Fredrik Backman
Inggrid Nimpoeno (Terj.)
Noura – Cet. I, Januari 2016
440 hal.
Membaca bagian-bagian awal buku ini,
kesan pertama – Ove adalah seorang laki-laki tua yang pemarah, penggerutu dan
keras kepala. Kalau menurut dia A, gak akan bisa belok jadi B. Bahkan Ove juga
cenderung ‘pelit’. Pengen ngakak, di bagian awal ketika Ove mau beli Ipad … dia
protes kenapa dengan harga mahal, tapi gak dapet keyboard ….
Di mata gue, Ove jadi laki-laki yang
menyebalkan, yang bikin gue malah balik menggerutu karena sikapnya yang
anti-sosial itu.
Padahal ternyata, Ove hanyalah
laki-laki yang kesepian karena ditinggal oleh istrinya, Sonja. Ove ingin
kembali berdampingan dengan Sonja. Berbagai upaya dilakukan – mulai dari pengen
gantung diri, berdiri di lajur kereta api – berharap ditabrak kereta api,
pengen menembak kepalanya sendiri dan lain-lain. Tapi usaha itu selalu aja
gagal, ada aja ‘penghalang’ yang membatalkannya.
Rasanya sulit untuk menyukai sosok
Ove. Tapi, coba deh, baca lebih lanjut kisahnya … maka kita akan dibawa
menelusuri masa lalu Ove. Masa kecil yang penuh kerja keras, gak banyak teman.
Bagi dia yang penting gak ganggu orang dan hidup dengan damai, sesuai dengan
rambu-rambu yang sudah ada. Peraturan adalah peraturan. Dan jangan coba-coba
mengusik dan sombong di depan Ove.
Dunia Ove adalah dunia hitam-putih,
dan hanya Sonja yang mampu membuat dunia Ove jadi lebih berwarna. Ketika Sonja meninggal,
maka Ove juga ‘berhenti’ hidup.
Makin belakang, kesan menyebalkan
itu mulai memudar. Meskipun masih tetap dengan sosok penggerutu dan gak
sabaran, tapi gue mulai bersimpati. Ove yang di luarnya itu pemarah, dalam
hatinya adalah sosok yang penyayang dan perhatian. Dia gak bisa membiarkan
tetangga barunya yang sedang hamil pergi sendiri ke mana-mana, sementara suaminya
kakinya patah, dengan gaya setengah hati, Ove ngajarin seorang anak muda mengganti
ban sepeda, bahkan Ove gak membiarkan teman lama sekaligus musuhnya dibawa ke
panti jompo.
O ya.. jangan coba-coba menyebutkan
pengen mobil merk lain, selain merek Saab …!!
Ove lelaki yang buat sebagian orang
itu menyebalkan, tapi ternyata yang mencintai dan menyayangi dia lebih banyak
lagi …
Bersama lelaki bernama Ove ini, gue
menggerutu, tersenyum, tertawa, berkaca-kaca sampai nangis beneran… Yup.. I cried
when I finished this book …. I miss him … dan Ove mengingatkan gue sama sosok
papa L
….
Awal membaca buku ini gue rada gak
yakin bisa suka dan banyak sampai tuntas
… gue beli buku ini tanpa rencana. Mondar-mandir di Gramedia, tanpa
tujuan … tapi gak ada yang menarik hati … lalu gue inget ada buku baru,
judulnya ‘A Man Called Ove’ … jadi gue belilah …. Dan awal buku ini juga
berjalan dengan lamban, tapi ya, meskipun tokohnya kakek-kakek, bukan cowok
ganteng … ternyata … gue jatuh hati sama Kakek Ove …
1 comments:
wow…keren header blog barunya, sukaaaaa!!!!
Post a Comment