Un Homme et Une Femme
Stanley Dirgapradja
GPU, Desember 2007
304 Hal.
Kadang manusia tuh suka bikin masalah sendiri, ketika semua berjalan lancar, semua baik-baik aja, malah cari masalah yang bikin ribet sendiri. Contoh aja, tuh, Lara. Perempuan satu ini, sebenarnya punya hubungan yang cukup meyakinkan dengan Khrisna. Krishna memang cowok yang sedikit cuek, mahasiswa tahun terakhir yang gak lulus-lulus karena skripsi yang ditinggalin karena asyik nge-band. Tapi bukan berarti Khrisna gak bertanggung jawab. Meskipun suka ngaret, Khrisna tetap cowok yang perhatian sama Lara. Tapi, Lara, malah minta ‘time out’, ‘time break’ or istilahnya, “pengen sendiri dulu.” Alasannya, biar Khrisna berubah, lebih memikirkan masa depan, dan biar Lara sendiri yakin kalo Khrisna is the one for her.
Buntutnya, permintaan Lara gak hanya bikin susah Khrisna, tapi juga Lara sendiri yang takut Khrisna bakal direbut sama ‘cewek Jimmy Choo’.
Dan, gak hanya Lara serta Khrisna yang mengalami ini sendiri yang kelimpungan, tapi, juga Bayu, adik Khrisna yang di awal mengenalkan Lara sama Khrisna. Bayu sempat merasa bersalah. Tapi, toh, Bayu sendiri punya masalah yang gak kalah rumit. Masalah yang gak ngerti apakah dia berani mengungkapkannya ke ‘dunia luar’, atau hanya disimpannya sendiri.
Bayu punya masalah dengan orientasi seksualnya. Lara memang mendukung Bayu untuk berani mengambil keputusan dan berani menghadapi ketika seorang Rio datang dan mendekatinya. Tapi, apa dia berani untuk berkata jujur terhadap keluarganya atau tidak.
Bayu, cowok kreatif yang sangat care sama sahabat dan juga kakaknya. Tapi, justru pada saat ia mengharapkan dukungan dari Khrisna, ia malah mendapatkan sebuah fakta yang nyaris bikin dia hancur.
Di dalam novel ini, pembaca disuguhkan suasana kota Yogyakarta yang lebih gaul, lebih modern, bukan Yogya yang tradisional. Karena Lara dan Bayu sering banget jalan-jalan ke kafe, bahkan Bayu adalah anak yang doyan ‘dugem’, akrab dengan dunia malam, dunia ‘ajep… ajep…’.
Dan, kalo membayangkan Bayu, entah kenapa gue gak bisa gak inget sama sosok seorang Ivan Gunawan.
Stanley Dirgapradja
GPU, Desember 2007
304 Hal.
Kadang manusia tuh suka bikin masalah sendiri, ketika semua berjalan lancar, semua baik-baik aja, malah cari masalah yang bikin ribet sendiri. Contoh aja, tuh, Lara. Perempuan satu ini, sebenarnya punya hubungan yang cukup meyakinkan dengan Khrisna. Krishna memang cowok yang sedikit cuek, mahasiswa tahun terakhir yang gak lulus-lulus karena skripsi yang ditinggalin karena asyik nge-band. Tapi bukan berarti Khrisna gak bertanggung jawab. Meskipun suka ngaret, Khrisna tetap cowok yang perhatian sama Lara. Tapi, Lara, malah minta ‘time out’, ‘time break’ or istilahnya, “pengen sendiri dulu.” Alasannya, biar Khrisna berubah, lebih memikirkan masa depan, dan biar Lara sendiri yakin kalo Khrisna is the one for her.
Buntutnya, permintaan Lara gak hanya bikin susah Khrisna, tapi juga Lara sendiri yang takut Khrisna bakal direbut sama ‘cewek Jimmy Choo’.
Dan, gak hanya Lara serta Khrisna yang mengalami ini sendiri yang kelimpungan, tapi, juga Bayu, adik Khrisna yang di awal mengenalkan Lara sama Khrisna. Bayu sempat merasa bersalah. Tapi, toh, Bayu sendiri punya masalah yang gak kalah rumit. Masalah yang gak ngerti apakah dia berani mengungkapkannya ke ‘dunia luar’, atau hanya disimpannya sendiri.
Bayu punya masalah dengan orientasi seksualnya. Lara memang mendukung Bayu untuk berani mengambil keputusan dan berani menghadapi ketika seorang Rio datang dan mendekatinya. Tapi, apa dia berani untuk berkata jujur terhadap keluarganya atau tidak.
Bayu, cowok kreatif yang sangat care sama sahabat dan juga kakaknya. Tapi, justru pada saat ia mengharapkan dukungan dari Khrisna, ia malah mendapatkan sebuah fakta yang nyaris bikin dia hancur.
Di dalam novel ini, pembaca disuguhkan suasana kota Yogyakarta yang lebih gaul, lebih modern, bukan Yogya yang tradisional. Karena Lara dan Bayu sering banget jalan-jalan ke kafe, bahkan Bayu adalah anak yang doyan ‘dugem’, akrab dengan dunia malam, dunia ‘ajep… ajep…’.
Dan, kalo membayangkan Bayu, entah kenapa gue gak bisa gak inget sama sosok seorang Ivan Gunawan.
0 comments:
Post a Comment