Tuesday, October 21, 2014

The Clockwork Three




The Clockwork Three (Tiga Anak dan Satu Jam)
Julanda Tantani (Terj.)
Gramedia – September 2014
448 Hal.

Lama ya, kaya’nya blog ini terbengkalai … entahlah, mood untuk nulis di sini lagi rada lenyap, padahal ada beberapa buku yang selesai dibaca. Untuk kali ini, rasanya gue perlu ‘memaksakan diri’ lagi – biar gak keterusan malesnya, biar blog ini jadi ‘idup’ lagi. Untunglah gue menemukan buku yang bisa bikin gue semangat untuk nulis lagi.

The Clockwork Three. Cover-nya mengingat gue akan buku ‘The Invention  of Hugo Cabret’, yang bercerita tentang automan.

Ini tentang kisah 3 anak, dengan penderitaan dan masalah mereka masing-masing. Yang berat dan rumit untuk anak-anak seusia mereka.

Pertama ada Giuseppe, pengamen jalanan yang diculik dari Italia. Setiap hari Giuseppe harus menyetor sejumlah uang kepada padrone-nya. Ia harus bersaing dengan pengamen jalanan yang lain. Jika tak dapat cukup uang, maka hukuman berat dari Stephano sudah menantinya. Tapi, di tengah kehidupannya yang keras di jalanan, ia masih bermimpi untuk pulang ke Italia. Bertemu kembali dengan adiknya. Sebuah biola hijau yang ia temukan, menjadi jalan untuk mewujudkan mimpinya.

Lalu, ada Frederick, asisten Mister Branch, seorang pembuat jam. Sebagai pegawai magang, ia mempunyai keinginan untuk membuka toko sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut, diam-diam ia sedang membuat jam berbentuk manusia, sebuah jam yang paling hebat di masanya. Tapi, sebuah kendala muncul, bagaimana agar jam tersebut menjadi ‘hidup’ dan bekerja sesuai keinginannya. Dan, dari mana ia bisa menemukan bagian yang cocok dan tepat untuk ditempatkan di bagian kepala.

Terakhir, adalah Hannah, gadis ini bekerja sebagai tulang punggung dalam keluarganya. Ayahnya terkena stroke, ia merelakan dirinya tidak sekolah agar bisa bekerja. Untung hotel tempat ayahnya bekerja dulu mau menerimanya sebagai pelayan. Tanpa sengaja, ia mendengar cerita tentang harta karun yang tersembunyi. Dan Hannah bertekad menemukan harta karun tersebut, agar keluarganya bisa keluar dari himpitan masalah yang mereka hadapi sekarang.

Mereka bertiga akhirnya bertemu, dalam berbagai peristiwa yang tak disengaja. Dan tanpa mereka sadari, satu sama lain bisa saling membantu untuk memeccah masalah mereka masing-masing.

Tiga anak ini, tadinya sama-sama asing, tapi kesulitan yang mereka hadapi akhirnya membuat mereka bersatu dan menjadi sahabat.

Happy ending …. tapi juga bikin sedih. Gue sedih karena mereka saling berpisah, gue terharu dengan akhir cerita yang manis. Yang membuat gue suka cerita ini adalah kesederhanaan para tokoh, sifat mereka yang pantang menyerah, tapi gak selamanya mereka berhasil menahan godaan.

Jalanan memang kejam ya untuk anak-anak yang kurang beruntung. Ada anak-anak yang jadi penguasa, yang menimbulkan kesulitan untuk anak yang lemah, orang dewasa juga beranggapan, hanya karena mereka anak-anak, mereka bisa diancam dan dihina dengan bebas. Hanya yang cerdik dan tangguh, yang akan berhasil melewati berbagai kesulitan.

Memang sih, beberapa kali gue membaca buku dengan latar yang setipe, seperti Peter Nimble and His Fantastic Eyes (Peter Nimble dan Mata Ajaib), tentang anak-anak yang kurang beruntung yang pada akhirnya mendapatkan keajaiban.



Submitted for:

-          New Author Reading Challenge 2014
-          Young Adult Reading Challenge 2014

0 comments:

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang