Burning Sea: Bara Cinta di Tengah Deru Perang
(Beside a Burning Sea)
John Shors @ 2008
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita – Cet. I, Mei 2009
692 Hal.
Benevolence – kapal rumah sakit milik Amerika Serikat, sedang berlayar dengan tenang di perairan di sekitar Kepulauan Solomon. Sesuai dengan fungsinya, kapal itu membawa para korban Perang Dunia II - tidak hanya korban dari pihak Amerika, tapi juga dari pihak Jepang. Kapal itu dinakhodai oleh Joshua. Sementara Joshua sedang memeriksa segala tetek-bengek untuk kapal, istrinya, Isabelle sedang bekerja merawat pasien bersama adiknya, Annie.
Tak ada yang menduga bahwa kapal dengan lambing palang merah besar itu akan terkena hantaman torpedo. Tapi itulah yang terjadi. Seorang pengkhianat memberi tahu pihak musuh bahwa kapal itu milik Amerika. Hantaman torpedo itu berasal dari pesawat pengebom Jepang.
Hanya 9 orang yang selamat, terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Kesembilan orang itu adalah Joshua, Isabelle, Annie, Scarlett – seorang pesawat, awak kapal: Jake, Nathan dan Roger, seorang bocah asal Fiji yang menjadi penyelundup di kapal itu bernama Ratu, dan seorang pasien berkebangsaan Jepang bernama Akira.
Belum habis rasa shock mereka akibat kecelakaan yang mereka alami, mereka harus mencari cara untuk bertahan di pulau itu. Beruntung ada Joshua yang memimpin mereka, sehingga mereka bisa saling menguatkan satu sama lain. Meskipun sempat ada perdebatan apa yang akan mereka lakukan terhadap Akira. Tapi, karena Akira menderita luka di kaki yang cukup parah, pelan-pelan kekhawatiran mereka sirna.
Tapi, salah satu di antara mereka adalah si pengkhianat, yang dengan persiapan cermat terus-menerus menghubungi pihak musuh.
Di sela-sela kehidupan baru mereka, ada rasa saling tertarik antara Akira dan Annie. Akira, di ‘kehidupan’ sebelumnya adalah seorang guru bahasa. Ia pintar membuat haiku, sajak dalam bahasa Jepang. Meskipun Akira dan Annie dalam perang berada di pihak yang berlawanan, sifat Akira yang lembut dan Annie yang penuh perhatian mampu meredam berbagai perbedaan.
Hari-hari para penumpang Benevolence yang selamat dilewati dengan berjalan-jalan di pulau yang indah itu – Ratu dan Jake bagian menangkap ikan untuk persediaan makanan mereka, Scarlett mengawasi keadaan dari atas bukit, Isabelle dan Joshua mencoba menata kehidupan pernikahan mereka kembali, Roger sibuk dengan misi tersembunyinya, Annie dan Akira yang saling jatuh cinta. Sedangkan Nathan, gak terlalu banyak perannya.
Serasa kehidupan damai banget, padahal ada musuh yang mengintai, dan mereka harus siap setiap saat apa bila ada kapal musuh yang datang. Akira sebagai satu-satunya Jepang di antara mereka, juga selalu siap siaga menghadapi Roger yang senantiasa mengincarnya, yang selalu berharap agar bisa 'mematikannya'.
Karakter Roger emang bikin geram. Kata-katanya kasar, sikapnya yang licik, kejam dan penuh kebencian dibentuk oleh masa kecilnya. Sementara Joshua, dipenuhi rasa bersalah karena tidak berhasil menyelamatkan penumpang kapal Benevolence. Annie, berusaha setia pada tunangannya, Ted, tapi tak bisa dipungkiri kalau ia jatuh cinta pada Akira. Lalu, ada Ratu yang mencari ayahnya, rela nyaris digigit ikan hiu, demi mendapatkan taring hiu untuk keberuntungan. Ia bersahabat dengan Jake, yang menyembunyikannya selama ia berada di kapal.
Semua punya latar belakang masing-masing, tapi yang pasti, tujuan dan harapan mereka (nyaris)sama - keluar dari pulau itu dengan selamat, dan kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Untuk cerita dengan latar belakang peperangan, novel ini mungkin terhitung datar. Karena fokusnya tentu saja di masalah percintaan. Ketegangan hanya muncul sekilas-sekilas, misalnya ketika terjadi pertentangan antara si pengkhianat dan orang-orang yang lain. Mereka jadi lebih mirip sekelompok orang-orang yang lagi ‘liburan’, tapi dengan tingkat stres yang tinggi. Hehehe… Di setiap awal bab, ada baris-baris haiku seperti yang diciptakan oleh Akira.
(Beside a Burning Sea)
John Shors @ 2008
Maria M. Lubis (Terj.)
Qanita – Cet. I, Mei 2009
692 Hal.
Benevolence – kapal rumah sakit milik Amerika Serikat, sedang berlayar dengan tenang di perairan di sekitar Kepulauan Solomon. Sesuai dengan fungsinya, kapal itu membawa para korban Perang Dunia II - tidak hanya korban dari pihak Amerika, tapi juga dari pihak Jepang. Kapal itu dinakhodai oleh Joshua. Sementara Joshua sedang memeriksa segala tetek-bengek untuk kapal, istrinya, Isabelle sedang bekerja merawat pasien bersama adiknya, Annie.
Tak ada yang menduga bahwa kapal dengan lambing palang merah besar itu akan terkena hantaman torpedo. Tapi itulah yang terjadi. Seorang pengkhianat memberi tahu pihak musuh bahwa kapal itu milik Amerika. Hantaman torpedo itu berasal dari pesawat pengebom Jepang.
Hanya 9 orang yang selamat, terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Kesembilan orang itu adalah Joshua, Isabelle, Annie, Scarlett – seorang pesawat, awak kapal: Jake, Nathan dan Roger, seorang bocah asal Fiji yang menjadi penyelundup di kapal itu bernama Ratu, dan seorang pasien berkebangsaan Jepang bernama Akira.
Belum habis rasa shock mereka akibat kecelakaan yang mereka alami, mereka harus mencari cara untuk bertahan di pulau itu. Beruntung ada Joshua yang memimpin mereka, sehingga mereka bisa saling menguatkan satu sama lain. Meskipun sempat ada perdebatan apa yang akan mereka lakukan terhadap Akira. Tapi, karena Akira menderita luka di kaki yang cukup parah, pelan-pelan kekhawatiran mereka sirna.
Tapi, salah satu di antara mereka adalah si pengkhianat, yang dengan persiapan cermat terus-menerus menghubungi pihak musuh.
Di sela-sela kehidupan baru mereka, ada rasa saling tertarik antara Akira dan Annie. Akira, di ‘kehidupan’ sebelumnya adalah seorang guru bahasa. Ia pintar membuat haiku, sajak dalam bahasa Jepang. Meskipun Akira dan Annie dalam perang berada di pihak yang berlawanan, sifat Akira yang lembut dan Annie yang penuh perhatian mampu meredam berbagai perbedaan.
Hari-hari para penumpang Benevolence yang selamat dilewati dengan berjalan-jalan di pulau yang indah itu – Ratu dan Jake bagian menangkap ikan untuk persediaan makanan mereka, Scarlett mengawasi keadaan dari atas bukit, Isabelle dan Joshua mencoba menata kehidupan pernikahan mereka kembali, Roger sibuk dengan misi tersembunyinya, Annie dan Akira yang saling jatuh cinta. Sedangkan Nathan, gak terlalu banyak perannya.
Serasa kehidupan damai banget, padahal ada musuh yang mengintai, dan mereka harus siap setiap saat apa bila ada kapal musuh yang datang. Akira sebagai satu-satunya Jepang di antara mereka, juga selalu siap siaga menghadapi Roger yang senantiasa mengincarnya, yang selalu berharap agar bisa 'mematikannya'.
Karakter Roger emang bikin geram. Kata-katanya kasar, sikapnya yang licik, kejam dan penuh kebencian dibentuk oleh masa kecilnya. Sementara Joshua, dipenuhi rasa bersalah karena tidak berhasil menyelamatkan penumpang kapal Benevolence. Annie, berusaha setia pada tunangannya, Ted, tapi tak bisa dipungkiri kalau ia jatuh cinta pada Akira. Lalu, ada Ratu yang mencari ayahnya, rela nyaris digigit ikan hiu, demi mendapatkan taring hiu untuk keberuntungan. Ia bersahabat dengan Jake, yang menyembunyikannya selama ia berada di kapal.
Semua punya latar belakang masing-masing, tapi yang pasti, tujuan dan harapan mereka (nyaris)sama - keluar dari pulau itu dengan selamat, dan kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Untuk cerita dengan latar belakang peperangan, novel ini mungkin terhitung datar. Karena fokusnya tentu saja di masalah percintaan. Ketegangan hanya muncul sekilas-sekilas, misalnya ketika terjadi pertentangan antara si pengkhianat dan orang-orang yang lain. Mereka jadi lebih mirip sekelompok orang-orang yang lagi ‘liburan’, tapi dengan tingkat stres yang tinggi. Hehehe… Di setiap awal bab, ada baris-baris haiku seperti yang diciptakan oleh Akira.
1 comments:
buku bagus
Post a Comment