All the Light We Cannot See
Fourt Estate – 2015
531 hal.
Ini adalah jenis buku yang langsung ‘menarik’
gue sejak kalimat pertama. Ma’afkan kalo penggambaran gue rada lebay … tapi
suer .. buku ini ditulis dengan kalimat-kalimat yang ‘indah’… meskipun
terkadang panjang lebar dan detail.. tapi gak bikin gue terkantuk-kantuk…
kalimat-kalimat indah, kadang ‘bersayap’, tapi gak membuat loe pusing mencari
artinya … Meskipun novel ini tebal dan beralur lambat dan maju-mundur, gue
tetap maju, pantang mundur, menikmati kisah Marie-Laure dan Werner.
Marie-Laure, gadis berusia 16 tahun,
yang buta sejak ia berusia 6 tahun. Ia tinggal bersama ayahnya, seorang pegawai
di Natural History Museum di Paris. Ibunya sudah meninggal. Setiap hari,
Marie-Laure ikut ayahnya bekerja. Sementara ayahnya bekerja, Marie-Laure menjelajah
berbagai sudut museum, dan ia gemar bertanya dan belajar hal baru. Agar Marie-Laure lebih
mandiri, ayahnya membuat miniature kota Paris, lengkap dengan jalan-jalan yang
sering mereka lalui, yang bagaikan sebuah labirin bagi Marie Laure. Ia ‘dipaksa’
sang ayah untuk menghafal jalan-jalan tersebut. Hal lain yang unik, di setiap
hari ulang tahun, ayahnya akan memberikan berbagai hadiah tersembunyi, dan
Marie-Laure harus mencarinya. Hadiah yang paling istimewa menurut Marie-Laure
adalah buku Julius Verne dalam huruf braille. Rasa penasaran membuat
Marie-Laure dengan cepat melahat buku-buku itu.
Sementara di Jerman, di sebuah panti
asuhan, tinggal seorang pemuda bernama Werner dan adik perempuannya, bernama
Jutta. Werner ini, pemuda yang cerdas, jago banget benerin berbagai peralatan,
sampai akhirnya bisa benerin radio, di mana setiap malam ia mendengar siaran
radio dari Perancis, yang membacakan sebuah cerita dan berita-berita. Karena
keahliannya itu, ia diterima di sekolah pelatihan tentara Jerman. DI sana ia
mulai ragu dengan pilihannya, mempertanyakan keyakinannya sendiri.
Berlatar Perang Dunia II, terselip
sebuah legenda tentang batu antik yang dipercaya bisa melindungi sang pemilik,
memberi kekuasaan tak terbatas dan hidup abadi, meskipun sebagai gantinya, ada
sebuah kutukan di mana orang-orang di sekitarnya akan menemui malapetaka. Batu
ini yang membuat seorang perwira tentara Jerman nekat mengancam dan mencari ke
pelosok-pelosok Perancis.
Kisah tentang peperangan, tak melulu
harus penuh senjata dan kebrutalan. Di sisi lain, ada kisah tentang kasih
sayang seorang ayah kepada anaknya, sejauh di mana pun ia berada, di dalam
surat-surat selalu tertulis kata-kata yang menghibur meskipun yang sebenarnya
buruk. Ada kisah persahabatan antara dua generasi yang berbeda, ada rasa empati
meskipun berada di pihak yang bersebarangan, tapi tetap ada juga pihak-pihak dengan ambisi untuk menguasai.
Novel yang ditulis dengan banyak
detail-detail, menuntut kesabaran, tapi worth it … jangan bosan dan jangan
berhenti di tengah-tengah, karena kita akan tau apa yang menghubungkan
Marie-Laure dan Werner sejak awal.
Yang paling berkesan buat gue dari
buku ini, adalah hadiah-hadiah unik dari Papa Etienne untuk Marie-Laure.
0 comments:
Post a Comment