Qaisra Shahraz
Anton Kurnia & Atta Verin (Terj.)
Mizan, Cet. III – Februari 2007
517 Hal.
Zarri Bano, adalah seorang perempuan Pakistan yang cerdas, cantik dan mandiri. Anak seorang tuan tanah yang sangat dihormati di Desa Chiragpur. Di usianya ke 27, sudah waktunya ia menikah. Begitu banyak orang tua yang melamar Zarri Bano untuk anak laki-laki mereka, tapi belum ada satu pun yang bisa memikat hati Zarri Bano.
Sampai suatu hari, ketika sedang ada pesta rakyat di desanya, Zarri Bano secara tidak sengaja bertemu pandang dengan seorang pemuda, tamu dari Karachi, bernama Sikander. Sikander bukan pemuda sembarangan, ia adalah seorang pengusaha yang juga sama kayanya dengan Habib Khan, ayah Zarri Bano. Dalam Zarri Bano tahu ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun memandang seorang pria secara terang-terangan adalah hal yang tabu. Tapi, Zarri Bano yang sudah modern itu tidak peduli dan malah bersikap sedikit menantang pria itu.
Ternyata Sikander datang berkunjung ke rumah Zarri Bano dengan maksud hendak mengenal Zarri Bano lebih jauh. Sikander berniat untuk memperistri Zarri Bano. Seharusnya Habib Khan senang karena akhirnya Zarri Bano memutuskan untuk menikah setelah sekian banyak laki-laki yang ditolakanya. Tapi, rasa cemburu dan rasa memiliki yang berlebihan, Habib Khan malah menentang keputusan itu.
Pernikahan itu memang akhirnya tidak jadi kenyataan. Karena ketika Jafar, adik Zarri Bano, mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, otomatis sebagai anak perempuan tertua, seluruh warisan tanah dan yang lainnya akan jadi milik Zarri Bano. Maka sebuah keputusan diambil. Habib Din memutuskan Zarri Bano menjadi seorang Shahzadi Ibadat – seorang Perempuan Suci, di mana Zarri Bano tidak bisa menikah dan harus mengabdikan hidupnya untuk agamanya,
Di sinilah pergulatan batin Zarri Bano dimulai. Batinnya memberontak. Ia ingin hidup sebagai perempuan normal yang menikah dan memiliki sebuah keluarga. Zarri Bano adalah perempuan bebas yang di kalangan banyak orang bahkan dilihat hampir tidak pernah memakai tutup kepala dengan benar. Tapi, Zarri Bano tidak kuasa untuk melawan keinginan ayahnya semata karena rasa hormatnya.
Detik itu juga ia ‘mematikan’ Zarri Bano yang lama dan berusaha menjadi perempuan yang hampir tanpa perasaan. Ia berusaha melupakan rasa cintanya pada Sikander, apalagi ia harus menghadapi kenyataan Sikander akhirnya menikah dengan Ruby, adiknya.
Zarri Bano menjadi Perempuan Suci. Tubuhnya tertutup burqa. Biasanya burqa menutupi seluruh tubuh pemakainya dan hanya menyisakan celah di bagian mata. Tapi, menurut penulis, burga yang dipakai Zarri Bano masih menampakkan muka pemakainya, seperti jilbab yang sangat lebar.
Selain mengisahkan tentang Zarri Bano, ada kisah lain yaitu tentang permusuhan seorang Chaudharani – nyonya tanah – bernama Kaniz dengan Fatima, pelayan keluarga Zarri Bano. Dendam Chaudharni Kaniz terhadap Fatima dikarenakan ia merasa sebagai perempuan pilihan kedua suaminya, karena dulu suaminya sebenarnya melamar Fatima untuk jadi istrinya, tapi ditolak. Dendam itu berlanjut. Bahkan bagia karma, anak Kaniz, Khawar justru jatuh cinta pada Firdaus, anak Fatima.
Istilah Shahzadi Ibadat, sebenarnya hanyalah ciptaan Qaisra Shahraz untuk mempertegas ‘tugas’ Zarri Bano. Sebuah tradisi kuno di Pakistan, yang mengatasnamakan agama untuk melindungi harta warisan dan tanah agar tidak jatuh ke pihak calon suami anak perempuannya.
Dalam novel ini, paling tidak, digambarkan bahwa masih banyak praktek dalam kehidupan yang membuat perempuan tidak bisa menentukan kehidupannya sendiri. Bahwa laki-laki begitu dominan dalam segala hal, laki-laki dianggap sebagai imam yang tidak bisa ditentang keputusannya. Sebagai perempuan, baik itu sebagai anak atau istri, tidak pantas untuk menentang keputusan yang diambil ayah atau suami. Bisa dilihat dari bagaimana Zarri Bano yang selama ini berjiwa bebas dan mandiri akhirnya pasrah mengikuti keinginan ayahnya, atau, bagaimana Shahzada, ibu Zarri Bano, tidak kuasa memohon pada suaminya agar membatalkan keputusan itu. Bahkan Habib Khan mengancam akan menceraikan Shahzada jika ia melawan.
Perempuan Suci yang ditulis tahun 2001 adalah novel pertama Qaisra Shahraz dan meraih penghargaan Jubilee Award tahun 2002.
Gue suka waktu Zarri Bano lagi diskusi dengan teman-teman perempuan sesama Muslim. Ia memaparkan berbagai solusi yang praktis dan masuk akal ketika teman-temannya mengajukan pertanyaan yang sepertinya jadi beban buat mereka.
Gue gak nyangka akan begitu menikmat novel ini. Biasanya gue males banget baca novel dengan tulisan kecil-kecil. Gue tadinya pesimis bakal bisa menyelesaikan buku ini. Tapi, novel ini mampu ‘memikat’ gue sejak kalimat pertamanya.
Sejujurnya sih… tadinya yang mau gue beli adalah novel “Perempuan Terluka” karena… hmmm… di depannya ada stiker yang tertulis “gratis buku selama setahun dari mizan” hehehe… tapi, begitu dilihat ternyata ini sekuelnya Perempuan Suci dan pas gue baca sinopsisnya cukup membuat gue tertarik, jadilah, gue beli juga Perempuan Suci… dan ternyata emang oke…
9 comments:
Tante Fe,
Sebelum masuk ke lemari, aku udah berdoa biar shoutbox-nya menampakkan diri. Tapi, ia benar2 gak mau kompromi.
Ya, udah, tereak aja di sini.
silahkan... kalo mau 'teriak'.. mau di sini.. mau di shoutbox... diterima dengan senang hati, koq..
Karna dah baca Perempuan Suci, ayo lanjut Perempuan Terluka, itu sekuelnya. Aku malah udah punya sekuelnya,Perempuan Suci justru belum. He he he he
Perempuan Terluka-nya antri dulu. sekarang mau baca si Peter dulu
Peter memang keren banget. Lihat wajahnya Fe kok ya ingat si Molly Aster? hehehehehehe
salam kenal..
aku dah baca perempuan suci dan perempuan terluka, lumayan bagus :)
ada ebook na ga yaa.....
penasaran banget ma nee novel..mo beli ga ada duit:((:((
mau tanya...
kalo versi english-nya
tau ga belinya dmn?
coz lg butuh bgt ni
thanx
dari segi bidang apa saja sih dampak sistem patriarki dalam pernikahan terhadap 3 tokoh perempuan (Zaribano,Zulaikha dan Shahzadah)dalam novel perempuan suci? kalo da yang tau jawabanya tinggal kirim z ke email aku....cahaya_suci85@yahoo.co.id
Post a Comment