He Loves Me Not... He Loves Me (Dia Benci... Atau Cinta?)
Claudia Carroll @ 2004
Nur Anggraini (Terj.)
GPU - November 2010
448 Hal.
Memiliki gelar bangsawan dan tinggal di sebuah kastil – well… dulunya memang kastil yang megah… - tidak berarti menjadi seorang yang kaya raya. Paling tidak itulah gambaran keluarga Davenport yang tinggal di Davenport Hall. Sebagai keturunan bangsawan Irlandia, nama mereka memang sedikit dikenal, tapi sayangnya bukan untuk hal yang terlalu baik. Portia, sebagai anak tertua, harus selalu berusaha menjaga kewarasannya di tengah-tengah keluarganya yang nyaris hancur. Ayahnya, Lord Jack Davenport, atau lebih dikenal dengan sebuah Blackjack, meninggalkan keluarga mereka untuk berjudi di Las Vegas, dan kabur membawa sisa-sisa uang cash terakhir yang mereka miliki. Ibunya, sang Lady, Lucasta, juga gak kalah nyentrik. Berpenambilan lebih mirip gelandangan daripada bangsawan, memilki ketergantungan dengan gin dan tonik, ditambah lagi kegemarannya akan hal-hal mistis semakin menambah keanehan Lucasta. Sementara itu adiknya, Daisy, meskipun lebih normal tapi tetap saja labil karena patah hati dan kecewa ditinggal oleh ayahnya.
Sebuah ide ditawarkan oleh pengacara keluarga dan sahabat mereka, Steve. Ide untuk menjadikan Davenport Hall sebagai lokasi syuting film. Uang yang mereka terima bisa untuk memperbaiki kondisi rumah mereka yang nyaris hancur.
Namun, di antara orang-orang baik hati yang masih ingin menyelamatkan Davenport Hall, yang sedikit banyak dianggap asset bersejarah, ada juga orang-orang yang ingin mencari muka dan mengambil keuntungan pribadi dari kondisi ini. Mereka adalah anggota Dewan yang ingin mencari muka dan mendapatkan kursi di Parlemen. Pasangan suami-istri Nolan ini ingin menunjukkan bahwa Davenport Hall adalah tempat yang berbahaya, wajib dimusnahkan. Bahkan mereka berniat ingin menghancurkan Davenport Hall dan menjadikannya sebagai kawasan pemukiman murah.
Keluarga Davenport tak berdaya. Karena mereka tidak memiliki uang yang bisa digunakan untuk mempertahankan Davenport Hall.
Di tengah-tengah kekacauan, ada sedikit rona bahagia dalam hidup Portia. Yaitu ketika berjumpa dengan Andrew, tetangga baru mereka. Meskipun berjumpa di dalam kondisi yang memalukan, Andrew melihat bahwa Portia adalah gadis yang istimewa. Portia yang nyaris tidak pernah berkencan karena terlalu sibuk mengurusi keluarganya, sempat tak percaya, bahwa Andrew memilih dirinya. Tapi, ada saja kesalahpahaman yang membuat hubungan mereka tak berlangsung mulus.
Adek gue bilang buku ini rada membosankan. Tapi buat gue, buku ini lumayan juga. Kejutan-kejutan kecil di setiap bab, gosip-gosip seputar para aktris dan aktor yang sedang syuting atau kenyentrikan Lucasta, memberi warna yang menyegarkan dalam buku ini.
Claudia Carroll @ 2004
Nur Anggraini (Terj.)
GPU - November 2010
448 Hal.
Memiliki gelar bangsawan dan tinggal di sebuah kastil – well… dulunya memang kastil yang megah… - tidak berarti menjadi seorang yang kaya raya. Paling tidak itulah gambaran keluarga Davenport yang tinggal di Davenport Hall. Sebagai keturunan bangsawan Irlandia, nama mereka memang sedikit dikenal, tapi sayangnya bukan untuk hal yang terlalu baik. Portia, sebagai anak tertua, harus selalu berusaha menjaga kewarasannya di tengah-tengah keluarganya yang nyaris hancur. Ayahnya, Lord Jack Davenport, atau lebih dikenal dengan sebuah Blackjack, meninggalkan keluarga mereka untuk berjudi di Las Vegas, dan kabur membawa sisa-sisa uang cash terakhir yang mereka miliki. Ibunya, sang Lady, Lucasta, juga gak kalah nyentrik. Berpenambilan lebih mirip gelandangan daripada bangsawan, memilki ketergantungan dengan gin dan tonik, ditambah lagi kegemarannya akan hal-hal mistis semakin menambah keanehan Lucasta. Sementara itu adiknya, Daisy, meskipun lebih normal tapi tetap saja labil karena patah hati dan kecewa ditinggal oleh ayahnya.
Sebuah ide ditawarkan oleh pengacara keluarga dan sahabat mereka, Steve. Ide untuk menjadikan Davenport Hall sebagai lokasi syuting film. Uang yang mereka terima bisa untuk memperbaiki kondisi rumah mereka yang nyaris hancur.
Namun, di antara orang-orang baik hati yang masih ingin menyelamatkan Davenport Hall, yang sedikit banyak dianggap asset bersejarah, ada juga orang-orang yang ingin mencari muka dan mengambil keuntungan pribadi dari kondisi ini. Mereka adalah anggota Dewan yang ingin mencari muka dan mendapatkan kursi di Parlemen. Pasangan suami-istri Nolan ini ingin menunjukkan bahwa Davenport Hall adalah tempat yang berbahaya, wajib dimusnahkan. Bahkan mereka berniat ingin menghancurkan Davenport Hall dan menjadikannya sebagai kawasan pemukiman murah.
Keluarga Davenport tak berdaya. Karena mereka tidak memiliki uang yang bisa digunakan untuk mempertahankan Davenport Hall.
Di tengah-tengah kekacauan, ada sedikit rona bahagia dalam hidup Portia. Yaitu ketika berjumpa dengan Andrew, tetangga baru mereka. Meskipun berjumpa di dalam kondisi yang memalukan, Andrew melihat bahwa Portia adalah gadis yang istimewa. Portia yang nyaris tidak pernah berkencan karena terlalu sibuk mengurusi keluarganya, sempat tak percaya, bahwa Andrew memilih dirinya. Tapi, ada saja kesalahpahaman yang membuat hubungan mereka tak berlangsung mulus.
Adek gue bilang buku ini rada membosankan. Tapi buat gue, buku ini lumayan juga. Kejutan-kejutan kecil di setiap bab, gosip-gosip seputar para aktris dan aktor yang sedang syuting atau kenyentrikan Lucasta, memberi warna yang menyegarkan dalam buku ini.
0 comments:
Post a Comment