The Wrath and The Dawn
Mustika (Terj.)
POP (Imprint KPG) - 2016
447Hal.
Novel ini akan membawa loe ke dalam sebuah cerita yang terinspirasi
dari kisah 1001 Malam … ke dalam sebuah tempat yang akan memancarkan aura
eksotisme khas Timur Tengah.
Khalid Ibnu Al-Rashid, menjadi seorang raja dalam usia yang
masih belia. Tapi ia dikenal sebagai monster, seorang berdarah dingin, yang
menikahi perempuan muda setiap malam dan membunuh mereka ketika fajar tiba. Dan
ketika sahabatnya, Shiva juga menjadi korban, maka Shahrzad tidak tinggal diam.
Ia ‘menawarkan’ diri untuk menjadi pengantin berikutnya dan bersumpah akan
membalas perbuatan sang Raja.
Sejak awal, sikapnya Shahrzad yang menantang, tidak
malu-malu, dan tegas menjadi daya tarik tersendiri untuk Khalid. Kisah-kisah
yang diceritakan Shahrzad di awal pernikahan mereka, membuat Khalid pelan-pelan
jatuh cinta.
Shahrzad bertekad mengakhiri perbuatan kejam Khalid, tapi
semakin ia menyelidiki, semakin ia mengenal sosok Khalid, Shahrzad menyadari
bahwa Khalid bukanlah seorang monster atau pria yang tak punya hati.
Sementara itu, di luar tembok istana, ada orang-orang yang
ingin menggulingkan sang Khalifa dengan tujujannya masing-masing. Ada Tariq
yang ingin kembali merebut Shahrzad, lalu orang-orang yang ingin balas dendam
dan merebut kekuasaan dari tangan Khalid.
Tokoh-tokoh dalam novel ini masih bisa dikategorikan sebagai
remaja. Khalid Ibnu al-Rashid berusia 18 tahun, sementara Shahrzad baru berusia
16 tahun. Entah kenapa gue merasa ada yang gak pas. Terlalu muda menurut gue. Tapi
yah.. di jaman-jaman dulu itu, umur 17-18 tahun, udah dianggap dewasa. Kaya’nya
lebih pas kali kira-kira berada di usia 20an. Mungkin gue terbiasa membaca
cerita abg dengan dunia yang ceria dan modern meskipun dengan latar suram, jadi
rada asing terasa rada asing.
Khalid di bayangan gue, adalah sosok yang jauh lebih tua
dibandingkan dengan usianya. Terlalu banyak beban .. selain menjadi Raja, juga
beban masa lalu yang super berat dan kelam. Gambaran ini menjadikan Khalid sebagai
tokoh yang dibenci, lalu mendadak bikin jadi simpati.
Pada akhirnya, novel ini terasa hanya sebuah kisah cinta.
Gue berharap ada banyak dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Shahrzad – salah satu
dongeng yang berkesan buat gue adalah tentang Mehrdad , si Janggut Biru. Satu
lagi yang membuat rada kecewa adalah latar fantasi dan hal yang berbau-bau mistis
yang masih kurang banyak.
Meskipun begitu, setting Timur Tengah yang kuat menjadi
kekuatan untuk novel ini. Detail busana yang dikenakan Shahrzad, membuat gue
jadi teringat dengan Putri Jasmine, penggambaran pedang milik Khalid, membuat
gue merinding.
Oke … yuks.. mari lanjut ke sekuelnya.
0 comments:
Post a Comment