The
Clockwork Three (Tiga Anak dan Satu Jam)
Matthew Kirby @ 2010
Julanda Tantani (Terj.)
Gramedia – September 2014
448 Hal.
Lama ya, kaya’nya blog ini terbengkalai …
entahlah, mood untuk nulis di sini lagi rada lenyap, padahal ada beberapa buku
yang selesai dibaca. Untuk kali ini, rasanya gue perlu ‘memaksakan diri’ lagi –
biar gak keterusan malesnya, biar blog ini jadi ‘idup’ lagi. Untunglah gue
menemukan buku yang bisa bikin gue semangat untuk nulis lagi.
The Clockwork Three. Cover-nya mengingat gue akan
buku ‘The Invention of Hugo Cabret’,
yang bercerita tentang automan.
Ini tentang kisah 3 anak, dengan penderitaan dan
masalah mereka masing-masing. Yang berat dan rumit untuk anak-anak seusia
mereka.
Pertama ada Giuseppe, pengamen jalanan yang
diculik dari Italia. Setiap hari Giuseppe harus menyetor sejumlah uang kepada padrone-nya. Ia harus bersaing dengan
pengamen jalanan yang lain. Jika tak dapat cukup uang, maka hukuman berat dari
Stephano sudah menantinya. Tapi, di tengah kehidupannya yang keras di jalanan,
ia masih bermimpi untuk pulang ke Italia. Bertemu kembali dengan adiknya.
Sebuah biola hijau yang ia temukan, menjadi jalan untuk mewujudkan mimpinya.
Lalu, ada Frederick,
asisten Mister Branch, seorang pembuat jam. Sebagai pegawai magang, ia
mempunyai keinginan untuk membuka toko sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut,
diam-diam ia sedang membuat jam berbentuk manusia, sebuah jam yang paling hebat
di masanya. Tapi, sebuah kendala muncul, bagaimana agar jam tersebut menjadi ‘hidup’
dan bekerja sesuai keinginannya. Dan, dari mana ia bisa menemukan bagian yang
cocok dan tepat untuk ditempatkan di bagian kepala.
Terakhir, adalah Hannah, gadis ini bekerja
sebagai tulang punggung dalam keluarganya. Ayahnya terkena stroke, ia merelakan
dirinya tidak sekolah agar bisa bekerja. Untung hotel tempat ayahnya bekerja
dulu mau menerimanya sebagai pelayan. Tanpa sengaja, ia mendengar cerita
tentang harta karun yang tersembunyi. Dan Hannah bertekad menemukan harta karun
tersebut, agar keluarganya bisa keluar dari himpitan masalah yang mereka hadapi
sekarang.
Mereka bertiga akhirnya bertemu, dalam berbagai
peristiwa yang tak disengaja. Dan tanpa mereka sadari, satu sama lain bisa
saling membantu untuk memeccah masalah mereka masing-masing.
Tiga anak ini, tadinya sama-sama asing, tapi
kesulitan yang mereka hadapi akhirnya membuat mereka bersatu dan menjadi
sahabat.
Happy ending …. tapi juga bikin sedih. Gue sedih
karena mereka saling berpisah, gue terharu dengan akhir cerita yang manis. Yang
membuat gue suka cerita ini adalah kesederhanaan para tokoh, sifat mereka yang
pantang menyerah, tapi gak selamanya mereka berhasil menahan godaan.
Jalanan memang kejam ya untuk anak-anak yang
kurang beruntung. Ada
anak-anak yang jadi penguasa, yang menimbulkan kesulitan untuk anak yang lemah,
orang dewasa juga beranggapan, hanya karena mereka anak-anak, mereka bisa diancam
dan dihina dengan bebas. Hanya yang cerdik dan tangguh, yang akan berhasil
melewati berbagai kesulitan.
Memang sih, beberapa kali gue membaca buku dengan
latar yang setipe, seperti Peter Nimble and His Fantastic Eyes (Peter Nimble
dan Mata Ajaib), tentang anak-anak yang kurang beruntung yang pada akhirnya
mendapatkan keajaiban.
Submitted for:
-
New
Author Reading Challenge 2014
-
Young
Adult Reading Challenge 2014
0 comments:
Post a Comment