The Circle
Dave Eggers @ 2013
Marcalais Fransisca (Terj.)
Bentang – Agustus 2016
594 Hal.
Menjadi bagian dari The Circle adalah sebuah kebanggaan.
Perusahaan internet dan teknologi yang paling berkuasa saat ini. Bekerja di The
Circle menjadi sebuah gengsi tersendiri. Beruntung bagi Mae Holland untuk bisa
bekerja di sana berkat bantuan Annie, sahabatnya. The Circle dibangun oleh 3
orang yang ahli di bidangnya, yang disebut ‘Wise Men’. Para pekerja di The
Circle memuja mereka – Ty, yang misterius, Tom Stenton dan Eamon Bailey – para jenius
di balik The Circle. Tujuan The Circle adalah ‘transparansi’ – artinya tidak
ada lagi yang perlu dirahasiakan, semua orang berhak untuk tahu apa yang
menjadi minat orang lain, semua orang harus berbagi. Mungkin ada tujuan baiknya
, misalnya masalah keamanan – para orang tua tidak keberatan jika suatu saat di
dalam tubuh anak mereka ada sebuah chip, yang tujuannya adalah mengontrol
keberadaan anak mereka, hal ini dimaksudkan untuk mencegah penculikan atau
tindak kejahatan lain terhadap anak. Atau misalnya, mencari buronon, dengan
aplikasi SoulSearch, hanya dalam waktu 20 menit, dijamin, buronan itu akan
segera ditemukan.
Penemuan mereka yang paling mutakhir adalah SeeChange,
sebuah kamera kecil yang dipasang di setiap sudut, di mana saja – agar semua
orang bisa mengetahui apa yang sedang terjadi. Semua tentu saja bertujuan
mulia.
Tapi, sampai titik manakah seseorang akan rela untuk menjadi ‘transparan’, ketika mereka pada akhirnya gak punya lagi kehidupan untuk pribadi mereka sendiri, gak punya rahasia lagi sekecil apa pun – karena bagi The Circle – Rahasia adalah sebuah kejahatan dan berbagi adalah salah satu bentuk kepedulian – apa pun itu.
Mae Holland yang awalnya ditugaskan di bagian Customer
Experience, perlahan mulai menarik perhatian. The Circle penuh dengan segala
komunitas, dan setiap pekerja secara halus diwajibkan untuk ambil bagian. Hidup
Mae jadi dipenuhi angka-angka, statistik, follower. Setiap saat wajib memberi
tanggapan atas segala berita, wajib kasih tanda ‘senyum’, atau
emoticon-emoticon lain. Mae jadi ambisius mengejar peringkat, sampai akhirnya
ia jadi menjauh dari orang tuanya. Apa yang tadinya menjadi minat Mae sebelum
masuk The Circle, menjadi hal yang biasa-biasa saja.
Mengerikan ya … apalagi kalau diliat, sekarang ini media sosial
menjadi saran untuk eksis. Banyak selebriti dadakan gara-gara media sosial.
Teknologi yang katanya mendekatkan yang jauh, tapi juga menjauhkan yang dekat.
Liat aja orang tua Mae yang akhirnya milih bersembunyi, dan bahkan Mae juga
semakin jarang menghubungi orang tuanya.
Latar belakang cerita ini menarik – memberi peringatan pada
kita nih, bahwa bisa jadi apa yang ada di buku ini benar-benar kejadian, semua
mau di-sharing, mau dibagi-bagi, nyaris tanpa saringan. Segala macem
di-publish, di-posting.
Tapi, koq gue kurang mendapat kesan tentang Mae. Mae, memang
jadi tokoh penting dalam buku ini, tapi, apa yang dia lakukan terasa kurang ‘greget’
gitu, berasa datar aja. Lalu, tokoh yang gue pikir akan muncul sebagai ‘pendobrak’
atau yang melawan, justru menghilang dengan cepat dan kurang menonjol. Pengennya
Annie juga lebih banyak gitu peranny, gak hanya muncul, terus ilang, padahal
dia kan sahabat dekatnya Mae. Atau, tentang Ty yang misterius .. Terus gue juga merasa, kadang-kadang penjelasan
terlalu panjang dan muter-muter gitu. Dan yang gue kurang suka adalah novel ini
terasa tanpa ‘jeda’, gak ada pergantian bab, nyambung aja gitu. Terus.. kenapa
ending-nya menggantung begitu …. Jadi, apa dong .. gimana??
Tapi eniwei…. Terima kasih untuk memilihkan buku ini ya…
tuntas sudah rasa penasaran gue ….
Hmmm… tebakan gue, si secret giver ini – tak lain adalah ‘speakercoret’
alias mute …
Dari awal banget , even baca paragraf pertamanya aja, gue
langsung nebak beliau ini. Hihihi… ternyata kita pernah ngubek-ngubek tempat
yang sama …
Terima kasih buku-bukunya, dan tentu saja ma kasih loh,
indomie-nya … J
Submitted for:
Kategori: Brick Books