Thursday, August 30, 2012

The Night Circus



The Night Circus
Anchor Books
508 pages
(Times Bookstore – Cibubur Junction)

Cover memang salah satu daya tarik utama yang bikin gue tertarik untuk beli sebuah buku. Tak terkecuali yang satu ini, cover yang simple, background hitam, dengan garis-garis putih membentuk sebuah tenda dan sedikit warna merah.

Alasan lainnya adalah karena kalimat ini yang begitu ‘menggoda’ rasa ingin tahu gue:  

The circus arrives without warning. No announcements precede it. It is simply there, when yesterday it was not. Within the black-and-white striped canvas tents is an utterly unique experience full of breathtaking amazements. It is called Le Cirque des Rêves, and it is only open at night.

Tentunya ini bukan sirkus biasa. Gak ada yang tau di mana kota selanjutnya yang akan mereka datangi. Pokoknya tiba-tiba ada aja tenda sirkus hitam putih udah berdiri. Sampai-sampai ada para ‘fans’ yang rela menguntit keberadaan sirkus ini, yang disebut dengan Rêveur.

Adalah Chandresh – si pemrakarsa sirkus ini. Awalnya Chandresh ini juga punya ritual aneh, yaitu mengadakan jamuan makan tengah malam. Di antara para tamu yang ekslusif itulah, Chandresh melontarkan ide ini. Para pengisi acara di sirkus ini pun haruslah unik.

Apa yang ada di sirkus juga bukan hal biasa – yah, bukan kaya’ yang biasa kita liat di sirkus-sirkus gitu deh. Berpindah dari satu tenda ke tenda lain, pengunjung kesulitan memutuskan mana yang paling mereka sukai. Ada tenda yang isinya awan-awan, wishing tree, labirin dan lain-lain – yang gak pernah terbayangkan kalau ini beneran ada. Jangan bayangin sirkus seperti yang ada di Water for Elephants, deh…      

Tapi, di balik keunikan dan segala misteri yang ada di balik sirkus ini, sebenarnya ada sebuah kompetisi antara dua orang magician bernama Celia dan Marco. Mereka berdua ini sudah dididik sejak kecil untuk berkompetisi. Celia adalah seorang anak magician, dan Marco – seorang yatim piatu yang diambil oleh pria misterius berpakaian abu-abu. Dalam kompetisi ini, siapa yang kalah akan mati.

Marco adalah asisten Chandresh dan pertama kali ia tau siapa kompetitornya saat ia menyaksikan Celia dalam audisi.

Tokoh yang mencuri perhatian gue adalah si Frederick Stefan Thiessen – si pembuat jam yang ajaib juga. Keren banget.. gue berusaha ngebayangin.. tapi susah… Sama satu lagi, si kembar Widget dan Poppet – si kembar yang lahir pas malam pembukaan sirkus, yang satu bisa membaca masa depan, yang satu lagi justru bisa melihat masa lalu.

Setting cerita ini dimulai tahun 1873. Setiap bab, waktu yang diceritakan juga melompat-lompat, meskipun kalo gak diperhatiin bener, akan gak sadar kalo sebenarnya kita membaca rentang waktu yang berbeda (nah, sambil baca aja udah kena ilusi)
Sebenernya nih… gue pengen banget untuk ‘sangat’ suka sama buku ini. Tapi, entah ya, koq tiba-tiba pas baca ini rasanya ‘blank’ aja. Terlepas dari segala keunikan buku ini, ada yang gak pas menurut gue. Entah karena, bumbu-bumbu percintaan antara Marco dan Celia yang bikin buku ini jadi kaya’ novel romance ‘biasa’ – mereka ini saling menunjukkan ‘cinta’ dengan cara bikin tenda yang isinya ajaib-ajaib semua, atau karena saat membaca buku ini gue gak ‘mencurahkan’ perhatian yang bener-bener. Maklum deh, saat-saat gue baca buku dengan tekun adalah di mobil dalam perjalanan ke kantor, tapi karena gue baca buku ini pas bulan puasa, yang ada di mobil gue malah ngantuk dan tertidur. Adakalanya saat gue baca pun gue jadi gak fokus karena ngantuk (huhuhu… alasan… alasan…)

4 comments:

Sopandi Al Kautsar said...

wah aku suka nih cerita fantasi, ini buku baru ya? coba cari ah nanti klo ke toko buku..

Anonymous said...

Wah kayanya serunya Mbak Fer! Saya tertarik baca buku ini, tapi belum pernah serius baca sinopsisnya. Pengen baca ah kapan-kapan *soksibuk* ^.^

Oky said...

Kekeke.. berarti moodnya pas lagi ga klik buat baca buku ini saat itu ya.

Eh, tapi keren itu tiap tenda berbeda2 jenis hiburan. Maksudnya awan2 itu kayak gmn ajaibnya mba?

ferina said...

@Pandi: hmmm kaya'nya sih udah setahunan beredarnya.

@mia: ini buku sebenernya keren koq, mia. *mau pinjam aja kah?*

@oky: hehehe.. ntar lah, kalo sempat dibaca ulang *mikir*

awannya itu hmmm.. bayangin kolam bola yang suka ada di playground aja kali ya, tapi ini awan, dan awanya ada yang tinggi banget.. jadi bisa lompat-lompat dari awan yang tinggi banget. bisa main petak umpet di sana :D

 

lemari bukuku Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang