Somewhere, Home
Nada Awar Jarrar
Catherine Natalia (Terj.)
Qanita, Cet. I – Januari 2007
284 Hal.
Buku ini bercerita tentang 3 perempuan yang rindu akan rumah dan kampung halamannya. Terbagi ada 3 cerita terpisah, masing-masing mengungkapkan kerinduan yang timbul karena permasalahan yang sama, yaitu, terpisah jauh dari rumah yang mereka anggap sebagai ‘rumah’ yang sesungguhnya. Model cara berceritanya juga sama, kilas balik tokoh utama, mengenang masa lalunya, diselang-selingi dengan kehidupannya di masa sekarang.
Kisah pertama adalah tentang Meysa. Menjelang kelahiran putrinya, Meysa memilih untuk kembali ke rumah masa kecilnya, rumah yang dulu adalah milik kakek dan neneknya, di atas bukit Gunung Lebanon.
Meysa merasa tidak nyaman di tempat tinggalnya sekarang. Untuk itu, ia memilih pulang ke rumah neneknya, meskipun suaminya, Waldi, sedikit keberatan. Di rumah neneknya, Alia, Meysa hanya ditemani pengurus rumah tangga, Selma. Meysa berusaha mengenang ketika ia berada di sana.
Bagian ini tidak hanya berkisah tentang Meysa. Tapi juga menceritakan babak kehidupan Alia. Pada bagian Alia, menceritakan bagaimana ia harus hidup sendiri bersama anak-anaknya, sementara suaminya pergi berdagang keluar kota dan hanya pulang sesekali. Ada bagian di mana Alia ingin suaminya pulang, yaitu ketika dua anaknya hampir menjadi korban ketika gedung sekolah mereka runtuh.
Cerita lain di bagian pertama, adalah tentang Saeeda, bibi Meysa. Saeda adalah anak perempuan Alia satu-satunya. Ia terpaksa menikah muda, dan diboyong oleh sang suami, tinggal bersama mertuanya. Sehari-hari, ia harus mengurus mertuanya, sampai akhirnya mertua dan suaminya meninggal dan ia kembali ke rumah Alia.
Lalu, cerita ketiga dalam kisah Meysa adalah tentang Leila, yang tak lain adalah ibu Meysa. Leila menikah dengan Adel, anak ketiga Alia. Sebelum menikah, Leila tinggal di Amerika. Maka itu, ketika kembali ke Lebanon, Leila merasa tidak nyaman dengan suasana di sana.
Kisah kedua adalah tentang Aida yang berusaha menelusuri kenangan masa lalunya bersama Amou Mohammed, pelayannya. Aida dan saudara-saudaranya begitu dekat dengan Amou Mohamed, bahkan Amou Mohammed rela hanya sesekali bertemu keluarganya di tempat penampungan demi melayani Aida. Sedemikian dekat hubungan mereka, sehingga ketika Amou Mohammed meninggal dunia, bayangannya seolah menghantui Aida dalam kenangannya. Aida ingin kembali lagi ke Lebanon.
Aida pun pulang ke Lebanon. Bertemu kembali dengan keluarga Amou Mohammed. Mencoba mencari bayangan Amou Mohammed dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang tak pernah terjawab di masa lalu.
Dalam kisah ketiga, adalah tentang Salwa, seorang perempuan Lebanon yang terpaksa mengikuti suaminya pindah ke Australia untuk bekerja. Di masa tuanya, dalam keadaan sakit, Salwa mengenang kembali masa-masa ketika ia masih berada di Lebanon, sebelum ia menikah dengan Adnan. Dulu, ia sama sekali tidak ingin menikah dengan Adnan, karena merasa masih terlalu muda. Tapi, toh ia tidak bisa menolak perjodohan itu.
Semua perempuan dalam buku ini, terpisah jauh dari tempat kelahiran mereka. Dan, mereka merasakan hal yang sama, yaitu tidak menemukan kenyamanan seperti di rumah mereka sendiri. Mereka mencoba kembali pulang, mencoba menggali kenangan mereka dan mencoba mencari kembali ‘rumah’ mereka, meskipun mereka terkadang harus kecewa karena rumah yang mereka dulu tempati tidak sama lagi seperti yang selalu mereka bayangkan.
Nada Awar Jarrar
Catherine Natalia (Terj.)
Qanita, Cet. I – Januari 2007
284 Hal.
Buku ini bercerita tentang 3 perempuan yang rindu akan rumah dan kampung halamannya. Terbagi ada 3 cerita terpisah, masing-masing mengungkapkan kerinduan yang timbul karena permasalahan yang sama, yaitu, terpisah jauh dari rumah yang mereka anggap sebagai ‘rumah’ yang sesungguhnya. Model cara berceritanya juga sama, kilas balik tokoh utama, mengenang masa lalunya, diselang-selingi dengan kehidupannya di masa sekarang.
Kisah pertama adalah tentang Meysa. Menjelang kelahiran putrinya, Meysa memilih untuk kembali ke rumah masa kecilnya, rumah yang dulu adalah milik kakek dan neneknya, di atas bukit Gunung Lebanon.
Meysa merasa tidak nyaman di tempat tinggalnya sekarang. Untuk itu, ia memilih pulang ke rumah neneknya, meskipun suaminya, Waldi, sedikit keberatan. Di rumah neneknya, Alia, Meysa hanya ditemani pengurus rumah tangga, Selma. Meysa berusaha mengenang ketika ia berada di sana.
Bagian ini tidak hanya berkisah tentang Meysa. Tapi juga menceritakan babak kehidupan Alia. Pada bagian Alia, menceritakan bagaimana ia harus hidup sendiri bersama anak-anaknya, sementara suaminya pergi berdagang keluar kota dan hanya pulang sesekali. Ada bagian di mana Alia ingin suaminya pulang, yaitu ketika dua anaknya hampir menjadi korban ketika gedung sekolah mereka runtuh.
Cerita lain di bagian pertama, adalah tentang Saeeda, bibi Meysa. Saeda adalah anak perempuan Alia satu-satunya. Ia terpaksa menikah muda, dan diboyong oleh sang suami, tinggal bersama mertuanya. Sehari-hari, ia harus mengurus mertuanya, sampai akhirnya mertua dan suaminya meninggal dan ia kembali ke rumah Alia.
Lalu, cerita ketiga dalam kisah Meysa adalah tentang Leila, yang tak lain adalah ibu Meysa. Leila menikah dengan Adel, anak ketiga Alia. Sebelum menikah, Leila tinggal di Amerika. Maka itu, ketika kembali ke Lebanon, Leila merasa tidak nyaman dengan suasana di sana.
Kisah kedua adalah tentang Aida yang berusaha menelusuri kenangan masa lalunya bersama Amou Mohammed, pelayannya. Aida dan saudara-saudaranya begitu dekat dengan Amou Mohamed, bahkan Amou Mohammed rela hanya sesekali bertemu keluarganya di tempat penampungan demi melayani Aida. Sedemikian dekat hubungan mereka, sehingga ketika Amou Mohammed meninggal dunia, bayangannya seolah menghantui Aida dalam kenangannya. Aida ingin kembali lagi ke Lebanon.
Aida pun pulang ke Lebanon. Bertemu kembali dengan keluarga Amou Mohammed. Mencoba mencari bayangan Amou Mohammed dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang tak pernah terjawab di masa lalu.
Dalam kisah ketiga, adalah tentang Salwa, seorang perempuan Lebanon yang terpaksa mengikuti suaminya pindah ke Australia untuk bekerja. Di masa tuanya, dalam keadaan sakit, Salwa mengenang kembali masa-masa ketika ia masih berada di Lebanon, sebelum ia menikah dengan Adnan. Dulu, ia sama sekali tidak ingin menikah dengan Adnan, karena merasa masih terlalu muda. Tapi, toh ia tidak bisa menolak perjodohan itu.
Semua perempuan dalam buku ini, terpisah jauh dari tempat kelahiran mereka. Dan, mereka merasakan hal yang sama, yaitu tidak menemukan kenyamanan seperti di rumah mereka sendiri. Mereka mencoba kembali pulang, mencoba menggali kenangan mereka dan mencoba mencari kembali ‘rumah’ mereka, meskipun mereka terkadang harus kecewa karena rumah yang mereka dulu tempati tidak sama lagi seperti yang selalu mereka bayangkan.
0 comments:
Post a Comment