Wednesday, November 30, 2011

Sarah’s Key

Sarah’s Key
Tatiana de Rosnay @2006
Lily Endang Joeliani (Terj.)
Elex Media Komputindo - 2011
339 Hal.
(Gramedia Plaza Semanggi)

Berlatar belakang sebuah sejarah. Tanggal 16 Juli 1942, penangkapan besar-besaran warga keturunan Yahudi oleh tentara Perancis. Sejumlah 1.129 lelaki, 2.916 perempuan, dan 4.115 anak-anak akhirnya berhasil tertangakap. Mereka dibawa kesebuah tempat bernama Velodroma d’Hiver. Di sana, mereka diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Tak ada makanan, minuman dan sarana sanitasi yang memadai. Tak dipedulikan juga orang yang sakit, perempuan hamil atau orang tua. Banyak akhirnya yang meninggal di sana. Tempat itu adalah tempat penampungan sementara sebelum mereka dibawa ke Auschwitz. Kenapa jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan dan anak-anak? Karena selama ini yang ‘diangkut’ hanya laki-laki, sementara perempuan dan anak-anak bisa dibilang aman. Makanya, banyak kaum laki-laki yang bersembunyi di tempat persembunyian di bawah tanah

Sebelum terjadinya penangkapan itu, orang-orang Yahudi diharuskan memakai tanda bintang kuning di baju mereka. Sekejap hidup mereka berubah. Berbagai larangan dikenakan untuk mereka. Orang dewasa bungkam, dan anak-anak tak mengerti dengan perubahan ini. Tiba-tiba saja semua orang memandang mereka dengan tatapan menghina, tiba-tiba mereka kehilangan teman-teman dan dijauhi.


Kisah di dalam buku ini di mulai pada malam naas itu. Tanggal 16 Juli 1942, menjadi awal saat-saat terburuk dalam hidup seorang gadis bernama Sarah. Keluarga Starzi

Keluarga Starzynski dijemput oleh tentara Perancis dan kemudian dibawa ke Velodroma d’Hiver. Mengira akan segera kembali, Sarah meminta adiknya Michel untuk bersembunyi di dalam lemari, tempat bermain rahasia mereka. Sarah berjanji akan segera menjemput Michel. Sarah menyimpan kunci lemari itu dengan sangat hati-hati.

Keadaan semakin buruk, karena para lelaki dipisahkan dari istri dan anak mereka. Bahkan akhirnya, para ibu juga harus dipisahkan dengan anak-anak mereka. Sarah tak mau pasrah saja berada dalam kamp yang mengerikan itu. Ia cemas akan keadaan adiknya. Ada salah satu anak di dalam kamp itu yang berniat untuk melarikan diri dan meskipun sulit, akhirnya mereka berdua berhasil lolos. Beruntung masih ada orang-orang Perancis yang berbaik hati mau membantu mereka. Dan dengan segala resiko mau menampung dan membantu Sarah untuk kembali ke rumahnya.

Enam puluh tahun kemudian, seorang wartawati asal Amerika bernama Julia ditugaskan untuk membuat liputan tentang peristiwa penangkapan besar-besaran itu – yang kini dikenal dengan nama Vel d’Hiv. Tak mudah mencari informasi tentang hal itu, karena memang hal itu secara tidak langsung tidak diakui oleh warga Perancis. Banyak yang melupakan peristiwa itu, meskipun pada akhirnya Presiden Jacques Chirac pada tahun 1995 mengakui keterlibatan tentara Perancis dalam penangkapan tersebut.


Saat pencarian data, secara kebetulan Julia menemukan bahwa keluarga Tézac – keluarga suaminya – terhubung dengan Sarah. Julia pun semakin giat mencari data-data dan mulai melibatkan emosi dan perasaannya. Tak peduli bahwa suaminya, Bertrand Tézac tidak setuju dengan rencana itu.

Tindakan Julia menimbulkan pro dan kontra di dalam keluarga Tézac. Julia sendiri selama ini memang tidak terlalu dekat dengan keluarga Tézac. Beruntung ayah mertuanya mau mendukungnya dan membantu Julia menelusuri jejak masa lalu Sarah.

Konflik lain dalam buku ini, adalah tentang kemelut rumah tangga Julia dan Bertrand. Bertrand yang tidak setia, ditambah krisis paruh baya yang membuat Bertrand meminta Julia menggugurkan kandungannya.

Membaca novel ini, ada rasa ngilu dan sedih banget. Gue rela begadang demi nyelesain novel ini, bab-babnya yang pendek, lalu berpindah-pindah antara tahun 1942 dan 2002 membuat jadi speed membaca juga jadi meningkat. Sambil baca di sebelah Mika tidur, yahhh.. gue pun jadi mellow… Bolak-balik gue liat Mika, terus gue pegang tangannya, ciumin pipinya. Sambil ‘mewek-mewek’ dikit.. Hihihi… Isi cerita novel ini sanggup menguras air mata. Membayangkan betapa sedihnya berpisah dengan orang-orang yang dicintai.

Gue sih lebih tertarik baca bagian Sarah, dibanding Julia. Julia menurut gue agak egois, meskipun endingnya dia bikin ayah mertuanya lega. Gue lebih mengerti sikap Sarah yang menjadi lebih keras karakternya. Peristiwa pahit yang dialami mengubah seorang gadis cilik yang ceria menjadi gadis yang tampak lebih dewasa daripada umurnya.

Karakter Julia, seorang yang punya keinginan keras. Saat ia tahu ada hubungan antara apartemen yang akan segera ditinggalinya dengan berita yang akan ditulis, ia menggali lebih jauh. Meskipun resikonya berhadapan dengan keluarga besar sang suami. Ditambah lagi, dalam keadaan hamil muda, emosi Julia sebagai seorang ibu membuatnya merasa harus mencari lebih jauh tentang Sarah.

Ending cerita memang agak klise, tapi gak mengurangi keindahan novel ini. Hmmm coba Julia meng-interview tentara-tentara Perancis yang mungkin masih hidup… pengen tau apa sih yang mereka pikirin waktu ngeliat anak-anak kecil itu.

Buku yang berlatar tragedi Holocaust atau masa-masa pendudukan Nazi sendiri, udah beberapa yang gue baca seperti The Boy in the Striped Pyjamas, Suite Française, The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society, Five Quarters of the Orange, dan Hana’s Suitcase. Dan selalu bikin hati jadi gak enak dan bikin sesak. Membayangkan orang-orang yang masuk ke kamar gas itu… *sigh* Gue jadi merinding…

Rasanya ini review terpanjang gue. Entah mungkin karena banyak emosi yang ikut saat gue membaca buku ini, jadinya pengen semua di'curhatin' di sini. Dan ngeliat covernya, gue membayangkan itu adalah Michel yang 'menjemput' Sarah, terus mereka kembali seperti dulu, ke masa kecil yang bahagia. Saat mereka taunya cuma main, gak tau yang namanya perang itu apa, gak tau apa bedanya jadi orang Yahudi sama orang-orang lainnya.

Novel Sarah’s Key juga udah difilmkan


4,5/5 bintang untuk Sarah.

17 comments:

Anonymous said...

Jiaaahhh, reviewnya panjang :) aku juga suka banget sama tokoh Sarah. Dan sepakat Julia ini agak2 egois, hehe :)

ferina said...

@annisa: hehehe... kali ini gak bisa menahan diri untuk gak berpanjang2 :)

Kubikel Romance said...

bagian Sarah dan adiknya dikit bgt ya mb? penasaran sama akhir kisah mereka

Anonymous said...

Waaah tumben review mbak Ferina panjaang, keren! :)

Aaak nyesel juga ga ikutan baca buku ini, rame sepertinya :)

Astrid said...

setuju soal sarah yang egois, ending yang klise, dan merinding ngebayangin kamar gas! aaahhhhhhh.....manusia emang gila ya.

ferina said...

@Peri Hutan: kalo ditulis di sini bagian Sarah sama Michel.. ntar jadi *spoiler* :). tapi emang bagian mereka berdua sedikit sih

@Astrid: hehehe.. gak tau nih... pengen dipendekin tapi gak bisa :)

@Astrid: semoga kita gak ikutan gila ya, Trid :D.. eh.. tapi yang egois menurut gue itu Julia lho.. bukan Sarah..

Althesia Silvia said...

Hmmm coba Julia meng-interview tentara-tentara Perancis yang mungkin masih hidup… pengen tau apa sih yang mereka pikirin waktu ngeliat anak-anak kecil itu

pernyataan itu bikin aku makin ngerasa semua orang menganggap penyelidikan julia ini bener-bener hidup dan nyata ya...aku jg berharap itu nyata :)

Padma Rasa Vegetarian said...

ini n@balonbiru , pake akun google kakakku.
abis jalan2 dari 6 blog, semua pada bilang bagus. dan sambil aku baca review2 ini mataku juga berkaca2..

tapi pas baca tulisannya mbak fer nyium Mika, "sambil mewek2 dikit" kok malah geli aku.hihihihi... peace mbak ^_^ V

ferina said...

@Althesia: hihihi, berharap buku ini lebih panjang dan ada sudut pandang lain :)

@Padma a.ka @balonbiru: :D wah... jadi gak sedih ya bacanya :)

kalo aku bolak-balik ngeliatin covernya, koq merinding ya?

Aleetha said...

Dari semua buku di atas aku baru baca The Boy In The Strip Pijamas. Pengen baca yang lainnya.

hhmmm, kebalikan dari mba Ferina, aku malah agak menghindari bab-bab milik Sarah. Makin lama makin "takut" bacanya
>.<

Maya Floria Yasmin said...

pada rame baca buku ini, seseru apa sih? :D
kalo cerita ttg holocaust, aku pernah nonton filmnya boy striped in pyjamas aja itu pun gak terlalu suka ._.

Astrid said...

ferina: betuuuuullll aku salah mengetik saking semangatnya, it's JULIA not SARAH hahaha!

Sinta Nisfuanna said...

iya nih mbk fer, klo udh bicara tentang Holocaust yang terbayang di kepala adalah adegan Bruno dan Shmuel masuk ke kamar gas re: The Boy in The Striped Pajamas

Oky said...

"Dan ngeliat covernya, gue membayangkan itu adalah Michel yang 'menjemput' Sarah, terus mereka kembali seperti dulu, ke masa kecil yang bahagia. Saat mereka taunya cuma main, gak tau yang namanya perang itu apa, gak tau apa bedanya jadi orang Yahudi sama orang-orang lainnya."

Mungkin Sarah emang di jemput Michele 'disana' pada akhirnya~
Kalau endingnya begitu bakalan termehek2 kita..

Oky said...

Sebenarnya di kamar gas itu mereka disemprot gas beracun atau gas kimia yg bikin kulit meleleh dan badan hancur lebur, gitu ga sih?

Tjut Riana said...

ow..ada filmnya juga ya? pengen nonton :)

Anonymous said...

lagi nonton filmnya...kerennn...

http://tipsbisnisuang.wordpress.com/buku-saya/rahasia-surat-hati/

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang