Bergdorf Blondes
Plum Sykes
Penguin Books, 2004
312 hal
Buku ini menurutku sih, lumayan lucu. Yup, another chick-lit. Cerita tentang kehidupan kaum ‘jet-set’ di Manhattan. Di awal buku ini, disebutkan, “Bergdorf Blondes are a things, you know, a New York craze. Absolutely everyone wants to be one, but it’s actually trés difficult. You wouldn’t believe the dedication it takes tp be a gorgeous, flaxen-haired, dermatologically perfect New York girl wit a life that’s fabulous beyond beliefe. Honestly, it all requires a level of commitment comparable to, say, learning Hebrew or quitting cigarettes. (page 1).
Tokoh utamanya, seorang cewek yang gak disebutin namanya, cuma dia selalu menyebut Moi. Si Moi ini punya sahabat namanya Julie Bergdorf, cewek blonde yang tajir banget, dia selalu bisa ‘membeli’ apa aja yang dia mau. Kakeknya Julie ini pemilik department store Bergdorf. Tapi, anehnya, meskipun dia bisa beli segalanya yang dia mau, Julie punya penyakit ‘klepto’ di ‘toko’nya sendiri.
Moi sendiri, sebelum ke Manhattan, dia tinggal di Inggris bareng ortunya. Ayahnya orang Inggris, tapi Ibunya, perempuan Amerika yang pengen banget dibilang orang Inggris. Ibunya pengen banget ngejodohin Moi sama tetangga sebelah rumah mereka yang sering disebut-sebut ‘Little Earl’.
Cerita dimulai, waktu si Moi cerita ke Julie kalau ada salah satu teman mereka yang baru aja tunangan dan saling memamerkan cincin pertunangan mereka. Langsung aja Julie bilang, “E-mail me the whole things, lie everyone but me having a fiancé. It’s so unfair.” (page 16). Sepertinya Julie gak mau ketinggalan ‘trend’ tunangan di antara teman-temannya, dia bilang, “Fiancés are so glam!” (page 18)
Akhirnya, mereka berdua (dengan Julie sebagai ‘penggagas’ utama), datang ke pesta demi mencara ‘Potential Husband’. Pokoknya buat Julie, asal cowok itu ‘tidak terlalu kreatif’, maka si cowok bisa dikategorikan sebagai Potential Husband. EO pesta itu temen mereka berdua, yang sering banget ngadain pesta dengan tema ‘Saving bla… bla.. bla…’ Diaturlah supaya mereka berdua bisa duduk di antara cowok-cowok keren dan kaya. Moi ini dari awal udah gak terlalu antusias pergi ke dinner party itu, karena bosan, Moi jalan-jalan keliling ruang pesta, sampai akhirnya ketemulah dia dengan seorang fotografer nge-top, Zach. Bisa ketebak, akhirnya Moi jatuh cinta and pacaran sama Zach, bahkan akhirnya mereka bertunangan. Julie yang punya ide, malah belum dapat PH yang dia impikan itu.
Tapi, ternyata Zach, yang romantis di awal-awal pacaran mereka, malah berubah justru di saat-saat menjelang pesta pertunangan, bahkan akhirnya pertunangan mereka pun bubar. Di pesta pertunangan, Moi sempat berkenalan dengan seorang sutradara muda yang lagi naik daun, Charlie. Charlie sempat digambarkan tertarik sama Moi, tapi Moi malah menjodohkan dia sama Julie.
Kalut karena putus sama Zach, sempat membuat Moi ingin bunuh diri. Tapi di detik-detik terakhir, justru Charlie datang menyelamatkannya.
Moi sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria kaya, tapi selalu aja gak mulus. Misalnya, ketika berhubungan dengan Eduardo, seorang ‘bangsawan’ Spanyol, ternyata dia sudah berkeluarga. Terus, coba-coba dekat dengan Patrick Saxton, taunya malah diancam sama istrinya yang rada ‘psikopat’.
Dan, Charlie selalu menjadi ‘penyelamat’ Moi di setiap dia dalam kesulitan, yang malah sempat membuat Moi sebal banget sama Charlie.
Tapi, toh, akhirnya Moi menemukan juga cowok idamannya, the Potential Husband, seperti kata Julie, yang gak lain adalah the ‘Little Earl’. Siapa sih Little Earl ini sebenarnya?
Di buku ini ‘bertebaran’ merk-merk terkenal. Julie bisa dibilang ‘berteman dekat’ sama Emanuel Ungaro, Vera Wang – bahkan Vera Wang ini, waktu Julie mau tunangan, katanya bakalan ‘resign’ kalau Julie gak pakai gaun pengantin rancangannya. Kekonyolan juga ada, misalnya, waktu Julie mau ngadain ‘book club’, tujuannya biar teman-temannya gak hanya tau tentang fashion tapi juga tentang dunia sastra.
Kalau ngebayangin tokoh Julie, yang muncul adalah Paris Hilton, cocok banget kaya’nya sama sosok seorang Julie yang blonde, keturunan keluarga kaya’, rada manja dan centil.
05.07.26
Plum Sykes
Penguin Books, 2004
312 hal
Buku ini menurutku sih, lumayan lucu. Yup, another chick-lit. Cerita tentang kehidupan kaum ‘jet-set’ di Manhattan. Di awal buku ini, disebutkan, “Bergdorf Blondes are a things, you know, a New York craze. Absolutely everyone wants to be one, but it’s actually trés difficult. You wouldn’t believe the dedication it takes tp be a gorgeous, flaxen-haired, dermatologically perfect New York girl wit a life that’s fabulous beyond beliefe. Honestly, it all requires a level of commitment comparable to, say, learning Hebrew or quitting cigarettes. (page 1).
Tokoh utamanya, seorang cewek yang gak disebutin namanya, cuma dia selalu menyebut Moi. Si Moi ini punya sahabat namanya Julie Bergdorf, cewek blonde yang tajir banget, dia selalu bisa ‘membeli’ apa aja yang dia mau. Kakeknya Julie ini pemilik department store Bergdorf. Tapi, anehnya, meskipun dia bisa beli segalanya yang dia mau, Julie punya penyakit ‘klepto’ di ‘toko’nya sendiri.
Moi sendiri, sebelum ke Manhattan, dia tinggal di Inggris bareng ortunya. Ayahnya orang Inggris, tapi Ibunya, perempuan Amerika yang pengen banget dibilang orang Inggris. Ibunya pengen banget ngejodohin Moi sama tetangga sebelah rumah mereka yang sering disebut-sebut ‘Little Earl’.
Cerita dimulai, waktu si Moi cerita ke Julie kalau ada salah satu teman mereka yang baru aja tunangan dan saling memamerkan cincin pertunangan mereka. Langsung aja Julie bilang, “E-mail me the whole things, lie everyone but me having a fiancé. It’s so unfair.” (page 16). Sepertinya Julie gak mau ketinggalan ‘trend’ tunangan di antara teman-temannya, dia bilang, “Fiancés are so glam!” (page 18)
Akhirnya, mereka berdua (dengan Julie sebagai ‘penggagas’ utama), datang ke pesta demi mencara ‘Potential Husband’. Pokoknya buat Julie, asal cowok itu ‘tidak terlalu kreatif’, maka si cowok bisa dikategorikan sebagai Potential Husband. EO pesta itu temen mereka berdua, yang sering banget ngadain pesta dengan tema ‘Saving bla… bla.. bla…’ Diaturlah supaya mereka berdua bisa duduk di antara cowok-cowok keren dan kaya. Moi ini dari awal udah gak terlalu antusias pergi ke dinner party itu, karena bosan, Moi jalan-jalan keliling ruang pesta, sampai akhirnya ketemulah dia dengan seorang fotografer nge-top, Zach. Bisa ketebak, akhirnya Moi jatuh cinta and pacaran sama Zach, bahkan akhirnya mereka bertunangan. Julie yang punya ide, malah belum dapat PH yang dia impikan itu.
Tapi, ternyata Zach, yang romantis di awal-awal pacaran mereka, malah berubah justru di saat-saat menjelang pesta pertunangan, bahkan akhirnya pertunangan mereka pun bubar. Di pesta pertunangan, Moi sempat berkenalan dengan seorang sutradara muda yang lagi naik daun, Charlie. Charlie sempat digambarkan tertarik sama Moi, tapi Moi malah menjodohkan dia sama Julie.
Kalut karena putus sama Zach, sempat membuat Moi ingin bunuh diri. Tapi di detik-detik terakhir, justru Charlie datang menyelamatkannya.
Moi sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria kaya, tapi selalu aja gak mulus. Misalnya, ketika berhubungan dengan Eduardo, seorang ‘bangsawan’ Spanyol, ternyata dia sudah berkeluarga. Terus, coba-coba dekat dengan Patrick Saxton, taunya malah diancam sama istrinya yang rada ‘psikopat’.
Dan, Charlie selalu menjadi ‘penyelamat’ Moi di setiap dia dalam kesulitan, yang malah sempat membuat Moi sebal banget sama Charlie.
Tapi, toh, akhirnya Moi menemukan juga cowok idamannya, the Potential Husband, seperti kata Julie, yang gak lain adalah the ‘Little Earl’. Siapa sih Little Earl ini sebenarnya?
Di buku ini ‘bertebaran’ merk-merk terkenal. Julie bisa dibilang ‘berteman dekat’ sama Emanuel Ungaro, Vera Wang – bahkan Vera Wang ini, waktu Julie mau tunangan, katanya bakalan ‘resign’ kalau Julie gak pakai gaun pengantin rancangannya. Kekonyolan juga ada, misalnya, waktu Julie mau ngadain ‘book club’, tujuannya biar teman-temannya gak hanya tau tentang fashion tapi juga tentang dunia sastra.
Kalau ngebayangin tokoh Julie, yang muncul adalah Paris Hilton, cocok banget kaya’nya sama sosok seorang Julie yang blonde, keturunan keluarga kaya’, rada manja dan centil.
05.07.26
=> 'Bergdorf Blondes' ini udah diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Cewek-Cewek Bergdorf ", tapi sayang... cover-nya, koq gak ceria banget. Gak sesuai dengan betapa 'centil'nya isi buku ini.
0 comments:
Post a Comment