Thursday, March 19, 2009

Cinta Andromeda

Cinta Andromeda
Tria Barmawi @ 2007
GPU – Januari 2007
336 Hal.

Indonesia tahun 2070? Wow… seperti apa ya? Yang ada dibayangan gue adalah kota Jakarta – tentunya – yang sibuk banget, kendaraan yang bersliweran, gak hanya di darat dalam hal ini mobil biasa, tapi juga mobil yang bisa terbang. Monorail, terus, apalagi ya… gue jadi inget film-nya Will Smith yang I Robot.

Jadi, dalam ‘rekaan’ Tria Barmawi, Indonesia di tahun 2070, penuh dengan berbagai kecanggihan, seperti smartphone, mobil yang bisa dioperasikan secara manual ataupun dengan mesin, dan yang paling keren adalah para robot yang semakin lama semakin mirip dengan manusia. Robot gak hanya untuk membantu pekerjaan rumah tangga, tapi juga sedang diusahakan menciptakan robot yang punya ‘perasaan’, bahkan bisa bereproduksi - yang dalam bahasa kerennya disebut Humanoid.

Vinidici sebuah perusahaan teknologi tengah mengembangkan Nunoid Project – sebuah proyek untuk menciptakan robot yang semakin menyerupai manusia dari segi fisik bahkan emosional. Terciptalah humanoid dengan nama Andromeda. Berjenis kelamin laki-laki, berwajah ganteng dan memiliki ‘sifat’ yang nyaris jadi dambaan setiap perempuan. Andromeda diprogram untuk bisa jatuh cinta, tapi program itu haruslah sealamiah mungkin. Vinidici berambisi menciptakan robot yang tercanggih yang pernah ada di abad itu.

Untuk mewujudkan ambisi itu, maka ditentukanlah target – seorang perempuan yang memiliki kriteria cowok impian yang mendekati sosok Andromeda. Pilihan itu jatuh kepada Salsabilla atau yang biasa dipanggil Salsa. Salsa, seorang konsultan keuangan, memimpikan seorang laki-laki yang gentle, dan bisa mengerti perasaan perempuan. Ketika Andromeda muncul dalam kehidupannya, semua jadi terasa sempurna. Keanehan Andromeda saat mereka bersama-sama jadi tertutup karena Salsa yang sedang jatuh cinta berat sama Andromeda.

Hanya Wina, sahabat Salsa, yang membaca keanehan Andromeda. Andro, yang tahu segalanya, data-data orang yang baru sekali ia lihat, bisa berbagai macam bahasa, kecanggihan dalam berhitung dan lain-lain, tak luput dari pengamatan Wina yang wartawan majalah mode itu. Instingnya sebagai wartawan berkata ada sesuatu yang ‘salah’ dalam diri Andromeda.

Tapi, hal itu ditampik Kika, sahabat Salsa dan Wina, yang bekerja sebagai programmer computer. Malahan Salsa berkata Wina cemburu karena Andromeda tak sedikit pun tertarik pada Wina yang biasanya selalu jadi pusat perhatian laki-laki.

Sifat ingin tahu Wina malah membuatnya celaka, sementara Vinidici malah semakin ambisi untuk membuat terobosan baru dalam diri Andromeda – yang artinya juga semakin membiarkan Salsa terjebak dalam situasi yang diciptakan orang lain untuk dirinya.

Tinggallah Kika, yang akhirnya harus memilih antara sahabatnya dan ambisinya dalam pekerjaannya.

Ide cerita yang menarik. Salsa kaya’nya emang target yang pas. Dia hidup tidak dalam keadaan yang serba canggih karena kondisi keuangan yang gak memungkinkan, berbeda dengan dua sahabatnya. Maka itu, Salsa jadi gak ngeh kalo ada yang aneh dengan Andromeda. Gue baru ngerti benang merahnya ketika di tengah-tengah ada ‘kejutan’ kecil. Tapi, yang rada gak asyik, adalah orang seambisius Harison - otak di balik Nunoid Project ini - gampang banget dibujuk sama tunangannya, padahal dia lagi di tengah-tengah 'perburuan' orang-orang yang menentangnya. Masa' sih segitu mudahnya?? Harusnya, dia lebih bisa 'bertahan' dong dengan segala rencana jahatnya di depan orang-orang yang ketakutan itu. (ups... otak 'psikopat' lagi kumat.) Terus, bagian Wina ngomel-ngomel di kantor orang gara-gara ada android seksi yang jadi resepsionis... agak berlebihan kaya'nya.

Gila ya, ambisi manusia emang gak ada abisnya. Udah tercapai target yang satu, malah mau bikin target baru… gak peduli harus gimana.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang