristo leluasa melakukan berbagai hal, menghambur-hamburkan uang demi mencapai tujuannya.

Membacanya pun harus pelan-pelan, begitu banyaknya tokoh dan berbagai peristiwa yang berseliweran, sempat membuat gue kehilangan arah dan bingung. Beberapa kali sempat bolak-balik ke depan, biar inget lagi. Sempat nyaris putus di tengah jalan. Gue jadi pengen nonton filmnya. Sampai sekarang, kalo gue disuruh membayangkan siapa yang cocok jadi Edmond Dantes, gue koq terbayang sama si pemeran Aragorn di Lord of the Rings ya? Hehehe…

Buku ini mendapat bintang 4 dari gue. Kenapa gak 5? Mungkin nanti, kalo gue (suatu saat) baca ulang, dan gak pake pusing lagi bacanya, gue bakal kasih bintang 5.

Tuesday, June 28, 2011

Sendratari Mahakarya Borobudur

Sendratari Mahakarya Borobudur
Timbul Haryono, Sutarno Haryono, Maryono & Soegeng Toekio
Penerbit KPG - 2011
142 hal.

Buku Sendratari Mahakarya Borobudur ini, gue peroleh dari hasil menang quiz di twitter. Buku ini terbagi dari 3 bagian.

Bagian pertama adalah sejarah Borobudur. Dari bagian ini, gue jadi tau, kalo Belanda gak hanya bisa ‘menjajah’ Indonesia, tapi justru ikut membantu di awal restorasi Candi Borobudur ini. Gue jadi bersyukur Borobudur ini gak dihancurkan meskipun saat itu sudah tertutup semak belukar dan dalam kondisi yang rusak.

Candi Borobudur menyimpan banyak filosofi. Dari relief-relief yang terpahat di dinding batu yang melingkar di Candi Borobudur, terlihat berbagai perilaku manusia plus hukuman yang menanti. Candi Borobudur dibangun atas perintah Raja Samaratungga. Saat itu keadaan kacau balau, kejahatan merajalela, saling menindas dan rakyat menderita. Untuk itulah, ayah Raja Samaratungga, merasa wajib untuk membawa rakyatnya ke jalan yang benar. Raja Samaratungga mengaplikasikan keinginan ayahnya ke dalam bentuk candi yang berisi ajaran-ajaran hidup.

Bagian kedua adalah tentang sendratari Mahakarya Borobudur itu sendiri. Tarian ini bercerita tentang riwayat pembangunan Candi Borobudur. Adegan per adegan terpapar dengan rinci di sini. Detail pakaian, aksesoris, musik, tata panggung dan cahaya. Semua dipersiapkan dengan matang, agar pada saat pementasan betul-betul menunjukkan kemegahan Candi Borobudur, dan juga sendratari itu sendiri.

Sementara di bagian terakhir, dijelaskan awal mula terbentuknya ide untuk pementasan sendratari ini. Selain untuk melestarikan budaya sendratari itu sendiri, juga ada keinginan untuk menjadikan Candi Borobudur ini ‘hidup’ di malam hari. Diharapkan dengan adanya sendratari ini, wisatawan baik domestik maupun luar negeri, akan memperoleh pengalaman baru dari kunjungan mereka ke Candi Borobudur.

Di bagian belakang buku ini, selain ada penjelasan tentang istilah-istilah yang dipakai dalam tarian-tariannya, juga ada foto-foto selama pementasan itu sendiri. Foto-fotonya cukup jelas, tapi menurut gue, akan lebih baik kalo disisipkan di bagian dua,. Jadi pembaca gak perlu bolak-balik untuk nyari penjelasan antara adegan yang ditulis dengan fotonya.

Gue membayangkan, seandainya gue bisa menyaksikan pementasan Sendratari Mahakarya Borobudur ini, gue pasti bakal merasa merinding. Ahhh.. jadi pengen ke Borobudur lagi.

Monday, June 27, 2011

The HERetic’s Daughter

The HERetic’s Daughter
Kathleen Kent @2008
Leinovar Bahfein (Terj.)
Matahati, Mei 2011
282 hal.

Berkisah tentang kehidupan di Inggris sekitar tahun 1690 – 1692, masa-masa yang penuh dengan kemunafikan. Keluarga Carrier pindah dari Billerica ke Andover. Tapi kedatangan mereka tidak disambut ramah oleh para penduduk. Mereka dianggap membawa wabah penyakit cacar yang kala itu adalah penyakit yang mematikan. Banyak penduduk terkena cacar, akhirnya meninggal, termasuk nenek Sarah Carrier. Sebab lainnya adalah, karena ibu Sarah, Martha Carrier dianggap sebagai penyihir, penganut aliran sesat, apalagi Martha tidak akan mau datang ke gereja seandainya tidak dipaksa oleh ibunya.

Banyak cerita-cerita miring seputar keluarga Carrier, tentang ayahnya yang mantan pengawal Kerajaan Inggris, tentang perebutan tanah keluarga, belum lagi gosip-gosip yang sering menyudutkan mereka. Jika salah satu tetangga mengalami musibah – dan kebetulan beberapa hari sebelumnya bertengkar dengan Martha, maka mereka akan menuduh semua itu disebabkan sihir Martha Carrier.

Di masa itu, banyak orang-orang tak bersalah dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai penyihir, tak hanya orang tua, tapi anak-anak dari mereka yang tertuduh pun diseret masuk ke penjara. Tujuannya, jika anak-anak itu dimasukkan ke penjara juga, maka orang tua mereka akan mengakui tindakan jahat mereka, bahwa mereka memang penganut aliran sesat.

Di masa itu penganut agama Kristen terpecah dua. Ada yang mengaku sebagai penganut Kristen yang taat, Di setiap khotbahnya, sang Pendeta selalu menekankan akan siksa neraka bagi mereka yang menyimpang. Dan di sisi lain, penganut ajaran seperti Martha Carrier punya pendapat sendiri. Ia teguh pada pendiriannya.

Pada akhirnya, Martha Carrier pun masuk penjara. Tapi, ia dengan teguh tetap tidak mau mengaku bersalah. Satu per satu anaknya pun diseret masuk ke penjara. Sarah yang sering bersimpangan dengan ibunya pelan-pelan mengerti akan keteguhan sikap ibunya. Sama seperti yang lain, Martha Carrier hanya diminta mengaku, tapi tidak diberi kesempatan untuk membela diri.

Orang-orang yang katanya penganut Kristen yang taat, malah saling bergunjing, menyebar berita bohong. Seorang istri kepala polisi tega-teganya merampas baju para tahanan, sedikit memaksa mereka untuk menukar pakaian mereka demi makanan yang lebih layak di dalam penjara.

Awalnya gue agak bingung membaca buku ini. Latar belakang sejarahnya menarik, tentang penyihir Salem – mungkin gue beberapa kali membaca buku dengan latar belakang yang sama. Tapi tetap pengetahuan gue akan hal ini masih minim. Di buku ini juga terlalu sedikit pengantar biar pembaca sedikit jelas dengan sejarah yang melatari buku ini. Hmmm.. jadi inget The Virgin Blue - Tracy Chevallier.

Cerita ini sendiri, di bagian depan pun agak lamban. Tadinya gue berharap ada tanda-tanda kenapa Martha Carrier dianggap sebagai penyihir, atau ada rahasia yang dibagi oleh nenek Sarah. Hanya ada satu buku harian Martha Carrier yang tadi gue bikin bakal menyingkap semua, tapi ternyata sampai akhir pun, gak dikasih tau apa isi buku itu.

Tapi, makin ke belakang, isi buku ini makin bikin miris, bikin gregetan dan membuat gue berpikir, ternyata orang-orang jaman dulu juga udah pada gila. Gak peduli jenis kelamin, bahkan perempuan tua, lagi hamil, anak-anak yang gak jelas apakah mereka bersalah atau gak, asal diisukan sebagai penganut aliran sesat langsung main tangkap dan berakhir di tiang gantungan.

Wednesday, June 22, 2011

Saga no Gabai Bachan

Saga no Gabai Bachan (Nenek Hebat dari Saga)
Yoshichi Shimada @ 2001, 2004
Indah S. Pratidina (Terj.)
Kansha Books (a division of Mahda Books)
Cet. I, April 2011
245 hal.

Di usianya yang baru sembilan tahun, Akihiro terpaksa berpisah dengan ibunya. Ia terpaksa dititipkan ke rumah nenek Osano di Saga. Sebagai orang tua tunggal, ibu Akihiro harus bekerja keras. Ayah Akihiro meninggal karena dampak bom Hiroshima.

Di Saga, awalnya Akihiro membayangkan kehidupan yang tak jauh berbeda dari kehidupan di Hiroshima. Tapi, begitu menginjakkan kaki di rumah Nenek Osano, Akihiro langsung dihadapkan pada sosok seorang nenek yang ‘ajaib’ – mungkin aneh pada awalnya. Bukannya mendapat sambutan hangat, Akihiro malah langsung disuruh menanak nasi di tungku.

Kehidupan yang begitu miskin, membuat Nenek Osano yang bekerja sebagai pembersih di sebuah sekolah ini jadi sangat ‘kreatif’. Ia mempunyai ‘supermarket’ alam, setiap berjalan selalu mengikat tali yang diujungnya ada sebuah magnet. Dan apa yang ia dapat dari dua sumber tersebut bisa jadi makanan yang bergizi dan mendapatkan uang tambahan.

Akihiro pun menjadi anak yang tegar dan tangguh berkat didikan Nenek Osana. Di saat anak-anak lain berolahraga dengan peralatan yang mahal, Akihiro memilih berlari, hasilnya ia jadi pelari yang hebat dan selalu jadi juara dalam Festival Olahraga di Saga.

Jika ia ingin sesuatu, Akihiro mencari cara sampai akhirnya ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Kemiskinan tidak lantas membuat Akihiro bersedih, malah akhirnya ia sangat berterima kasih atas apa yang sudah diajarkan oleh Nenek Osano.


Banyak akhirnya yang simpati dengan Akihiro dan Nenek Osana. Ada saja kebaikan yang mereka terima, tapi mereka juga tak lupa memberi. Bahkan Nenek Osana juga berharap perampok yang akan masuk rumah mereka justru kasihan dan malah memberi! Pesan Nenek Osano, jika mau berbuat kebaikan, orang yang kita bantu tidak perlu tahu akan kebaikan kita.

Banyak kata-kata bijak yang tidak menggurui, tapi malah bisa membuat kita tertawa. Salah satunya adalah

“Ada dua jalan buat orang miskin. miskin muram dan miskin ceria. kita ini miskin ceria. Selain itu karena bukan baru-baru ini saja menjadi miskin, kita tidak perlu cemas. tetaplah percaya diri.”
Membaca cerita seperti ini, mau gak mau gue inget sama cerita ‘Oshin’. Oshin digambarkan sebagai anak dari keluarga yang sangat miskin, hingga ia terpaksa bekerja keras, terkadang ditindas tapi tetap tegar. Tapi di buku ini, gue gak melihat yang namanya ‘air mata’ tumpah ruah meskipun hidup dalam kemiskinan. Bukan kemiskinan yang ‘diumbar’, justru ada banyak tawa, malah gue membayangkan Nenek Osano sebagai nenek yang jail. Hehehe…. Kata Nenek Osano, jadi orang kaya itu justru sibuk – sibuk bikin kimono, sibuk makan sushi…

Akihiro Tokunaga – kini lebih dikenal dengan nama Yoshichi Shimada – adalah seorang pelawak yang terkenal di Jepang. Kisah ini terinspirasi dari kehidupan masa kecilnya bersama Nenek Osano di Jepang. Ia ingin menularkan semangat Nenek Osano kepada orang banyak.

Gue terharu membaca buku ini… bener deh. Buku yang sederhana, tapi banyak banget yang bisa didapet dari buku ini. Kesannya klise banget ya… tapi coba deh.. baca buku ini. Dan, gue rasa kalo pun gue baca bolak-balik gue gak akan bosen dan tetap terkesan, kagum sama Nenek Hebat ini.

Jangan lewatkan juga “Tips Hidup yang Menyenangkan ala Nenek Osano” yang disisipkan di akhir buku ini.

Monday, June 13, 2011

Dear John

Dear John
Nicholas Sparks
Barokah Ruziati (Terj.)
GPU – Juni 2010
392 hal.

Hidup berdua dengan ayahnya, tidak menjadikan John Thryee dekat dengan ayahnya. Hubungan mereka berdua cenderung aneh, masing-masing hidup dalam diam dan sibuk sendiri. Ayahnya adalah petugas pengantar barang, yang seperti punya kehidupan dan rutinitas sendiri. Setiap hari, mudah ditebak apa saja yang akan ia lakukan, bahkan perkataan yang akan diucapkan. Mulai dari sarapan sampai makan malam. Satu-satunya yang membuatnya lebih hidup ketika ia berkutat dengan koleksi koin-koinnya.

John tak mengenal ibunya, dan tak pernah bertanya tentang keberadaan ibunya itu. Ia juga lebih memilih diam, mengikuti rutinitas ayahnya. Mungkin, saat kecil, John masih betah mendengar dan ikut ayahnya mencari koin-koin baru. Tapi, beranjak dewasa, John mulai ‘gerah’. Ia pun ‘melarikan diri’ dan masuk sekolah angkatan darat, hingga kemudian ditugaskan di Jerman. Saat itu, satu-satunya yang dirasa 'pas', adalah masuk angkatan darat, karena John gak tau lagi harus gimana.

Saat cuti,dan kembali ke kampong halamannya John berkenalan dengan seorang gadis, bernama Savannah. Perkenalan ini terjadi karena John berhasil mendapatkan kembali tas Savannah yang jatuh ke laut. Setelah itu, ya, mudah ditebaklah apa yang terjadi. Meskipun kebersamaan mereka singkat, dan John harus kembali bertugas, janji-janji manis pun dibuat.

Namun, mimpi memang gak selalu jadi kenyataan, janji juga gak mudah untuk dipenuhi. Kejadian 11 September 2001, memudarkan semua mimpi indah itu. Jiwa patriotisme membuat John memperpanjang masa tugasnya. Komunikasi mulai tersendat-sendat, sampai akhirnya John dan Savanah berpisah.

Salah satu cerita romance yang mengharu biru, tapi gak membuat gue terkesan. Yang malah lebih menarik minat gue adalah cerita tentang hubungan John dengan ayahnya, dan koin-koinnya itu. Gue menangkap sosok pria tua yang kesepian, dan seorang anak yang bingung dengan sikap ayahnya yang selalu datar. Dan sayangnya, John gak mau berusaha lebih jauh untuk mengenal ayahnya, sampai Savannah datang.Dari beberapa cerita Nicholas Sparks yang pernah gue baca, kenapa selalu ada tokohnya yang sakit?

Friday, June 10, 2011

Morality for Beautiful Girls

Morality for Beautiful Girls
Alexander McCall Smith @ 2001
Abacus - 2006
246 hal.

Rasanya udah lama banget sejak terakhir gue membaca seri kedua dari The No. 1 Ladies’ Detective Agency: Tears of the Giraffe. Dan sekarang, waktu membaca kisah ketiga dari Mma Ramotswe ini, gue masih tersenyum-senyum simpul dengan kepolosan, kesabaran dan kejelian Mma Ramotswe.

Jangan bayangkan ada misteri yang rumit di sini, seperti pembunuhan yang berdarah-darah. Mma Ramotswe lebih banyak menyelesaikan masalah yang lebih berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya kali ini, Mma Ramotswe berusaha membantu orang yang punya kedudukan penting di pemerintahan, yang memiliki kecurigaan bahwa istri adiknya berniat meracuni adiknya dan menguasai harta untuk dirinya sendiri.

Lalu, dalam kehidupan pribadinya, Mma Ramotswe juga harus mencari jawaban atas perubahan sikap tunangannya, Mr. J.L.B. Matekoni, si pemilik bengkel Tlokweng Speedy Motors

Untung ada sekretaris, merangkap asisten pribadinya yang bisa dihandalkan. Selain menjadi asisten manajer di Tlokweng Speed Motors, Mma Makutsi tak disangka-sangka mampu memecahkan kerumitan dalam pemilihan Miss Glamorous Botswana. Mma Makutsi harus menyelidiki dari keempat kandidat, mana di antara mereka yang paling pantas menyandang gelar tersebut. Keberhasilan Mma Makutsi ini juga menyelamatkan kondisi keuangan The No. 1 Ladies’ Detective Agency yang nyaris selalu bersaldo negatif.

Melihat dari judulnya, berulang kali di buku ini dibahas, perilaku gadis-gadis muda dan cantik yang lebih cenderung menggunakan kecantikan mereka dibanding otak mereka. Berbeda dengan Mma Makutsi, si pemegang nilai tinggi di kampusnya, yang wajahnya memang bisa dibilang tidak cantik, tapi berotak encer. Namun nyatanya, para pria lebih memilih gadis cantik dibanding gadis pintar.

Cerita ‘detektif’ yang begitu tenang. Semua diselesaikan dengan cara yang sederhana. Tanpa penyelidikan yang begitu rumit, dengan mengandalkan hati, semua jadi jelas.

Monday, June 06, 2011

The Boy who Ate Stars

The Boy who Ate Stars (Anak Lelaki yang Menelan Bintang-Bintang)
Kochka @ 2002
Rahmani Astuti (Terj.)
GPU – Agustus 2008
104 hal.

Lucy yang baru saja pindah ke apartemen baru bertekad untuk mengenal seluruh penghuni di apartemen itu. Dia akan menempelkan bendera di kamarnya untuk asal setiap tetangga barunya. Tapi, sebuah kejadian di malam hari, memporak-porandakan tekad Lucy. Suara berisik yang berasal tetangga di lantai atas, membawa Lucy pada sebuah petualangan baru.

Sikap misterius orang tuanya yang justru membuat Lucy ingin mengenal siapa tetangga di lantai atas itu. Dalam perjalanan membeli roti, Lucy sengaja mampir dulu. Yang ditemuinya ternyata sebuah hal yang luar biasa. Atau tepatnya anak yang luar biasa bernama Matthew.

Matthew adalah bocah laki-laki yang mengidap austis. Dari Matthew, Lucy jadi tau ada dunia lain yang selama ini luput dari pandangannya. Matthew membuat rasa ingin tau Lucy jadi begitu besar. Ia melakukan petualangan bersama temannya Theo dan seekor anjing bernama Francois. Bagi Lucy mungkin perjalanan singkat adalah hal kecil, tapi bagi Matthew dan Francois, itu adalah petualangan besar dan menegangkan.

Novel tipis ini menjadi teman gue menghabiskan weekend kemarin. Seperti biasa, ‘kehabisan’ buku baru. Gue pandang-pandang lemari buku gue, tiba-tiba gue menemukan buku ini terselip, dan ooopsss.. ternyata belum pernah gue baca.

Buku tipis ini mengajak kita untuk mengenal arti persahabatan, simple-nya dunia anak-anak dan menyadarkan orang tua untuk ‘mau’ menjawab pertanyaan anak-anak dengan sabarrrrr… hehehehe…

Friday, June 03, 2011

For Sale/Swap


Ayo teman-teman.. bantuin gue bersihin lemari buku gue, biar bisa diisi sama yang baru lagi... hehehe... silahkan tinggalin message atau email langsung ke ferina.permatasari@hbtlaw.com

ma kasih.... ini dia daftarnya:

Buku Bahasa Indonesia (asli atau terjemahan):

1. Bright Angle Time – Martha McPhee (Rp. 25,000)
2. My Life as a Fake – Peter Carey (Rp. 25,000)
3. Cerita Pendek tentang Cerita Cinta Pendek - Djenar Maesa Ayu (Rp. 20,000)
4. One for my Baby – Tony Parsons (Rp. 30,000)
5. Sang Guru Piano – Elfriede Jelinek (Rp. 25,000)
6. The Heart is a Lonely Hunter – Carson McCullers (Rp. 25,000)
7. The Missing Rose – Serdar Ozkan (Rp. 25,000)
8. Night over Water – Ken Follett (Rp. 25,000)
9. Married with a Vampire – Joko D. Mukti (Rp. 15,000)
10. How to be Good (Suami Sempurna) – Nick Hornby (Rp. 25,000)
11. The Highest Tide (Pasang Laut) – Jim Lynch (Rp. 25,000)
12. When the wind blows (Ketika Angin Bertiup) – James Patterson (Rp. 25,000)
13. Sphere (Bola Asing) – Michael Crichton (Rp. 25,000)
14. Annie’s Baby – Anonim (Rp. 25,000) – non fiksi
15. Go Ask Alice – Anonim (Rp. 25,000) – non fiksi
16. Di Bawah Bayang-Bayang Perang – Naguib Mahfoudz (Rp. 20,000)
17. Sarabande – Bre Redana (Rp. 20,000)
18. Surau Tercinta – Sutirman Eka Ardhana (Rp. 20,000)
19. Sebelas Menit (Eleven Minutes) – Paulo Coelho (Rp. 30,000)
20. Gadis Icarus (The Icarus Girl) - Helen Oyeyemi (Rp. 25,000)
21. Sky is Falling – Sidney Sheldon (Rp. 25,000)
22. Jampi-Jampi Varaiya – Clara Ng (Rp. 20,000)
23. Kisah Air Mata (The Teardrop Story Woman) – Catherine Lim (Rp. 25,000)
24. Winter and Night – S.J. Rozan (Rp. 25,000)
25. The Tenth Circle (Lingkaran Kesepuluh) – Jodie Picoult (Rp. 25,000)
26. Jadie: Tangis Tanpa Suara – Torey Heyden (Rp. 25,000)
27. Rispondimi (Jawablah Aku) – Susanna Tamaro (Rp. 25,000)
28. Kisah Air Mata Jerapah (Tears of the Giraffe) – Alexander McCall Smith (Rp. 20,000)


Chicklit Terjemahan – All Rp. 25,000

1. Sammy’s Hill (Dunia Sammy) – Kristin Gore
2. Does my Bum Look Big in this? (Besar itu Indah) – Arebella Weir
3. For Better For Worse (Dalam Suka dan Duka) – Carole Matthews
4. Straight Talking (Apa Adanya Saja) – Jane Green
5. Mr. Maybe – Jane Green
6. Reality TV Bites (Reality Show Gila) – Share Bolks
7. Spellbound (Tersihir) – Jane Green
8. Dress Rehearsal (Ramalan Kue Pengantin) – Jennifer O’Connell
9. Asking for Trouble (Cari Gara-gara) – Elizabeth Young
10. Bad Heir Day (Aku dan si Penyair Palsu) – Wendy Holden
11. Perfect Stranger (Tak Kenal Maka Tak Sayang) – Robyn Sisman
12. Playing James (Pura-pura Jadi Detektif) – Sarah Mason
13. Wonderlust (Doyan Jalan) – Chris Dyer
14. Speechless (Buket Pengantin Ketiga Belas) – Yvonne Collins & Cardy Rideout
15. Cause Celeb (Relawan Elite) – Helen Fielding
16. Fashionista – Lynn Messina
17. Faking It (Jangan Pura-pura) – Jennifer Cruise
18. High Society – Sarah Mason
19. Don’t Try This at Home (Jangan Coba-coba) – Katie Pearson

Buku Bahasa Inggris:

1. Debutante Divorcee – Plum Skykes (Rp. 40,000) – hard cover
2. Breaking Her Fall – Stephen Goodwin (Rp. 35,000)
3. The Distant Land of my Father – Bo Caldwell (Rp. 35,000)
4. Special Relationship – Robyn Sisman (Rp. 35,000)
5. Man and Boy – Tony Parsons (Rp. 35,000)
6. Man and Wife – Tony Parsons (Rp. 35,000)
7. Bridget Jones: The Edge of the Reason – Helen Fielding (Rp. 35,000)
8. Pure Fiction – Julie Highmore (Rp. 35,000)
9. The Last Templar – Raymond Khoury (Rp. 35,000)
10. The Dogs of Babel – Carolyn Parkhurts (Rp. 35,000)
11. The Other side of the story – Marian Keyes (Rp. 35,000)
12. Babyville - Jane Green (Rp.35,000)
13. The Rise and Fall of a Yummy Mummy - Polly Williams (Rp. 35,000)
14. Everyone Worth Knowing - Lauren Weisberger (Rp.35,000)
15. Bergdorf Blondes - Plum Skykes (Rp.35,000)
16. Tall Poppies - Louis Bagshawe (Rp. 35,000)
17. Jane Eyre – Charlotte Bronte (Rp. 45,000)
18. A Series of Unfortunate Events: The Bad Beginning - Lemony Snicket (Rp. 35,000) - hard cover
19. A Series of Unfortunate Events: Reptile Room - Lemony Snicket (Rp. 35,000) - hard cover)
20. The Pilot’s Wife – Anita Shreve (Rp. 30,000)
21. My Legendary Girlfriend – Mike Gayle (Rp. 35,000)
22. Citizen Girl – Nicola Kraus & Emma McLaughin (Rp. 35,000)
23. The Runaway Jury – John Grisham (Rp. 35,000)

Wednesday, June 01, 2011

Pesan dari Sambu

Pesan dari Sambu
Tasmi P.S. @ 2009
Hikmah – Cet. I, Maret 2010
349 hal

Pulau Sambu? Ada yang pernah denger nama pulau ini? Jujur, gue baru kali ini tau di Indonesia, atau tepatnya di Kepulauan Riau, ada yang namanya Pulau Sambu. Ups.. ma’afkan minimnya pengetahuan geografi gue ini.

Di pulau inilah, Mimi tinggal, bersama orang tua dan adik-adiknya yang tiap 2 tahun sekali selalu bertambah. Mimi sebenarnya ada ketiga, tapi kedua kakaknya sekolah di pulau Jawa, jadilah ia mendapat tugas untuk jadi ‘kakak tertua’, mengasuh adik-adiknya. Mimi berparas cukup cantik, banyak teman-teman sekolahnya yang naksir dengan Mimi, bahkan guru-guru laki-laki juga.

Ayah Mimi bekerja sebagai kepala bengkel di PT Shell. Tinggal di pulau kecil, tidak berarti kehidupan mereka terbelakang. Justru semua di sana serba mudah. Ayah Mimi digaji pakai dollar Singapura. Mau ikan, tinggal mancing, minyak dan air habis, tinggal lapor. Main-main bisa di laut. Mau jalan-jalan, tinggal nyeberang pakai ferry ke Singapura. Asyik kan? Potong rambut aja di Singapura. Keamanan terjamin. Teman juga banyak. Uang di pulau ini justru gak laku, makanya Mak-nya Mimi lebih senang menyimpan emas.

Tapi, justru mereka kehilangan akar budaya mereka. Seperti Mimi, sebenarnya ia keturunan Jawa. Tapi, ketika diajak ‘perlop’ ke Jawa, justru ia dan adik-adiknya dianggap aneh. Orang Jawa tapi gak bisa bahasa Jawa. Malah lebih jago bahasa Melayu, lebih kenal tari Serampang Dua Belas, dibanding tari Serimpi.

Meskipun sayang dengan adik-adiknya, Mimi kerap lelah karena harus selalu mengurus dan bertanggung jawab atas adik-adiknya itu. Mau pergi belajar nari, adik-adiknya merengek ingin ikut, mau nonton ‘wayang gambar’ dengan teman-temannya, meskipun sudah pakai berbagai macam jurus, tetap saja adik-adiknya berhasil menemukan keberadaan Mimi. Awalnya Mimi berpikir, mungkin dengan menikah, ia akan terbebas dari tanggung jawab ini.

Di usia yang sangat muda, Mimi pun akhirnya menikah dengan seorang prajurit dengan usia yang beda 6 tahun. Tapi, Mimi tak boleh sekolah lagi, harus menyesuaikan diri dengan predikat baru sebagai istri prajurit dan ikut ke mana suami pergi.

Menarik? Buat gue, awalnya memang menarik. Banyak kata-kata campur aduk, antara bahasa melayu, bahasa Inggris. Untung catatan kakinya cukup jelas, jadi kita gak perlu menebak-nebak apa arti kata tersebut.

Tapi memang gue suka berharap terlalu banyak di awal. Buku ini jadi rada nanggung buat gue. Tadinya gue pikir, bakalan ada cerita dengan porsi yang lebih banyak tentang gimana Mimi harus beradaptasi dengan saudara-saudaranya di Jawa, atau tentang kehidupan Mimi setelah menikah.

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang