Friday, April 01, 2016

Lelaki Harimau


Lelaki Harimau
EkaKurniawan @ 2004
GPU – Cet. 4, Februari 2016
190 hal.

Suatu hari yang berjalan seperti  biasa .. tenang … ketika semua orang melakukan rutinitasnya sehari-hari. Tiba-tba dikejutkan dengan berita tragis … Anwar Sadat tewas .. mati terbunuh oleh Margio. Dengan kondisi yang sangat mengerikan. Anwar Sadat mati dengan luka menganga di lehernya.

Karuan hal ini jadi pertanyaan .. apa yang menyebabkan Margio berbuat sadis seperti itu? Jawaban Margio simple aja ‘Ada harimau dalam tubuhku’

Selesai .. sekian … itulah awal yang akan menggiring pembaca kepada kilas balik perjalanan hidup seorang Margio.

Margio lahir dalam sebuah keluarga yang tidak bahagia. Ayah yang kasar, ibu yang seolah hidup dalam dunianya sendiri. Ibu Margio, Nuraeni, adalah seorang kembang desa. Jodohnya sudah ditetapkan ketika ia berusia belasan tahun. Komar bin Syuaeb lah jodohnya. Dalam pernikahan itu, Margio kerap menyaksikan ayahnya memukul ibunya, bahkan Margio juga sering jadi sasaran amukan ayahnya. Dan akibatnya, Margio sangat membenci ayahnya, puncaknya ia melarikan diri dari rumah, karena takut emosinya memuncak hingga ia kerap berkata ingin membunuh ayahnya. Sikap Nuraeni yang tak peduli, pasrah dan masa bodoh itu timbul karena kekecewaan atas pengaharapan masa percintaan yang indah dan manis.

Sebagai anak muda, Margio penuh dengan emosi yang meluap-luap … tapi sayangnya itu bukan emosi dengan energi positif. Penuh kebencian dalam diri Margio, hasil dari kehidupan yang jauh dari kedamaian dan kenyamanan. Ada kalanya, ketika Nuraeni tiba-tiba rajin menanam bunga, Komar, dan juga Margio serta Mameh, adiknya,  berharap itulah saat Nuraeni berubah. Tak lagi hanya duduk di dapur dan berbicara dengan panci-panci. Tapi ternyata … rumah mereka malah mirip semak belukar. Ketika memang akhirnya Nuraeni bersolek, justru terjadi karena aib yang baru diketahui kemudia hari.

Emosi negatif Margio tersalurkan dengan berburu babi hutan, minum-minuman keras di warung kampung bersama teman-temannya. Tapi sesungguhnya, di balik itu semua, Margio adalah anak yang berbakti pada ibunya. Ia membiarkan kesenangan ibunya yang tiba-tiba, demi melihat seulas senyum dan rona bahagia di wajah ibunya.

Silahkan membenci Komar dengan segala kekasaran dan kebengisannya, silahkan mengasihani Nuraeni karena menerima semua perlakuan tak pantas itu. Tapi, jangan kaget, kalau tiba-tiba sikap itu akan berbalik. Seperti gue, yang seketika iba pada Komar dan memandang jijik pada Nuraeni.

Gue cukup sabar untuk gak membuka halaman terakhir, untuk mencari tahu ending dari cerita ini. Menikmati lembar demi lembar, yang minim dialog, dan .. surprisingly, gue gak bosan … Gue malah semakin penasaran mencari tahu ke mana cerita ini akan mengalir.


‘Perkenalan’ pertama dengan novel Eka Kurniawan. Seandainya buku ini gak menjadi salah satu nominasi Man Booker Prize, mungkin gue gak akan pernah melirik buku ini. Melihat judulnya aja, jujur .. sudah gak menarik bagi gue. Dan, menyenangkan rasanya perkenalan pertama ini membuat gue ingin membaca karya-karya beliau yang lain. 

4 comments:

Anonymous said...

Berapa bintang, Fer? *baca juga gak ya.

Tjut Riana said...

aku pun ketagihan baca karya2 Eka Kurniawan, keren2 semua, penuh twist & ending yang ga ketebak. baca yang 'cantik itu luka' fer, bagussss....:)

ferina said...

@mave: hai minaa.... apa kabar?? aku sih kasih bintang 4. dari awal tuh diajak 'muter2' tapi gak bikin bosen, malah pengen tau ada di mana ujungnya.

@mbak riana: sip mbak .. masih milih2 antara mau baca 'O' atau 'cantik itu luka' duluan.

Lina Astuti said...

Iya geregetan pengen baca setelah penulisnya dapat nominasi dan disebut2 sebagai the nex Pramoedya Ananta Toor

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang