Wednesday, July 20, 2011

Kafka on Shore

Kafka on Shore
Haruki Murakami @ 2005
Vintage Books - 2005
489 hal.

Beberapa orang yang gue ‘temui’ dari hasil blogwalking, yang membaca karya-karya Haruki Murakami bilang, “He’s a jenius.” Karya-karyanya ‘mengagumkan’. Wah… tampaknya seorang penulis yang karyanya ‘wajib’ dibaca.

Kafka on Shore, rasanya (lagi-lagi) udah ada lama banget di lemari buku gue, tapi, sekian lama juga hanya jadi pemanis di sana. Entah kenapa, baru-baru ini, begitu membaca halaman pertama, gue tergerak untuk melanjutkan ke halaman-halaman berikutnya. Buku pertama Haruki Murakami yang gue baca adalah Norwegian Wood, tapi dengan sukses, gak gue selesaikan karena gak nyambung buat gue.

Ada dua kisah di dalam buku ini. Sejalan, tapi ada di tempat yang berbeda.

Pertama, tentang seorang anak laki-laki bernama Kafka Tamura. Tepat ketika ia berulang tahun ke 15, ia memutuskan untuk pergi dari rumah. Tujuannya mencari ibu dan kakak perempuannya yang pergi ketika ia masih kecil. Hubungan Kafka dengan ayahnya, Koichi Tamura, tidaklah harmonis. Malah, sang ayah mengutuk Kafka, bahwa suatu hari ia akan membunuh ayahnya dan meniduri ibu serta kakak perempuannya sendiri. Hmmm.. kutukan yang mengerikan.

Setelah mengambil uang dari laci meja kerja ayahnya dan sebuah pisau lipat, mengemasi pakaian dan kebutuhan lainnya, Kafka pun pergi. Tak ada tujuan pasti, Kafka sempat bertemu dengan seorang gadis bernama Sakura, yang membantunya ketika Kafka tiba-tiba terbangun di sebuah taman dengan baju berlumuran darah, yang ia sendiri tidak tahu darah siapa itu.

Sampai akhirnya Kafka sampai di sebuah perpustakaan pribadi, Komura Library. Ia pun berkenalan dengan asisten di perpustakaan itu bernama Oshima. Oshima ini lah yang pada akhirnya banyak membantu Kafka, seperti memberi tempat tinggal dan pekerjaan.

Di Komura Library ini pulalah, Kafka bertemu dengan Miss Saeki, pemilik perpustakaan ini. Dan menjalin hubungan singkat dengan Miss Saeki. Perbedaan usia tidak menghalangi hubungan mereka itu.

Tokoh utama yang kedua, adalah Nakata. Di era Perang Dunia II, Nakata terkena penyakit ‘aneh’. Saat berjalan-jalan di hutan dengan rombongan sekolah, tiba-tiba saja semua murid pingsan, tanpa diketahui penyebabnya. Tapi, sebagian besar murid-murid itu sembuh, kecuali Nakata. Kejadian itu mengakibatkan hilangnya kemampuan Nakata dalam membaca dan menulis, tapi ia punya keahlian lain, yaitu berbicara dengan kucing. Ia hidup dari subsidi pemerintah dan hasil dari membawa pulang kucing-kucing yang hilang.

Nakata juga melakukan perjalanan jauh setelah ia membunuh seorang pria yang ia yakini bernama Johnie Walker. Ditemani seorang pengemudi truk bernama Hoshino, yang dengan senang hati meladeni apa pun yang dikatakan Nakata.

Di saat yang sama, ayah Kafka juga ditemukan tewas terbunuh. Sementara, saat bersama Sakura, Kafka berkesimpulan Sakura adalah kakak perempuannya, dan ketika bersama Miss Saeki, ia pun berasumsi Miss Saeki adalah sosok ibunya. Dan akhirnya, kutukan itu pun benar adanya.

Awalnya gue masih sanggup mengikuti cerita ini, makin ke belakang gue makin puyeng… Buku ini penuh dengan khayalan para tokoh, dan penuh dengan cerita ‘dewasa’. Banyak hal yang aneh di dalam buku ini, tentang Kafka yang punya ‘teman khayalan bernama Crow’ – anyway, Kafka sendiri berarti Crow, lalu, seorang Johnie Walker yang membunuh kucing demi mendapatkan umur yang lebih panjang (yakssss…), hujan ikan, dan berbagai keanehan lainnya. Kafka on Shore adalah sebuah gubahan lagu, dan juga sebuah lukisan seorang bocah kecil di pantai. Bahkan di sini pun Kafka mengambil kesimpulan bocah itu adalah dirinya, karena memang hanya satu foto yang tersisa, yaitu ketika ia dan kakaknya sedang bermain di pantai.

Well, Haruki Murakami memang jenius. Membuat cerita antara nyata, tapi koq gak nyata. Tapi, ma’af kalo gue bingung membaca cerita ini. Gue gak jenius. Gue kadang gak sanggup membaca cerita yang rumit, apalagi ‘menangkap’ pesannya. Akhir membaca buku ini, gue berpedapata kalau buku ini menggambarkan dunia yang ‘campur aduk’, antara kenyataan, mimpi, khayalan, takdir. Tentang usaha seorang manusia melarikan diri dari sesuatu, tapi ternyata tak berhasil.

Another Haruki Murakami? Mmm… nanti dulu deh… hehehe…

9 comments:

Tiara Putri said...

hmmm :O dari resensinya aja kayaknya berat gitu :(
genrenya apa tuh ?

ferina said...

buat aku rada ke fantasi, soalnya banyak yang aneh2.
tapi bukan fantasi kaya' sihir2an atau magic

Fanda Classiclit said...

Hadooh...membaca reviewmu aja udah pusing nih, apalagi kalo baca bukunya ya. Kayaknya ini realita dan fantasi bercampur ya?

Tjut Riana said...

hehe...selesai baca buku ini malah pusing ya, Fer? selera tiap orang beda2, ga bisa dipaksain, aku malah menikmati banget baca buku ini:)

ferina said...

@Fanda: hahaha.. ini review hasil orang pusing, mbak.. :)

@Riana: makanya aku 'takjub' mbak Riana udah baca banyak banget bukunya Haruki Murakami

Astrid said...

agak absurd ya buku2nya fer..kadang emang ada yg bisa menikmati cerita seperti ini, tapi kalo aku kayanya lebih milih yg realistis aja deh =D

ferina said...

@astrid: aku suka fantasi... tapi kalo yang kaya' begini... pusinggg.

buku yang lain kaya' gini juga gak ya?

Nophie said...

waks..aku kira ngga seperti itu jelimetnya. yg km baca ini bahasa inggris ya mbak? yg bahasa indonesia baru diterbitin alvabet,judulnya DUnia kafka. covernya juelek..

tp aku malah denger kalo ini tulisan Haruki yg paling ringan malahan..

ferina said...

@Nophie: mungkin juga ya, karena aku baca yang bahasa Inggris, jadi 'double' usahanya.. hehehe...

kapan2 deh, baca yang bahasa Indonesia-nya

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang