Wednesday, September 07, 2016

All the Light We Cannot See


All the Light We Cannot See
Fourt Estate – 2015
531 hal.

Ini adalah jenis buku yang langsung ‘menarik’ gue sejak kalimat pertama. Ma’afkan kalo penggambaran gue rada lebay … tapi suer .. buku ini ditulis dengan kalimat-kalimat yang ‘indah’… meskipun terkadang panjang lebar dan detail.. tapi gak bikin gue terkantuk-kantuk… kalimat-kalimat indah, kadang ‘bersayap’, tapi gak membuat loe pusing mencari artinya … Meskipun novel ini tebal dan beralur lambat dan maju-mundur, gue tetap maju, pantang mundur, menikmati kisah Marie-Laure dan Werner.

Marie-Laure, gadis berusia 16 tahun, yang buta sejak ia berusia 6 tahun. Ia tinggal bersama ayahnya, seorang pegawai di Natural History Museum di Paris. Ibunya sudah meninggal. Setiap hari, Marie-Laure ikut ayahnya bekerja. Sementara ayahnya bekerja, Marie-Laure menjelajah berbagai sudut museum, dan ia gemar bertanya dan  belajar hal baru. Agar Marie-Laure lebih mandiri, ayahnya membuat miniature kota Paris, lengkap dengan jalan-jalan yang sering mereka lalui, yang bagaikan sebuah labirin bagi Marie Laure. Ia ‘dipaksa’ sang ayah untuk menghafal jalan-jalan tersebut. Hal lain yang unik, di setiap hari ulang tahun, ayahnya akan memberikan berbagai hadiah tersembunyi, dan Marie-Laure harus mencarinya. Hadiah yang paling istimewa menurut Marie-Laure adalah buku Julius Verne dalam huruf braille. Rasa penasaran membuat Marie-Laure dengan cepat melahat buku-buku itu.

Sementara di Jerman, di sebuah panti asuhan, tinggal seorang pemuda bernama Werner dan adik perempuannya, bernama Jutta. Werner ini, pemuda yang cerdas, jago banget benerin berbagai peralatan, sampai akhirnya bisa benerin radio, di mana setiap malam ia mendengar siaran radio dari Perancis, yang membacakan sebuah cerita dan berita-berita. Karena keahliannya itu, ia diterima di sekolah pelatihan tentara Jerman. DI sana ia mulai ragu dengan pilihannya, mempertanyakan keyakinannya sendiri.

Berlatar Perang Dunia II, terselip sebuah legenda tentang batu antik yang dipercaya bisa melindungi sang pemilik, memberi kekuasaan tak terbatas dan hidup abadi, meskipun sebagai gantinya, ada sebuah kutukan di mana orang-orang di sekitarnya akan menemui malapetaka. Batu ini yang membuat seorang perwira tentara Jerman nekat mengancam dan mencari ke pelosok-pelosok Perancis.

Kisah tentang peperangan, tak melulu harus penuh senjata dan kebrutalan. Di sisi lain, ada kisah tentang kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, sejauh di mana pun ia berada, di dalam surat-surat selalu tertulis kata-kata yang menghibur meskipun yang sebenarnya buruk. Ada kisah persahabatan antara dua generasi yang berbeda, ada rasa empati meskipun berada di pihak yang bersebarangan, tapi tetap ada juga pihak-pihak dengan ambisi untuk menguasai.

Novel yang ditulis dengan banyak detail-detail, menuntut kesabaran, tapi worth it … jangan bosan dan jangan berhenti di tengah-tengah, karena kita akan tau apa yang menghubungkan Marie-Laure dan Werner sejak awal.

Yang paling berkesan buat gue dari buku ini, adalah hadiah-hadiah unik dari Papa Etienne untuk Marie-Laure.

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang