Thursday, March 22, 2007

The Amber Spyglass (Teropong Cahaya)

The Amber Spyglass (Teropong Cahaya)
Philip Pullman
B. Sendra Tanuwidjaja (Terj.)
GPU, Februari 2007
624 Hal.

Will akhirnya bertemu dengan ayahnya, John Parry, yang menghilang setelah sekian lama. Tapi, di pertemuan itu pun, Will harus menyaksikan ayahnya meninggal dunia, ‘dibunuh’ oleh penyihir yang sakit hati karena cintanya tak berbalas. Will membawa pesan terakhir dari ayahnya, bahwa ia harus menyerahkan pisau gaib kepada Lord Asriel.

Tapi… ketika Will kembali ke tempat ia dan Lyra beristirahat di bawah pengawasan para penyihir, ternyata Lyra sudah lenyap. Will pun bingung… bagaimana ia bisa mencari Lord Asriel kalau Lyra tidak ada? Hanya ada ransel kecil Lyra yang berisi alethiometer tertinggal di sana.

Sementara itu, Lyra berada di sebuah gua dalam keadaan tertidur. Mrs. Coulter-lah yang ternyata sudah ‘menculik’ Lyra. Kepada penduduk desa setempat, Mrs. Coulter sebagai petapa yang sedang merawat anaknya. Dalam tidurnya, Lyra bermimpi bertemu dengan Roger yang meminta pertolongannya.

Dibantu dua malaikat, Balthamos dan Baruch, Will mencari keberadaan Lyra. Di tengah perjalanan, Will bertemu dengan Iorek Brykinson, beruang baju besi sahabat Lyra. Akhirnya, Will bisa menemukan Lyra dan menyadarkan Lyra dari tidur panjangnya. Mrs. Coulter berhasil dilumpuhkan dengan racun oleh dua orang Gallivespia, Chevalier Tiallys dan Lady Salmakia. Mereka bertubuh mungil, tapi merupakan prajurit yang sikapnya cenderung sombong. Mereka juga adalah mata-mata Lord Asriel.

Di saat yang sama, semua terasa sibuk… Lord Asriel sibuk di bentengnya, mengatur rencana untuk mengambil Lyra dari Mrs. Coulter. Sementara itu, Mary Malone, ilmuwan dari dunia Will, juga mencari Lyra dan malah mendapati dirinya berada di dunia yang aneh, yang penuh dengan makhluk-makhluk beroda. Lalu, adalagi Pater Gomez yang bertugas membunuh Lyra.

Setelah bebas, Will dan Lyra tidak mau mengikuti Tiallys dan Salmakia menemui Lord Asriel. Mereka punya rencana sendiri. Lyra ingin Will membuka jendela ke dunia kematian. Lyra ingin bertemu Roger seperti yang ia janjikan dalam mimpinya.

Ketika berhasil menemukan dunia kematian, Lyra terpaksa harus meninggalkan Pantalaimon, karena tidak ada dæmon yang boleh ikut ke dunia kematian, dan tidak ada jaminan bagi Lyra, Will dan dua orang Gallivespia itu bisa keluar dari dunia kematian.

Bagian ketika Will dan Lyra berada di dunia kematian, adalah bagian yang paling mencekam. Mereka berada di tempat yang sepi, suram dan bertemu arwah-arwah yang bertatapan kosong dan tak bahagia. Lyra berhasil bertemu kembali dengan Roger, dan Will bertemu dengan ayahnya. Lyra dan Will membimbing arwah-arwah untuk keluar dari dunia kematian, bukan untuk hidup lagi, tapi untuk mati dengan cara yang lebih membuat mereka bahagia.

Sementara di dunia nyata, terjadi pertempuran antara Lord Asriel melawan Metatron. Mrs. Coulter mengorbankan dirinya, bekerja sama dengan Lord Asriel. Kadang, membingungkan menebak-nebak sifat dan karakter Lord Asriel dan Mrs. Coulter, siapa yang jahat, siapa yang baik. Bener gak Mrs. Coulter sayang sama Lyra? Atau Lord Asriel sama Mrs. Coulter tuh, masih suka-sukaan gak sih?

Cerita ini juga gak luput dari bagian yang romantis. Ternyata, ketika Will dan Lyra keluar dari dunia kematian dan berada di dunia tempat di mana Mary Malon berada bersama Mulefe-mulefa, mereka berdua menyadari, setelah sekian lama saling menjaga, bahwa mereka jatuh cinta. Dan, tentu saja sangat menyakitkan ketika semua harus kembali ke dunia masing-masing.

Bagian yang paling menarik di buku ketiga ini, adalah bagian ketika ada di dunia kematian. Seremmm… dan bikin merinding. Tapi, entah kenapa, gue males banget baca bagian Mary Malone dan mulefa-mulefa-nya itu, sedikit membosankan buat gue. Tokoh favorit gue di buku ketiga ini adalah pasangan Chevalier Tiallys dan Lady Salmakia - kecil, mungil, imut-imut, tapi galak and sombong.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang