Angel's Cake
Gaile Parkin @ 2009
Ingrid Nimpoeno (Terj.)
Qanita - Cet. 1, Oktober 2010
452 Hal
Rwanda adalah salah satu negara di Afrika yang baru saja merasakan kedamaian setelah perang saudara yang berkecamuk, antara dua suku, yang salah satunya meng-klaim bahwa mereka paling hebat sehingga tega membantai suku lainnya. Di tengah duka yang masih sarat terasa, banyak orang yang selamat dari perang saudara itu berharap tidak akan ada lagi hal seperti ini. Mereka mempunyai harapan untuk lebih bahagia di masa depan.
Banyak pendatang baru yang berdatangan ke Rwanda, para sukarelawan asing, pekerja PBB, CIA, Palang Merah dan lain-lain. Salah satunya adalah Angel Tungaraza. Ia datang dari Tanzania, mengikuti suaminya yang bekerja sebagai konsultan khusus di sekolah teknik di Rwanda. Berkat keahliannya dalam membuat kue, ia pun dikenal di kalangan tetangganya sampai ibu duta besar Tanzania, tak ketinggalan memesan kue dari Angel.
Kue Angel dikenal selain karena rasanya yang enak, tapi selalu ada ciri khas dari kepribadian si pemesan. Misalnya orang Jepang yang suka karaoke, maka Angel akan membuat kue berbentuk mikrofon. Atau, kue seperti bendera Amerika, atau bahkan kue berbentuk jendela penjara yang rusak untuk menggambarkan kebebasan seorang perempuan yang baru saja bercerai.
Angel juga seorang dengan pribadi yang hangat. Para tetangga sering mengobrol dengan Angel, membahas masa lalu yang suram dan penuh kesedihan. Angel sendiri juga punya pengalaman yang menyakitkan. Dua anaknya meninggal, sehingga Angel dan suaminya yang harus mengasuh 5 orang cucu.
Bukan hanya masalah kehilangan karena perang saudara, tapi virus penyakit mematikan juga menghantui warga Afrika, khususnya di sini warga Rwanda – virus seperti AIDS dan Ebola, yang memang tidak disebutkan secara terang-terangan di sini.
Sosok Angel mengingatkan gue sama Mma Ramotswe, si Detektif Perempuan No. 1. Gayanya yang modis dan juga kegemarannya minum teh di setiap kesempatan, atau di saat klien-kliennya datang. Tak lupa ditemani dengan cupcakes aneka warna yang cantik.
Meskipun latar belakang para tokoh penuh dengan kesedihan dan kegetiran, di buku ini tidak digambarkan dengan penuh air mata, tapi justru penuh dengan pikiran-pikiran yang positif.
Gaile Parkin @ 2009
Ingrid Nimpoeno (Terj.)
Qanita - Cet. 1, Oktober 2010
452 Hal
Rwanda adalah salah satu negara di Afrika yang baru saja merasakan kedamaian setelah perang saudara yang berkecamuk, antara dua suku, yang salah satunya meng-klaim bahwa mereka paling hebat sehingga tega membantai suku lainnya. Di tengah duka yang masih sarat terasa, banyak orang yang selamat dari perang saudara itu berharap tidak akan ada lagi hal seperti ini. Mereka mempunyai harapan untuk lebih bahagia di masa depan.
Banyak pendatang baru yang berdatangan ke Rwanda, para sukarelawan asing, pekerja PBB, CIA, Palang Merah dan lain-lain. Salah satunya adalah Angel Tungaraza. Ia datang dari Tanzania, mengikuti suaminya yang bekerja sebagai konsultan khusus di sekolah teknik di Rwanda. Berkat keahliannya dalam membuat kue, ia pun dikenal di kalangan tetangganya sampai ibu duta besar Tanzania, tak ketinggalan memesan kue dari Angel.
Kue Angel dikenal selain karena rasanya yang enak, tapi selalu ada ciri khas dari kepribadian si pemesan. Misalnya orang Jepang yang suka karaoke, maka Angel akan membuat kue berbentuk mikrofon. Atau, kue seperti bendera Amerika, atau bahkan kue berbentuk jendela penjara yang rusak untuk menggambarkan kebebasan seorang perempuan yang baru saja bercerai.
Angel juga seorang dengan pribadi yang hangat. Para tetangga sering mengobrol dengan Angel, membahas masa lalu yang suram dan penuh kesedihan. Angel sendiri juga punya pengalaman yang menyakitkan. Dua anaknya meninggal, sehingga Angel dan suaminya yang harus mengasuh 5 orang cucu.
Bukan hanya masalah kehilangan karena perang saudara, tapi virus penyakit mematikan juga menghantui warga Afrika, khususnya di sini warga Rwanda – virus seperti AIDS dan Ebola, yang memang tidak disebutkan secara terang-terangan di sini.
Sosok Angel mengingatkan gue sama Mma Ramotswe, si Detektif Perempuan No. 1. Gayanya yang modis dan juga kegemarannya minum teh di setiap kesempatan, atau di saat klien-kliennya datang. Tak lupa ditemani dengan cupcakes aneka warna yang cantik.
Meskipun latar belakang para tokoh penuh dengan kesedihan dan kegetiran, di buku ini tidak digambarkan dengan penuh air mata, tapi justru penuh dengan pikiran-pikiran yang positif.
3 comments:
Kayaknya lumayan memukau nih buku, kutambahkan ah ke reading listku. Thanks ya sharingnya...
sukaaaa banget sama buku ini, menghangatkan hati..:)
ditambah teh anget, makin sippp
Post a Comment