The Night
Circus
Erin Morgenstern @ 2011
Anchor Books
508 pages
(Times Bookstore –
Cibubur Junction)
Cover memang salah satu daya tarik utama yang
bikin gue tertarik untuk beli sebuah buku. Tak terkecuali yang satu ini, cover
yang simple, background hitam, dengan garis-garis putih membentuk sebuah tenda
dan sedikit warna merah.
Alasan lainnya adalah karena kalimat ini yang
begitu ‘menggoda’ rasa ingin tahu gue:
The circus
arrives without warning. No announcements precede it. It is simply there, when yesterday
it was not. Within the black-and-white striped canvas tents is an utterly
unique experience full of breathtaking amazements. It is called Le Cirque des Rêves, and it is
only open at night.
Tentunya ini bukan sirkus biasa. Gak ada yang tau
di mana kota selanjutnya yang akan mereka datangi. Pokoknya tiba-tiba ada aja
tenda sirkus hitam putih udah berdiri. Sampai-sampai ada para ‘fans’ yang rela
menguntit keberadaan sirkus ini, yang disebut dengan Rêveur.
Adalah
Chandresh – si pemrakarsa sirkus ini. Awalnya Chandresh ini juga punya ritual
aneh, yaitu mengadakan jamuan makan tengah malam. Di antara para tamu yang
ekslusif itulah, Chandresh melontarkan ide ini. Para pengisi acara di sirkus
ini pun haruslah unik.
Apa
yang ada di sirkus juga bukan hal biasa – yah, bukan kaya’ yang biasa kita liat
di sirkus-sirkus gitu deh. Berpindah dari satu tenda ke tenda lain, pengunjung
kesulitan memutuskan mana yang paling mereka sukai. Ada tenda yang isinya
awan-awan, wishing tree, labirin dan lain-lain – yang gak pernah terbayangkan
kalau ini beneran ada. Jangan bayangin sirkus seperti yang ada di Water for
Elephants, deh…
Tapi,
di balik keunikan dan segala misteri yang ada di balik sirkus ini, sebenarnya
ada sebuah kompetisi antara dua orang magician bernama Celia dan Marco. Mereka
berdua ini sudah dididik sejak kecil untuk berkompetisi. Celia adalah seorang
anak magician, dan Marco – seorang yatim piatu yang diambil oleh pria misterius
berpakaian abu-abu. Dalam kompetisi ini, siapa yang kalah akan mati.
Marco
adalah asisten Chandresh dan pertama kali ia tau siapa kompetitornya saat ia
menyaksikan Celia dalam audisi.
Tokoh
yang mencuri perhatian gue adalah si Frederick Stefan Thiessen – si pembuat jam
yang ajaib juga. Keren banget.. gue berusaha ngebayangin.. tapi susah… Sama
satu lagi, si kembar Widget dan Poppet – si kembar yang lahir pas malam
pembukaan sirkus, yang satu bisa membaca masa depan, yang satu lagi justru bisa
melihat masa lalu.
Setting
cerita ini dimulai tahun 1873. Setiap bab, waktu yang diceritakan juga
melompat-lompat, meskipun kalo gak diperhatiin bener, akan gak sadar kalo
sebenarnya kita membaca rentang waktu yang berbeda (nah, sambil baca aja udah
kena ilusi)
Sebenernya
nih… gue pengen banget untuk ‘sangat’ suka sama buku ini. Tapi, entah ya, koq
tiba-tiba pas baca ini rasanya ‘blank’ aja. Terlepas dari segala keunikan buku
ini, ada yang gak pas menurut gue. Entah karena, bumbu-bumbu percintaan antara
Marco dan Celia yang bikin buku ini jadi kaya’ novel romance ‘biasa’ – mereka
ini saling menunjukkan ‘cinta’ dengan cara bikin tenda yang isinya ajaib-ajaib
semua, atau karena saat membaca buku ini gue gak ‘mencurahkan’ perhatian yang
bener-bener. Maklum deh, saat-saat gue baca buku dengan tekun adalah di mobil
dalam perjalanan ke kantor, tapi karena gue baca buku ini pas bulan puasa, yang
ada di mobil gue malah ngantuk dan tertidur. Adakalanya saat gue baca pun gue
jadi gak fokus karena ngantuk (huhuhu… alasan… alasan…)
4 comments:
wah aku suka nih cerita fantasi, ini buku baru ya? coba cari ah nanti klo ke toko buku..
Wah kayanya serunya Mbak Fer! Saya tertarik baca buku ini, tapi belum pernah serius baca sinopsisnya. Pengen baca ah kapan-kapan *soksibuk* ^.^
Kekeke.. berarti moodnya pas lagi ga klik buat baca buku ini saat itu ya.
Eh, tapi keren itu tiap tenda berbeda2 jenis hiburan. Maksudnya awan2 itu kayak gmn ajaibnya mba?
@Pandi: hmmm kaya'nya sih udah setahunan beredarnya.
@mia: ini buku sebenernya keren koq, mia. *mau pinjam aja kah?*
@oky: hehehe.. ntar lah, kalo sempat dibaca ulang *mikir*
awannya itu hmmm.. bayangin kolam bola yang suka ada di playground aja kali ya, tapi ini awan, dan awanya ada yang tinggi banget.. jadi bisa lompat-lompat dari awan yang tinggi banget. bisa main petak umpet di sana :D
Post a Comment