A Monster Calls (Panggilan Sang Monster)
Nadya
Andwiani (Terj.)
GPU – Februari 2016
216 hal.
'Jika kau
mengutarakan kebenaran, bisik sang monster di telinganya, kau akan sanggup
menghadapi apa pun yang akan terjadi.'
Merelakan seseorang yang sangat kita
sayangi, adalah hal yang paling berat yang gue rasakan … Adakalanya, denial jadi salah satu pelarian …
berharap semua ini bohong dan … yup… seperti salah satu iklan yang pernah gue
liat di facebook … berharap kalau bokap gue lagi ‘main petak umpet’ .. cuma lagi
pergi bentar … ketika gue melihat beliau terbaring … gue berharap tiba-tiba
bokap gue bangun .. *ma’ap curhat bentar*
Connor, berusia 13 tahun. Ia sering
mengalami mimpi buruk, tapi ia selalu diam, sendirian, gak mau cerita pada
siapa pun. Terlebih lagi pada ibunya yang sedang sakit keras. Suatu hari, tepat
jam 00.07, monster berwujud pohon Yew, mendatangi Connor. Connor beranggapan
itu hanya mimpi buruk belaka, sampai di pagi hari ia melihat daun-daun pohon
Yew berserakan di kamarnya. Di bukit di
belakang rumah Connor, memang ada pohon yew yang tumbuh, menaungi
kuburan di sekitarnya.
Meskipun agak-agak takut, tapi
Connor berusaha menunjukkan kalau dia gak takut dengan monster itu. Setiap
malam, di jam yang sama, sang Monster datang. Ia menceritakan 3 kisah, yang
bikin Connor sedikit ‘emosi’ karena buat dia gak jelas itu cerita apaan. Tapi,
si monster ini dengan bijaksana, berusaha menjelaska bahwa yang jahat tidak
selalu jahat, dan yang baik bukan gak mungkin berbuat salah.
Sementara itu, dalam kehidupan
sehari-harinya, keadaan juga tak lebih baik. Kondisi ibunya semakin parah, berbagai
pengobatan tak berhasil. Sementara, ayah Connor berada di Amerika bersama
keluarga barunya. Di sekolah, Connor juga kerap di-bully. Tapi ia tetap diam
dan memilih sendiri.
Monster ini meskipun terlihat seram,
tapi dia berusaha ‘membentuk’ Connor menjadi lebih berani dan siap - berani
mengakui kebenaran dan siap menghadapi kenyataan meskipun sangat pahit sekali pun
… well… mau juga sih kalo ketemu monster baik hati begini …
Dan ya ampun .. ini buku cerita yang
sarat kesedihan, rasa tertekan dan kesepian …. Dari judulnya, gue berpikir ini
adalah cerita fantasi tentang sebuah negeri antah berantah dengan nama tokoh
yang aneh-aneh dan susah diinget, plus cerita petualangan memerangi si monster …
tapi, ini lebih rumit, lebih dari sekadar buku untuk anak-anak, yang mungkin
bakal bikin depresi…. Cerita fantasi tapi dalam kehidupan sehari-hari yang ‘nyata’,
dengan tokoh keluarga biasa-biasa aja, tanpa kemampuan ajaib.
Buku ini ditulis berdasarkan ide
dari Siobhan Dowd, seorang penulis cerita anak-anak yang meninggal karena
penyakit kanker. Didukung dengan ilustrasi dari Jim Kay, gue ikut ‘tertarik’ ke
dalam dunia Connor – membuat gue merasa, apa yang yang gue alami dan rasakan,
gak ada apa-apanya dibandingkan Connor …. *cari tissue …*
2 comments:
Sebenarnya aku salut sekaligus penasaran, bgmn mbak ferina bisa membaca buku sedemikian dan konsisten mereview-nya setiap selesai membaca. Mbak ferina ini membaca buku-nya secara langsung atau berupa e-book-nya?
@mbak wenny: aduh aku jadi malu ... aku juga pernah mengalami turun mood nulis review koq.
sebisa mungkin setelah baca langsung nulis di blog, takutnya keburu lupa sama ceritanya dan keburu males :D
aku lebih suka baca buku cetak daripada e-book. soalnya gak kuat sama mata kalo baca e-book. dan beda rasanya punya buku cetak :D
ma kasih udah mampir ke blog-ku ya, mbak.
Post a Comment